Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Sepakbola selalu punya kisah tersendiri. Baik soal kompetisi, kisah inspiratif pemain atau kisah klub.
Kali ini kisah pengorbanan muncul dari tingkatan terbawah yaitu sekolah Sepakbola.
Sekolah sepak bola atau dikenal dengan SSB adalah wadah untuk pembinaan Sepakbola usia dini. Tentu bukan keuntungan yang jadi tujuan SSB didirikan.
Ini lah awal kisah SSB D16 yang berada di Ciledug, Tangerang.
Pendirinya, Muhammad Kurdinal, mantan pemain Timnas Indonesia U-16 era 2001-2002-an, rela menjual motor Ninja 250 miliknya demi mendirikan SSB. Ini terjadi di tahun 2019 lalu.
Sebuah awal pengorbanan demi membina anak-anak usia dini, agar kelak mampu menjadi pesepak bola.
"Itu motor pertama saya yang saya jual saat membuka ini (SSB). Harganya dulu sekira Rp. 30 Jutaan. Saya mau berkorban, dan tidak ada istilah tanggung-tanggung," ucapnya.
Kurdinal membuka SSB bukanlah untuk lahan berbisnis. Ia pun sadar bahwa SSB tak bisa menjamin kesehatan finansial.
Namun, kebahagiaan batinlah yang diutamakan olehnya.
"Jika kelak mereka mampu menjadi pesepak bola profesional, mampu mengumrohkan orang tua mereka. Saya orang pertama yang akan bahagia, dan itu kebanggaan saya," tutur pria yang pernah membela tim Barito Putra tahun 2005 ini.
Lanjutnya, beratnya menjadi pesepak bola seperti yang ia lalui dulu membuatnya terdorong mendidik anak-anak sejak usia dini.
Bahkan dirinya rela menjadikan pelatih berlisensi yang notabennya adalah mantan pemain timnas Indonesia sebagai pelatih di SSBnya.
Sebut saja Hermansyah, kiper Timnas Indonesia era 1980an, Herman Pulalo, bek Timnas Indonesia era 1996an, ada pula mantan pemain timnas kala SEA Games 2003, Rommy Dias Putra, yang mendidik anak-anak SSB D16 secara langsung.