Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum The Jakmania, Richard Achmad Supriyanto menceritakan awal mula terjadinya perselisihan antara The Jakmania dan suporter North Jakarta Mania (NJ Mania).
NJ Mania merupakan julukan dari suporter tim asal Jakarta lainnya yakni Persitara Jakarta Utara.
Seperti diketahui, hubungan kedua kelompok suporter tersebut memang dikenal tidak harmonis dan selalu terlibat perselisihan.
Baca: Mantan Ketum The Jakmania Kenang Hal yang Terjadi Saat Persib Hadapi Persija di Stadion Lebak Bulus
Meski sama-sama berasal dari daerah yang sama yakni DKI Jakarta, hubungan suporter The Jakmania dengan NJ Mania tidak harmonis.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan pernah terjadi kericuhan besar, tak jarang menimbulkan korban jiwa.
Baca: Saran Richard Achmad untuk Selesaikan Perseteruan The Jakmania dan Viking yang Terus Berlanjut
Menurut Richard, awal mula terjadinya perselisihan bermula dari promosinya Persitara ke Liga Super Indonesia pada tahun 2008/2009.
Para suporter yang berasal dari wilayah Jakarta Utara pastinya akan mendukung tim jagoannya di kompetisi kasta teratas Liga Indonesia.
Sebelum mendukung Persitara, masyarakat pecinta bola di Jakarta Utara sudah terlebih dahulu mendukung Persija.
Namun, setelah ada tim yang berasal dari Jakarta Utara, mereka akhirnya mendirikan kelompok suporter NJ Mania.
Hal tersebut menjadi gengsi tersendiri karena di wilayah DKI Jakarta sudah ada Persija yang sudah lebih dulu berada di kasta tertinggi.
Baca: Pesan Pemain Persib Buat Bobotoh: Mohon Pengertiannya, Jangan Antusias Minta Foto
"Kalau sama teman-teman di utara awalnya tidak terjadi apa-apa, mereka awalnya anggota Jakmania juga. Karena dulu itu Persitara masuk ke Liga 1, akhirnya ada gengsi," kata Richard Achmad saat live bersama TribunNetwork.
Pada saat masih menjadi pemimpin The Jakmania periode 2015-2017, Richard Achmad sering bertemu dan mengajak para pemimpin NJ Mania berdiskusi.
Hal tersebut bertujuan menyatukan visi agar perselisihan di kalangan suporter tidak semakin melebar.
"Saya itu selalu silaturahmi sama teman-teman di utara, tanpa publikasi. Apa sih yang menjadi kendala. Persoalan pro dan kontra, tapi bagaimana kita coba mengurangi sedikit demi sedikit hal-hal benturan yang terjadi," tambahnya.
Namun, pada akhirnya bentrokan dan perselisihan dari kedua kelompok suporter tersebut masih terus berkembang.
Di sisi lain, lanjut Richard, perselisihan yang terjadi bisa merusak perkembangan sepak bola Indonesia.
Seharusnya, kedua belah pihak harus bisa menahan diri dan fokus mendukung klubnya masing-masing.
"Bentrokan itu akan menjadi buruk bagi perkembangan sepak bola Indonesia, apalagi Jakarta. Pelan-pelan semua harus tahan diri, terpenting jangan sampai ada pemicu, jangan sampai sifatnya kontraproduktif," tutupnya.
Saat ini, tim Persija Jakarta masih tetap bertahan di kompetisi kasta tertinggi Liga 1.
Sedangkan, Persitara Jakarta harus berjuang memperbaiki prestasinya karena sedang berkompetisi di Liga 3 Asprov DKI Jakarta.