TRIBUNNEWS.COM - Kalahnya Juventus dari Napoli di ajang Coppa Italia, bukan hanya menjadi tekanan terhadap Maurizio Sarri dan Cristiano Ronaldo.
Performa Juventus tidak buruk di pertandingan tersebut, tetapi Si Nyonya Tua kesulitan mencari celah di lini pertahanan Napoli yang memang disiplin dan rapat di laga ini.
Pertandingan ini, dimenangkan oleh sosok legenda AC Milan dan Italia, Gennaro Gattuso.
Diragukan diawal kedatangannya, dan memang sempat mencatatkan hasil minor, Gattuso membuktikan dirinya layak menjadi pelatih kepala Napoli.
Gelar juara Coppa Italia, menahan imbang Barcelona dan perburuan ke zona Liga Champions adalah raihan Napoli sejauh ini, di bawah komando Gattuso.
Apa yang dilakukan Gattuso di Napoli?
Baca: Juventus Keok di Final Coppa Italia, Presiden Napoli: Gattuso Menyatukan Kami
Baca: Hasil Coppa Italia 2020 Dimenangkan Napoli, Berikutnya Jadwal Liga Italia Pekan Ini Juventus Tandang
Baca: Kalah dari Napoli di FInal Coppa Italia, Pelatih Juventus Tak Bisa Berkata-kata di Hadapan Pemainnya
Tidak mudah bagi Gattuso datang ke Napoli, meggantikan Carlo Ancelotti di tengah musim, ditambah gonjang ganjing hengkangnya beberapa pemain bintang seperti Lorenzo Insigne ataupun Dries Martens.
Belum lagi kekacauan di ruang ganti, ketika ditangani Ancelotti, Napoli sempat beberapa kali melakukan ‘ritiro’ atau semacam karantina di tengah-tengah berlangsungnya Liga Itaia, tujuannya menambah kekompakan pemain, yang sayangnya tidak berujung baik.
Ketika ritiro, para pemain justru terlibat adu mulut, hingga Presiden Aurelio De Laurentis dan sang anak, Edoardo turun tangan menangani perselisihan antar tim.
Gattuso didapuk menjadi pelatih Napoli di tengah situasi yang sama sekali tidak ideal bagi seorang pelatih manapun untuk menangani tim, tetapi bukan tanpa alasan julukan ‘Rhino’ melekat kepada sang pelatih.
Gattuso datang menawarkan tiga hal kepada Napoli : Komitmen, kerja keras, dan skema 4-3-3.
Gattuso adalah sosok yang luar biasa, ia memang terkenal keras ketika bermain, hanya Daniel De Rossi dan Pepe yang bisa menyaingi kerasnya Gattuso di lini tengah, tetapi itu karena karakter Gattuso yang akan memberikan apapun untuk tim yang dibelanya.
Etos kerja ini dibawanya hingga menjadi pelatih, kala menangani AC Milan, ia bahkan tidak mengambil gaji 2 bulan terakhirnya di klub, karena merasa gagal membawa AC Milan menembus target ke zona Liga Champions.
Etos kerja ini dibawanya ke Napoli, sempat dianggap hanya akan meneruskan ‘kegagalan’ Carlo Ancelotti yang juga meripakan sang mentor, Gattuso membuktikan tajinya.