"Sebenernya banyak cerita yang saya rasakan. Tapi cerita yang paling seru adalah salah satu yang paling bagus akhirnya mengorbankan pekerjaan saya di Perusahaan BUMN itu di tahun 2008 walaupun pada saat itu saya sudah menjadi karyawan tetap," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com.
Lebih lanjut, Johan bercerita tentang cedera lutut yang dideritanya di saat karirnya sedang mengalami peningkatan yang sangat tajam.
Kendati demikian, Johan berusaha tegar dan tetap beryukur atas apa yang telah diraihnya selama perjalanan karir di dalam kehidupannya.
"Dan momen kedua adalah tak terlupakan adalah ketika saya berada di top perform kena musibah cedera lutut.
"Yang akhirnya memaksa saya sampai akhir main bola lagi tidak ada di dalam top perform.
"Tapi tidak masalah, saya ambil hikmahnya," ungkapnya.
Selain itu, pertandingan yang mempertemukan tuan rumah Persis Solo kontra PSIM di Stadion Manahan, Solo dalam lanjutan Divisi Utama 27 April 2013 pun menyimpan cerita yang selalu teringat di benak Johan.
Pasalnya, Johan yang masih menderita cedera lutut dan didampingi rekan satu timnya yaitu Dimas Priyambodo sengaja hadir untuk menyaksikan pertandingan dari tribun VIP.
Sayangnya, beberapa oknum suporter tim tuan rumah terus merangsek masuk ke tribun VIP hingga akhirnya Johan dan Dimas menjadi bulan-bulanan oknum suporter tuan rumah.
"Waktu itu saya cedera dan nonton di bangku tribun VIP Stadion Manahan Solo.
"Itu diintimidasi oleh oknum suporter Solo. Tapi sudah saya lupakan tidak masalah," jelasnya.
"Saya lari sendiri dari tribun VIP untuk menyelamatkan diri. Karena pada saat itu rivalitas suporter PSIM dengan Persis Solo sangat tinggi sekali. Mungkin sampai ke oknum.
Oknum suporter, panpel, bahkan ada okum aparat yang bisa jadi pada saat itu punya rasa fanatis kepada Persis Solo," tambahnya.
Kendati demikian, Johan telah melupakan dan memaafkan kejadian yang tidak mengenakkan dari para oknum yang hampir saja menghabisi nyawa seorang atlet.