Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Forum Komunikasi Suporter Indonesia (FKSI), Richard Achmad menyarankan PSSI agar tidak mengandalkan pemain naturalisasi pada saat berlaga di Piala Dunia U-20 2021.
Para pemain muda di Indonesia dinilai mempunyai kualitas dan bisa terus berkembang menjadi lebih baik saat bermain.
Untuk itu, para pemain yang ada saat ini perlu mendapatkan bimbingan dari tim pelatih yang menanganinya.
Baca: Pemain Keturunan Indonesia Dikontrak Klub Swedia: Bisa Dipinjam Gratis Tim Liga 1
Sebelumnya, wacana memanggil beberapa pemain keturunan Indonesia yang sedang berkompetisi di luar negeri dan melakukan naturalisasi sempat mencuat.
Hal itu diperkuat setelah asisten pelatih Timnas Indonesia U-19, Nova Arianto dikabarkan melakukan komunikasi dan memantau pemain-pemain yang sedang bermain di luar negeri.
Nova Arianto dikabarkan sudah menggali informasi dengan beberapa pemain yakni Nyoman Paul Aro yang sedang bermain di Skovde AIK U-19, strata kedua kompetisi U-19 di Swedia dan Elkan Baggot yang bermain di kasta ketiga Liga Inggris, Ipswich Town.
Baca: Keunggulan Pemain Blasteran Finlandia yang Main di Swedia Bagi Timnas Indonesia
Menurut Richard, hal tersebut dinilai kurang tepat karena bakat pemain muda di Indonesia sangat melimpah.
"Polemik timnas, federasi canangkan naturalisasi lagi dan segala macam. Kalau dilihat ini coba cari proyek masing-masing buat hal-hal ga penting," kata Richard Achmad kepada TribunJakarta.
Pria yang pernah menjadi Ketua Umum The Jakmania itu menilai tindakan tersebut dinilai tidak efektif.
Lebih baik PSSI mendorong para pemain muda di Indonesia yang sudah menjalani serangkaian kompetisi di Indonesia.
Selain itu, PSSI harus membenahi dan memperbanyak gelaran turnamen agar mengasah kemampuan para pemain muda di Indonesia.
"Ya, ambil saja dari Indonesia. Itu lebih baik siapkan regenerasi pembinaan lebih banyak gelar turnamen untuk usia muda. Lebih banyak itu akan lebih mudah dan efektf," tambahnya.
PSSI harus bisa mencontoh negara tetangga, Malaysia yang sudah mulai bagus dalam pembinaan di usia muda.
"Di Malaysia saja timnas senior banyak diisi pemain di bawah usia 23 tahun, Berarti Timnas U-23 di bawah juga," ujar Richard.
Pembinaan usia muda yang bagus membuat PSSI tidak perlu mengambil para pemain dari luar negeri secara instan.
Sebab, para pemain muda di Indonesia akan terasah secara alami dan berkembang melalui kompetisi yang bagus.
"Baiknya federasi itu siapkan kompetisi usia dini, kompetisi U-16, U-19 itu lebih diperbanyak lagi supaya kita banyak pilihan ga cuma naturalisasi instan dan sebagainya," katanya.