Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COMRafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Kompetisi antar kampung, atau dikenal dengan tarkam berubah menjadi obat pelipur lara akibat terhentinya kompetisi sepak bola Indonesia.
Tarkam memang berbeda dari Liga 1, Liga 2, bahkan Liga 3, namun tetap saja turnamen ini punya daya tarik sendiri.
Tak sedikit pemain profesional senang bermain di tim tim tarkam.
"Bagus untuk menjaga kondisi tubuh. Apalagi udah hampir sembilan bulanan tidak ada kompetisi, jadi tarkam pun tidak masalah sebagai wadah untuk menyalurkan latihan mandiri selama ini," tutur Redi Rusmawan, gelandang Persita Tangerang.
Pemain asal Parung, Bogor ini tak masalah bermain di tarkam karena pemain Persita diberikan lampu hijau oleh tim meskipun dengan anjuran tertentu.
Bermain di tarkam pun cukup menjanjikan.
"Sekali bermain biasanya jutaan. Kadang saat lolos ke final ada pula motivasi sendiri dari bosnya," sambungnya.
Di tarkam sendiri, Redi tidak kesulitan untuk adaptasi.
Bahkan acapkali dirinya justru bertemu dengan sesama pemain Liga 1 di turnamen tarkam.
"Bisa ganti-ganti pemainnya di tiap pertandingan. Itu lah tarkam. Kalau bukan di tim, kadang ketemu sesama pemain profesional di tim lawan," terangnya.
Lantas, Redi pun menjadikan tarkam sebagai obat dari kerinduannya akan kompetisi sepak bola.