TRIBUNNEWS.COM - Jawara Liga Champions musim 2018/2019 Liverpool akan menjamu Midtjylland di Anfield Stadium malam ini dalam lanjutan Liga Champions, matchday kedua babak fase grup.
Siapa yang tahu dengan Midtjylland? Sebuah tim 'antah berantah' yang berasal dari kota Herning, Denmark yang memiliki penduduk sekitar 50.000 orang.
Asal kata 'antah berantah' tersebut disampaikan sendiri oleh chairman Midtjylland, Rasmus Ankerses yang dia sampaikan ke Goal Internasional.
Midtjylland berdiri sejak 1 Juli 1999 dari penggabungan antara dua rival satu kota, Lkast FS dan Herning Framed.
Baca juga: Jadwal Liga Inggris Pekan ke-7, Live MolaTV, MU vs Arsenal, Liverpool & Tottenham Main Kandang
Baca juga: Jadwal Liga Champions Malam Ini Liverpool Lawan Tim papan Atas Liga Denmark
Namun siapa sangka, 21 tahun kemudian mereka bisa mencicipi sengitnya persaingan di ajang Liga Champions.
Penampilan kali ini adalah kali pertama bagi Midtjylland bisa merasakan babak fase grup Liga Champions, karena pada kesempatan sebelumnya mereka hanya mencapai babak kualifikasi.
Hal itu terjadi pada musim 2015/2016 dan musim 2018/2019.
"Itu adalah sesuatu yang kami impikan dan bicarakan, sesuatu yang mungkin tidak ingin kami katakan dengan lantang, Anda tahu? Dan itu terjadi sekarang," kata Rasmus Ankersen, dikutip dari Goal Internasional.
Perjalanan Midtjylland
Rasmus Ankersen yang saat ini menjadi ketua klub Midtjylland, menjelaskan, bagaimana tim kecil ini bisa mencapai kompetisi paling elit Benua Biru, Liga Champions.
"Kami mulai dari awal," katanya.
"Kami tidak punya apa-apa. Kami tidak punya uang, kami berada di antah berantah di Denmark, dari Kota Herning berpenduduk 50.000 orang, tanpa tradisi.
"Dan sekarang lihat, inilah kami 21 tahun kemudian, tiga kali juara Liga Denmark, mencapai babak gugur Liga Eropa pada musim 2015/2016, dan sekarang mencapai babak fase gugur Liga Champions.
"Ini merupakan perjalanan yang luar biasa, dan ini adalah kisah yang luar biasa," paparnya.
Namun bagaimana cara agar Midtjylland bisa melaju ke Liga Champions?
Rasmus Ankersen yang berkutik dengan Midtjylland sejak di akademi junior menganggap, timnya bukanlah tim biasa, namun tim paling paling inovatif.
"Saya pikir kami cukup unik," kata Ankersen.
"Mentalitas klub adalah melakukan sesuatu secara berbeda, untuk mengeksploitasi cara-cara baru dan mendorong hal-hal ke tepi.
"Ada keterbukaan di sini, dan saya pikir itu berasal dari fakta bahwa kami tidak memiliki tradisi.
"Orang-orang yang ada di sini sekarang, mereka menciptakan klub. Itu adalah selembar kertas kosong.
"Kami tidak memiliki seorang pemenang dalam kejuaraan pada tahun 1975, tapi kami selalu melihat ke depan, bukan ke belakang.
"Dan ketika Anda adalah klub seperti kami, tanpa minyak di tanah, seperti yang mereka katakan, tanpa hak istimewa dan sumber daya alam, apa yang Anda lakukan? Ini memaksa Anda untuk berpikir secara berbeda, berinovasi, bekerja keras.
"Jika kami bersaing, bahkan di dalam negeri di sini di Denmark, kami tidak dapat melakukan apa yang orang lain lakukan.
Midtjylland mendapatkan promosi ke divisi teratas Liga Denmark satu tahun setelah mereka didirikan.
Gelar juara Liga Denmark yang mereka raih pada musim 2014-2015.
Midtjylland memiliki metode yang unik dalam hal rekrutmen pemain, pembinaan dan pengembangan usia muda, bagaimana data adalah raja.
Mereka adalah klub pertama yang memanfaatkan atlet lempar ke dalam, Thomas Gronnemark, yang kini menjadi pelatih.
Thomas Gronnemark juga sempat merasakan menjadi pelatih untuk Liverpool
Dalam hal itu, Thomas memberikan kontribusi untuk Midtjylland sebagai klub yang paling efisien dalam hal bola mati.
"Kami mempekerjakan spesialis. Kami mengambil inspirasi dari NFL, yang banyak bekerja dengan situasi start-stop ini, dan kami menyewa pelatih pemukul bola.
"Kami memiliki Thomas yang membantu kami dengan lemparan ke dalam kami dan seiring waktu kami menciptakan apa yang kami sebut ruang set-piece, di mana para pemain, pelatih, orang-orang dari klub akan bertemu dan mendiskusikan bagaimana kami dapat mengambil permainan set-play kami ke level berikutnya.
"Brian Priske, pelatih kepala kami saat ini, adalah bagian besar dari itu ketika dia menjadi asisten manajer. Kami selalu mencari cara baru, ide baru," jelas Ankersen.
Hal Unik Midtjylland
Midtjylland melaju hingga babak fase grup Liga Champions dengan cara mereka sendiri.
Seperti yang disampaikan Ankersen, bagaimana tim memiliki cara pandang sebagai pecundang, bukanlah pemenang.
Karena sebagai pecundang, semua hal dan pertanyaan akan datang menghampiri. Di saat itulah untuk untuk bangkit dan mencapai kesuksesan.
"Kami selalu menempatkan diri kami pada posisi pecundang," tutur Ankersen.
"Banyak orang berbicara tentang memiliki emntalitas pemenang kan? Yah, menurutku kami perlu berpikir seperti pecundang.
"Saat Anda kalah, Anda memiliki semua pertanyaan, Anda ingin tahu bagaimana Anda bisa berkembang. Tetapi ketika Anda menang, Anda selalu ingin memiliki statu quo. Anda mengharapkan kesuksesan Anda berlanjut.
"Jadi secara mental, Anda selalu ingin memastikan bahwa organisasi belum benar-benar datang. Anda belum benar-benar menang.
"Kami selalu berusaha menampatkan diri kami sebagai penantang. Ini tentang kelaparan, tidak seperti kucing gemuk yang telah mencapai puncak gunung," dia mengibaratkannya.
Menarik dinantikan, bagaimana perjalanan Midtjylland di babak fase gugur Liga Champions, kompetisi yang mereka impikan selam ini.
Pada matchday pertama, Midtjylland yang tidak diunggulkan kalah telak dari Atalanta dengan skor 4-0.
Namun ketika melawan Liverpool, adalah malam yang spesial bagi tim asuhan brian priske.
"Untuk semua orang yang terkait dengan klub, ini adalah malam yang spesial," pungkas Ankersen.
(Tribunnews.com/Sina)