Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWS.COM, CITEUREUP - Pemain belakang Persikabo 1973, Aditya Putra Dewa angkat bicara terkait peristiwa yang dialami pemain, ofisial dan tim pelatih usai menjalani laga uji coba di Bandung.
Bus yang yang ditumpangi tim berjuluk Laskar Padjajaran dilempari batu hingga gelas berisi kopi seusai berlaga menghadapi tim Maung Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu (5/9/2020) malam.
Atas peristiwa tersebut, Aditya mengatakan bahwa peristiwa tersebut hanya dilakukan segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Kalau menurut saya sih ini cuma segelintir orang yang tidak bertanggung jawab aja yang melakukan hal yang tidak terpuji tersebut," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (6/9/2020).
Lebih lanjut, Aditya menegaskan bahwa pelaku yang melempari bus tersebut bukan murni pencinta sepak bola di Tanah Air.
"Saya yakin semua suporter di Indonesia saat ini sudah dewasa dan Ingin sekali berkontribusi membangun sepak bola Indonesia jadi lebih baik ke depannya," jelasnya.
Aditya pun berharap agar kejadian serupa tidak terulang kepada pihak manapun, terlebih pemain, tim pelatih dan ofisial hanya bertugas menjalankan profesi profesional sebagai seorang atlet.
"Harapannya sih semua bisa bersatu agar sepak bola kita mau klubnya maupun suporternya agar semua bisa merasa memiliki sepak bola Indonesia supaya tercipta sepak bola yang bisa dinikmati bersama-sama," tegasnya.
Bicara rivalitas
Selain itu, Aditya menjelaskan bahwa sepak bola memang membutuhkan rivalitas agar suatu pertandingan dapat berjalan menarik.
Hanya saja, Aditya meminta agar semua pihak tidak menyalah artikan terkait rivalitas yang menjurus kepada kekerasan di luar lapangan.
"Tanpa rivalitas sepak bola juga hambar rasanya. Tapi harus ke arah yang positif aja sih menurut saya. Bersaing untuk kreatifitas dan cara mendukung tim yang lebih positif mungkin akan keren menurut saya," paparnya.
Aditya pun menginginkan agar rivitas di dalam sepak bola tidak berujung pada dendam berlebihan hingga menyebabkan tindak kekerasan.
"Tanpa ada kekerasan dan juga harus ada darah yang tertumpah menurut saya itu bukan sebuah loyaliyas karena merugikan dan membahayakan orang lain. Saya yakin saat ini banyak suporter yang lebih menekankan kepada kreasinya," ungkapnya.