Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika mendengar SSB Bintang Primavera, maka muncul pula sebuah nama yaitu Supriyono Prima.
Supriyono menjadi pendiri SSB Bintang Primavera tahun 2016.
Berawal dari rasa prihatin melihat prestasi sepak bola Indonesia di tahun 2014 silam, terutama saat Timnas Indonesia U-14 kalah lawan Timor Leste (3-0), mantan bek sayap timnas Indonesia era 1994'an ini pun mendirikan sekolah sepak bola.
Ia menghilangkan rasa apatisnya akan sepak bola demi menciptakan pesepak bola usia dini.
Empat tahun berlalu, SSB Bintang Primavera pun dihadapkan pada situasi pelik yakni Covid-19.
Covid-19 membuat aktivitas di olahraga berubah total. Sempat terhenti, aktivitas olahraga kini mengaplikasikan adaptasi kebiasaan baru sesuai dengan protokol kesehatan.
Namun, untuk sekelas SSB, belum diketahui regulasi atau protokol kesehatan yang seperti apa yang akan digunakan, mengingat SSB adalah wadah usia dini mengenal bola dan secara usia, siswa rawan terpapar.
Baca: Timnas Indonesia U-16 Gelar Program TC Lanjutan 9 Agustus 2020 hingga tanggal 30 Agustus 2020
Supriyono pun memikirkan masa depan SSB ke depannya. Secara teknis, ia menjelaskan situasi latihan ke depannya akan berbeda.
"Latihan nanti akan dibagi, tentunya penerapan jaga jarak. Tapi untuk mensukseskan ini, perlu perlengkapan yang memadai, seperti bola, gawang serta perlengkapan lainnya yang menjadi sarana pendukung," ucapnya kepada Warta Kota lewat telpon, Jumat (7/8/2020).
Jika perlengkapan lengkap, maka lapangan akan di bagi per kelompok, sehingga siswa akan berlatih terpisah. Bahkan jika memungkinkan berlatih sendiri.
Baca: PT Liga Indonesia Baru Hanya Sepakati Subsidi Rp 800 Juta untuk Klub Liga 1
Supriyono menjelaskan bukan hal mudah untuk mewujudkan hal tersebut.
"Penting komitmen antara pemangku kepentingan di dalam ya. Baik itu orang tua, siswa, SSB, maupun Asprov nantinya, supaya semua berjalan dengan baik," tutup Supriyono.