2. Terangkum 7 fakta menarik Hanif Sjahbandi yang diam-diam panen prestasi di luar negeri.
Tidak hanya itu, sebagai gelandang Arema FC, Hanif Sjahbandi patut bangga namanya tercatat sejarah pernah berlatih di MU.
Selain itu, jejak Hanif Sjahbandi patut diacungi jempol mengingat karir sepak bolanya sudah dimulai sejak SD.
1. Bakat sepak bola sejak SD
Gelandang yang menjadi andalan Arema FC itu memulai mengenal sepak bola saat Sekolah Dasar (SD), bahkan saat itu ia kesukaannya terhadap futsal berakhir gelar.
Hanif Sjahbandi yang besar di Jakarta itu memang tak mampu membawa timnya meraih gelar juara, namun saat mewakili SD Al-Azhar pada 2007, timnya keluar sebagai runner-up kejuaraan futsal SD se-Jakarta.
Tapi pemain berusia 22 tahun itu bisa membawa klubnya keluar sebagai juara pada tahun berikutnya 2008, bahkan Hanif mampu menggondol gelar top score.
2. Jago menggiring bola gara-gara film kartun
Namun, siapa sangka ternyata Hanif Sjahbandi jago menggiring bola awalnya dari menonton sebuah film kartun berbau sepak bola.
“Ya, awalnya main bola dari kecil memang suka main di tambah suka nonton film kartun yang berbau bola, terus di sekolah pun main, ikut turnamen juga antar sekolah,” kata Hanif Sjahbandi saat dihubungi BolaSport.com.
“Dari situ orang tua mulai mengikutsertakan saya di sekolah sepak bola,” ucapnya.
3. Prestasi luar negeri dari Thailand hingga MU
Hebatnya lagi dalam beberapa bulan timnya bisa keluar sebagai juara di Can U Kick It Tournament, Bangkok, Thailand.
Setelah bergabung di sekolah sepak bola, Hanif Sjahbandi mulai rajin mengikuti kompetisi kelompok usia di dalam ataupun di luar negeri, bahkan hal itu tak terhitung gelar yang diraihnya.
Bahkan pada 2009 Hanif terbang ke Inggris untuk mengikuti Manchester United Soccer School (MUSS) dan terpilih ikut World Skil Final Manchester United.
Hanif bersama dengan 17 anak yang terpilih bahkan sempat merasakan berlatih di Carrington, training ground Manchester United saat itu.
Hanif kemudian muncul dalam buku yang berjudul "Merah Putih di Old Trafford: Kisah Anak Indonesia yang Terpilih Berlatih di Kandang Red Devils".
Buku itu, ditulis oleh Langlang Randhawa tahun 2010.
4. Jajaki semua seleksi Timnas
Ternyata perjuangan pemain yang suka membaca buku dan menonton film hingga bisa menjadi pemain timnas Indonesia itu tak begitu saja.
Proses perjuangan yang dilalui Hanif Sjahbandi itu dilakukan dari ia masih berusia 13 tahun hingga saat ini berusia 22 dan masuk dalam jajaran skuad timnas senior Indonesia.
Hanif Sjahbandi mengaku mengikuti seleksi untuk bisa memperkuat timnas Indonesia dari usia yang cukup muda, dan hingga saat ini pun ia selalu mengikuti seleksi.
“Beberapa kali saya mengikuti seleksi timnas, Alhamdulillah berbuah manis dan lolos. Saya memulai seleksi timnas dari U-13, U-14, U-16, U-19, U-23, dan hingga saat ini (senior),” ujar Hanif.
5. Terpilih untuk ajang Internasional
Kala itu, ia berlaga di AFC U-13 Festival of Football di Sabah, Malaysia Mei hingga Juni 2009.
Hanif juga dibawa oleh pelatih Timnas U-19 Indonesia, Eduard Tjong untuk tampil di Piala AFF U-19 2014 di Vietnam.
Di tahun 2017, Hanif Luis Milla untuk mengikuti seleksi Timnas U-22 Indonesia yang dipersiapkan untuk ajang SEA Games.
6. Latihan di Jove Espanol
Tak berhenti di situ, Hanif juga sempat menjalani trial di Stoke City pada tahun 2011, mencicipi latihan di Jove Espanol dan S.S. Reyes, Spanyol pada tahun 2012-2013, serta trial di FC Tokyo, Jepang pada pertengahan 2016.
Walaupun saat itu ia tak lolos, pengalaman itu mampu mematangkan kemampuannya sebagai pemain berbakat hingga menjadi seperti ini.
Hanif Sjahbandi pun saat ini menjadi salah satu pemain andalan tim berjulukan Singo Edan dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya.
“Setelah itu ikut tim Persipasi Bandung Raya di turnamen Piala Presiden 2015, lalu ke Persiba Balikpapan 2016, dan setelah itu Liga 1 pertama kali 2017 ikut Arema FC, Alhamdulillah sampai sekarang,” katanya.
7. Lapang Dada, sayang keluarga dan selalu bersyukur
Bermain sebagai pemain sepak bola profesional tentu Hanif mengalami pasang surut selama kariernya.
Bahkan ia pun tak jarang menerima kritikan dari para penggemarnya yang merasa kecewa saat ia berada di lapangan.
Namun meski begitu, Hanif enggan menjadikan sebuah beban kritikan yang kurang bisa diterima oleh dirinya, karena baginya semua orang memiliki hak untuk mengritik.
Apalagi untuk pemain sepak bola nasional, kritikan positif ataupun negatif yang disampaikan masyarakat harus diterimanya untuk membuat ia lebih baik lagi kedepannya.
“Ya biasa sebenarnya, kalau memang kiritik baik bisa di terima, tapi kalau ada kritik yang tidak bisa di anggap lewat begitu saja,” katanya.
“Namun bagi saya kritik itu adalah hak mereka. Mau komentar seperti apapun itu hak mereka, itu penting buat saya. Kalau mereka mengeritik saya itu artinya mereka peduli terhadap saya,” tutur Hanif Sjahbandi.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Berita Arema Hari Ini 24 Mei 2020 Populer: Fakta Hanif Sjahbandi & Klub yang Gunakan Kiper Asing