Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, Olahraga sepak bola selalu identik dan sering dimainkan oleh para pria.
Kompetisi sepak bola di Indonesia memang sering mempertandingkan para pria sebagai aktor utamanya di lapangan.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, para kaum hawa sudah banyak menekuni dan menggeluti olahraga sepak bola.
Terbukti, dari adanya kompetisi sepak bola Liga 1 Putri yang sudah mulai berjalan sejak tahun 2019 lalu.
Salah satu sosok putri yang serius sampai dengan saat ini menekuni olahraga sepak bola adalah Shalika Aurelia Viandrisa.
Dara manis kelahiran Jakarta, 1 Agustus 2003 itu sudah mulai bermain sepak bola sejak berusia 4 tahun.
Saat itu, Shalika Aurelia hanya bermain bersama dengan saudara laki-laki yang ada di rumahnya.
Pada usia 10 tahun, Shalika terus mengasah kemampuannya dalam bermain sepak bola di sekolahnya yakni Al Jabr Islamic School.
Hasilnya, kemampuannya terus meningkat dan mampu mengikuti beberapa kejuaraan antar sekolah di DKI Jakarta.
"Jadi aku sudah main bola sejak umur 4 tahun sama saudara laki-laki. Aku main lagi di sekolah umur 10 tahun, dan udah sering main di pertandingan dan kompetisi," kata Shalika dalam live bersama TribunNetwork, Jumat (19/6/2020).
Pada usia 12 tahun, Shalika sempat berhenti menggeluti dunia sepak bola. Alasannya karena tidak ada Sekolah Sepak Bola (SSB) yang khusus menerima pendaptaran kaum wanita.
Dua tahun berselang, pemain yang pernah menjalani pelatihan di Amerika Serikat itu bergabung ke SSB Astam.
Di SSB tersebut, bakat Shalika Aurelia mulai terlihat hingga bisa menembus ke Timnas putri Indonesia.
"Umur 12 tahun harus berhenti karena ga nemu SSB, khusus perempuan dan ortu juga ga setuju dgn SSB laki-laki. Tapi umur 14 tahun aku masuk ke SSB Astam. SSB itu deket dengan rumah, dan aku ikut di sana dan ga lama bisa kepanggil ikut timnas," ucap Shalika.
Di sisi lain, perjalanan Shalika Aurelia untuk bisa menekuni dan serius menggeluti dunia sepak bola tidak mudah.
Shalika sempat mendapatkan protes dari orang-orang terdekat, terutama oleh orang tuanya.
"Iya sih banyak kesulitan, bukan hanya ditolak dari orang sekitar, tapi juga sama keluarga dan teman-teman. Itu emang paling susah dilewatin rintangan itu," ujarnya.
Namun, Shalika mempunyai cara khusus agar bisa meyakinkan orang-orang terdekatnya agar bisa setuju menekuni dunia sepak bola.
"Ya, untuk meyakinkan tunjukin kerja keras karena passion aku di sepak bola, dan karena bola aku bahagia. Bukan cuma itu, aku bisa bantu orang lain karena sepak bola. Seteleh mereka lihat saya bisa bantu orang lain, mereka langsung dukung aku," pungkasnya.