Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Kompetisi antar kampung atau yang dikenal dengan istilah tarkam menjadi kompetisi yang bermanfaat di tengah tertundanya kompetisi Sepakbola.
Meski mengandung pro dan kontra berbagai klub, tak jarang pula suatu klub atau pelatih memberi izin kepada pemain ikut tarkam dengan dalih menjaga feeling atau sentuhan bola serta kebugaran pemain, meski dengan pertimbangan tertentu.
Namun, bagi pemain, ternyata ada manfaat lain yang diperoleh selain merasakan sebuah kompetisi atau menjaga kebugaran.
Manfaat itu adalah uang saku yang diperoleh dari tarkam.
Pasalnya, tim yang berani merekrut pemain profesional rela membayar mahal pemain dalam sekali bertanding.
Uang tersebut tentu sangat bermanfaat menambah pemasukan bagi pemain.
Redi Rusmawan misalnya, salah satu pemain Liga 1 Indonesia yang kadang bermain di kompetisi tarkam.
Gelandang Persita ini menjelaskan sekali bermain dirinya mendapatkan uang yang tidak sedikit.
"Biasanya tergantung turnamennya dan benderanya (nama tim). Yang pasti di atas satu juta sekali bermain," tuturnya.
Jika tim yang bermain ada 16 tim atau 32 tim dan berhasil melaju hingga babak final, tentu pundi-pundi uang akan terus mengalir.
Meski termasuk menggiurkan, tapi Redi tak sembarangan dalam mengikuti tarkam.
Selain meminta izin terlebih dulu kepada manajemen klubnya, ia pun turut memastikan kualitas lapangan yang menjadi tempat bermain.
"Kalau kualitas lapangannya buruk, saya menolak karena beresiko tinggi mendapatkan cedera," ucapnya.
Begitu pula jika lokasi tarkam yang tak sesuai dengan hitungan anggaran yang ia terima.
Tak hanya itu, Redi menjelaskan, selain mendapatkan uang saku, kebugaran dan rasa berkompetisi, tarkam bermanfaat untuk mengasah kecepatan, daya tahan tubuh, serta mengaplikasikan latihan mandirinya di lapangan.