Kalau itu diselesaikan, baru urusan kontrak pemain, urusan lapangan dan segala macamnya.
Itu, kan, istilahnya bisa mengikuti.
Kalau pemain sudah selesai urusan kontraknya pelatih juga sudah beres kontrak, lapangan sudah siap, izin tidak keluar kan tidak jadi juga.
Jadi itu harus dipetakan dulu ketika kita mau memulai kegiatan
Mungkin bukannya mereka tidak mengerti, saya pikir mereka juga paham cuman mungkin terlalu yakin kalau itu akan bisa diselesaikan dan diatasi sehingga akhirnya H-3 baru memutuskan.
Itu yang menurut saya tidak boleh terulang lagi.
Kalau melihat kompetisi ini harus melihatnya secara utuh.
Kompetisi itu bukan sekadar menunjukkan bahwa kondisi kita aman bahwa ekonomi bergerak.
Tapi yang harus diingat ada ribuan orang yang nasibnya bergantung di kompetisi.
Ada pemain, pelatih, pengurus lapangan, dokter tim, fisioterapi dan bagian catering yang terlibat dalam industri ini.
Mereka menggantungkan hidupnya pada kompetisi ini. Jadi bukan berarti kalau katakanlah saya ingin kompetisi bergulir bukan berarti karena egoisme kepentingan individual, tapi karena memang ada ribuan orang yang bergantung kepada kompetisi ini dan negara punya kewajiban untuk memperhatikan.
Orang-orang ini, kan, bukan bagian dari orang yang mendapatkan bantuan langsung tunai.
Jadi negara juga punya kewajiban memperhatikan nasib orang-orang ini.
Memberikan kesempatan keleluasaan ke mereka untuk mendapatkan nafkahnya dari kegiatan atau dari profesi yang ditekuni.
Memang harus dipertimbangkan kepentingan kesehatan, keamanan dan keselamatan.
Masalahnya begini kalau dalam konteks sepak bola, kompetisi ini bukan tidak ada di negara lain, negara lain sudah menjalankan dan bisa jalan dengan baik.
Kalau ada kasus positif langsung karantina, pemain tidak boleh main, begitu prosedurnya begitu protokol yang sudah ada.
Kenapa kompetisi ini dinggap secara keseluruhan tidak terlalu berbahaya karena sudah ada contoh lain di tempat lain bisa berjalan.
Baca: Jadwal Liga 1 2020 Berubah, Pelatih Persib Bandung Minta Penjelasan PT LIB
Kecuali di tempat lain tidak ada yang bisa menjalankan kita ngotot untuk menjalankan
Inggris, Jerman, Italia dan negara-negara yang cukup tinggi Covid-19 juga bisa jalan.
Artinya tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Liga 1 tidak bisa dijalankan.
Dari sisi teknisnya, kalau kompetisi ini tidak ada itu akan ada masa jeda yang terlalu panjang bagi pemain.
Mereka tidak bisa bermain yang akibatnya kualitas dan kemampuannya akan menurun. Sehingga sepak bola kita ikut terganggu.
Apalagi kita mau jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan.
Dengan tidak adanya kompetisi praktis anak-anak muda kita tidak punya kesempatan untuk menunjukkan bakatnya.
Baca: Dirut PT LIB Salut Persebaya Berani Umumkan 6 Personel Positif Covid-19 Jelang Liga 1 2020
Sekarang bagaimana pelatih timnas mau mencari pemain tambahan u-19 Kalau tidak ada kompetisi itu contohnya.
Katakanlah itu terlalu egois kalau, begitu kan kita bicara dari aspek yang lain seperti yang saya bilang tadi dari aspek kemanusiaan. (tribun jabar/ferdyan adhy nugraha)