TRIBUNNEWS.COM - Apa kabar Egy Maulana Vikri di Lechia Gdansk?
Sepertinya tahun 2021 Egy Maulana Vikri akan dihadapkan pada persaingan berat di klub Liga Polandia tersebut demi mendapatkan jatah bermain.
Saat ini, kontribusi para pemain muda Lechia Gdansk sedang ditimbang-timbang pelatih.
Lalu, bagaimana peluang Egy Maulana Vikri?
Baca juga: Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman Jarang Dapat Menit Bermain, Apa yang Salah?
Menjelang paruh kedua Liga Polandia (Ekstraklasa) musim 2020-2021, Pelatih Lechia Piotr Stokowiec mulai menyiapkan proyeksi tahun depan.
Masalah eksistensi dan kontribusi pemain muda diungkap Stokowiec dalam sebuah wawancara khusus.
Pelatih menuntut skuatnya berlari kencang di paruh kedua Liga Polandia (Ekstraklasa) 2020-2021 agar memenuhi target masuk 4 besar di akhir kompetisi.
Lechia masih terjepit di posisi kedelapan klasemen dengan nilai 19 dari 14 laga.
Baca Juga: Gelandang Muda Asli Polandia Ini Ancam Posisi Egy Maulana Vikri
Untuk bisa masuk ke 4 besar, persaingannya sangat ketat, karena ada 4 klub di atas Lechia dengan selisih poin tipis.
Apalagi untuk bisa merangsek ke zona Liga Europa dan Liga Champions, persaingan lebih berat lagi.
Zona Liga Champions di posisi pertama klasemen saat ini diduduki Legia Warsawa dengan nilai 29.
Sementara zona Liga Europa di posisi kedua dan ketiga ditempati Rakow Czestochowa dan Pogon Szczecin dengan nilai 28.
Lechia akan memulai laga paruh kedua Ekstraklasa pada 30 Januari 2021.
Namun, mulai 4 Januari seluruh pemain Lechia harus kembali berkumpul untuk melakoni latihan dan sejumlah uji coba.
Baca Juga: Data Buktikan Egy Maulana Vikri Lebih Teruji dari 8 Pemain Muda Lechia
Stokowiec sebetulnya berencana ke luar negeri untuk pemusatan latihan, tapi batal dilakukan karena situasi pandemi Covid-19.
Jadi, Lechia akan mempersiapkan diri di Gdansk dengan melakoni sejumlah uji coba melawan klub lain.
Ada 20 pemain Lechia yang sempat terpapar Covid-19 dan kini sudah sembuh.
"Saya berharap persiapan akan berjalan tanpa turbulensi," ucap Stokowiec, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Trojmiasto.pl, Senin (28/12/2020).
Salah satu program penting Stokowiec menghadapi paruh kedua musim Ekstraklasa ini adalah partisipasi para pemain mudanya.
Stokowiec menyebut 6 pemain muda yang diproyeksikan akan diberi banyak kepercayaan.
Baca Juga: Ini Penjelasan AFC soal Nasib Piala Asia U-19
Pemain pertama, Jakub Kaluzinski, gelandang asal Polandia berusia 18 tahun.
"Dia telah diberi lebih banyak kesempatan dan melakukannya dengan baik," puji Stokowiec.
Alumni Lechia U-19 itu telah tampil 7 kali dengan durasi 397 menit di Ekstraklasa musim ini.
Di Piala Polandia musim ini, Kaluzinski tampil 2 kali dengan waktu 113 menit.
Dua pemain muda yang disebut berikutnya adalah Kacper Urbanski dan Mateusz Zukowski.
"Urbanski dan Zukowski juga menunjukkan yang terbaik," kata Stokowiec.
Penyebutan nama Urbanski sangat mengejutkan karena jumlah menit bermainnya masih sangat minim jika dibandingkan dengan Egy Maulana Vikri.
Urbanski baru tampil 1 kali dengan durasi 9 menit di Ekstraklasa musim ini, tapi dipercaya 90 menit di Piala Polandia.
Gelandang asli Polandia jebolan Lechia U-19 itu masih sangat muda, yakni 16 tahun.
Zukowski juga asli Polandia berumur 19 tahun, baru tampil 6 kali dengan durasi 98 menit di Ekstraklasa.
Baca Juga: Kenapa Shin Tae-yong Tak Ikut Dampingi Langsung Timnas U-19 Indonesia?
Pemain muda berikutnya adalah Tomasz Makowski dan Karol Fila.
"Makowski dan Fila sudah punya nama di liga," ucap Stokowiec.
Makowski, gelandang Polandia berusia 21 tahun yang meroket dari Lechia II, sudah tampil 9 kali dengan waktu 712 menit di Ekstraklasa musim ini.
Sedangkan Fila adalah bek langganan Lechia berumur 22 tahun yang sudah tampil 13 kali dengan durasi 1.040 menit.
Stokowiec kemudian menyebut Jan Bieganski, gelandang 18 tahun yang baru direkrut dari GKS Tychy 17 Desember 2020.
"Jan Bieganski akan bergabung, jadi saya senang dengan latar belakang kaum muda," kata Stokowiec.
Baca Juga: Kata Syahrian Abimanyu, Banyak Pemain Indonesia Ingin ke JDT
Hal yang tak kalah penting, Stokowiec juga sedang membidik beberapa pemain dari akademi Lechia.
Ditanya soal kebutuhan khusus untuk transfer pemain, Stokowiec menjawab, "Kami butuh beberapa perubahan untuk menyegarkan ruang ganti."
Jadi, setelah nama Egy "hilang" dari memori pelatih tentang proyeksi pemain muda Lechia 2021, apakah sayap Timnas U-22 Indonesia ini akan terkena efek penyegaran ruang ganti?
Stokowiec akan mengumumkannya dalam waktu dekat.
Di Liga Ekstraklasa musim ini, Egy baru tampil 5 kali dengan durasi 62 menit.
Pemain asal Medan berusia 20 tahun itu sudah memasuki musim ketiga di Lechia Gdansk.
Pemain Muda Indonesia di Eropa Jarang Bermain, Apa yang Salah?
Apa yang membuat Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman sangat jarang dimainkan di klub Eropa?
Egy adalah pemain Lechia Gdansk di Liga Polandia atau Ekstraklasa.
Bintang Timnas U-22 Indonesia itu bergabung ke Lechia pada 11 Maret 2018 dengan kontrak 3 tahun dalam usia 18 tahun.
Egy mencetak debut tim inti atau utama Lechia pada 22 Desember 2018 sebagai cadangan dalam duel versus Gornik Zabrze.
Egy juga tampil dalam final Piala Super Polandia 2019 melawan Piast Gliwice sebagai cadangan ketika Lechia menang 3–1.
Sepanjang musim perdananya di Lechia, 2018-2019, Egy hanya tampil 2 kali dengan durasi 10 menit.
Baca Juga: Nasib Timnas U-19 Indonesia Seusai Piala Dunia U-20 2021 Dibatalkan FIFA
Di musim keduanya, 2019-2020, Egy bahkan hanya tampil 1 kali, tapi sebagai starter dengan waktu 46 menit.
Sedangkan di musim ketiganya, 2020-2021, hingga jeda paruh waktu, Egy baru tampil 5 kali dengan total durasi 62 menit, seluruhnya sebagai cadangan.
Pemain yang kini berumur 20 tahun itu ternyata memang tak masuk dalam skema utama Pelatih Lechia Piotr Stokowiec.
Masalah Egy itu setali tiga uang dengan Witan Sulaeman di klub Liga Serbia, Radnik Surdulica.
Gelandang Timnas U-19 Indonesia itu bergabung ke klub Eropa-nya dalam usia 18 tahun, tepatnya 10 Februari 2020.
Pemain yang kini berusia 19 tahun itu dikontrak Radnik 3,5 tahun.
Witan mencetak debut di tim utama pada 14 Juni 2020, ketika masuk menggantikan Bogdan Stamenkovic dalam kekalahan 2-4 dari Radnicki Nis di Liga Serbia.
Baca Juga: Beda JDT Perkenalkan Pemain Baru, Syahrian Abimanyu Pegang Syal, Danial Amier Naik Limusin
Sepanjang musim pertamanya, 2019-2020, Witan cuma tampil 2 kali sebanyak 71 menit.
Sedangkan di musim keduanya saat ini, Witan belum pernah dimainkan sama sekali.
Egy dan Witan teramat minim dimainkan di klub mereka itu, karena kalah bersaing dengan pemain lokal atau yang lebih berpengalaman.
Kasus serupa terjadi pada sejumlah pemain Malaysia di Eropa, yang tak bisa bertahan lama dan harus kembali ke liga lokal.
Pemain Malaysia itu antara lain Akmal Rizal Ahmad Rakhli dan Juzaili Samion di Strasbourg, serta Fadzli Shaari dan Rudie Ramli di SV Wehen.
Yang masih hangat adalah kasus Safawi Rasid, yang dikirim Johor Darul Ta'zim (JDT) ke Portimonense, klub liga utama Portugal, dengan status pinjaman 1 musim.
Namun, berhubung tak pernah dimainkan di Portimonense hingga 3 bulan, padahal terkenal sebagai pemain andalan Timnas Malaysia, maka Safawi terpaksa kembali ke JDT.
Baca Juga: Danurwindo Ungkap Gairah Syahrian Abimanyu dan Masa Depannya di JDT
Satu lagi pemain muda Malaysia yang "dipaksakan" ke klub senior Eropa adalah Luqman Hakim Shamsudin dalam usia 18 tahun.
Luqman bergabung dengan KV Kortrijk (Courtrai) di Liga Belgia sejak 6 Agustus 2020.
Dia baru tampil 1 kali selama 16 menit melawan Anderlecht tanggal 23 Oktober 2020.
Penampilan itu diduga hanya untuk menyenangkan hati Luqman dan rakyat Malaysia, apalagi Kortrijk dimiliki pengusaha asal negeri sendiri, Vincent Tan.
Setelah itu, Luqman tak pernah lagi tampil di Kortrijk.
Jangan ke Tim Senior
Di Malaysia, kasus yang menimpa para pemain mudanya di klub Eropa disadari sebagai langkah yang salah.
Namun, Malaysia tetap sangat bergairah mengirimkan pemain mudanya ke klub Eropa.
Agen sepak bola ternama Malaysia, Effendi Jagan Abdullah, berpendapat, mengutus pemain berusia 20 tahun ke atas ke Eropa, apalagi ke tim utama, adalah langkah keliru.
Baca Juga: Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Gong Oh-Kyun Mengundurkan Diri?
Effendi adalah pemilik sekaligus Managing Director Action Football Asia Sdn Bhd, perusahaan yang berurusan dengan luar negeri dalam urusan pemain, pelatih, dan aktivitas olahraga internasional.
Menurut Effendi, pemain berusia antara 16 dan 18 tahun lebih mudah dipasarkan ke Eropa.
Effendi mengungkapkan, sebagian besar klub Eropa tak berminat merekrut pemain asal Malaysia karena berbagai kendala, seperti kualitas dan kesulitan adaptasi atau menyesuaikan diri.
“Menurut saya, sulit bagi pemain berusia 20 tahun ke atas untuk beradaptasi dan menarik minat klub-klub di Eropa dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 18 tahun," tegas Effendi, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Utusan.com.my.
Pemain muda, imbuhnya, seharusnya memulai karier di klub Eropa dengan bermain bersama tim junior, bukan langsung dipaksakan ke tim utama atau senior.
Setelah matang, barulah pemain itu diserap ke tim utama.
Effendi menjelaskan, saat memulai dengan tim junior, pemain muda akan lebih memahami sistem dan pola permainan tim.
Baca Juga: Persija Jadi Klub Terpopuler di ASEAN, Kalahkan 9 Klub Termasuk Persib
"Skenario sepak bola klub-klub besar di Eropa adalah, mereka sendiri mencari pemain yang diinginkan karena memiliki pencari bakat di seluruh dunia," tutur Effendi.
Jadi, Effendi tak setuju dengan cara mengirimkan pemain muda langsung ke tim utama di Eropa, karena pasti membuat mereka sulit diturunkan atau mendapat kepercayaan dari pelatih.
Dari Indonesia, selain Egy dan Witan, Brylian Aldama dan Bagus Kahfi juga melangkahkan kaki mereka ke klub Eropa dalam usia 18 tahun.
Brylian ke klub utama Rijeka di Liga Kroasia, sedangkan Bagus menuju FC Utrecht di Belanda.
Bagus disebut-sebut tak akan ke tim senior FC Utrecht, tapi Jong Utrecht, yang bermain di kompetisi kasta kedua Liga Belanda.