Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Timnas Indonesia U-19 sudah tak lagi ada program lanjutan usai FIFA membatalkan Piala Dunia U-20 dan AFC membatalkan Piala Asia U-17 yang dijadwalkan keduanya diadakan di tahun ini.
Kini para pemain Timnas U-19 bersiap dikembalikan ke klub masing-masing usai menjalani karantina setibanya dari Spanyol pada Kamis pekan lalu.
Striker muda PSS Sleman, Saddam Emiruddin Gaffar mengaku kecewa dan sedih dengan kenyataan ini.
Meski demikian dirinya harus terus bekerja keras dan mengaku tetap bersyukur bisa mendapatkan kesempatan dilatih pelatih dunia seperti Shin Tae-yong.
“Di pemusatan latihan lebih banyak ke mental dan disiplin. Kalau udah capek, lebih dipaksa lagi. Gak gampang nyerah. Lalu kedisiplinan sama waktu. Telat sedikit aja langsung kena denda berupa uang. Dendanya beda-beda, kalau telat denda 300 ribu. Telat latihan denda 1 juta. Itu paling jelek. Bisa juga dipulangkan,” kata Saddam dalam keterangan resminya soal penerapan disiplin Shin Tae-yong, Selasa (19/1/2021).
Bahkan saat menjalani TC di Thailand ia dan para pemain Timnas U-19 lainnya tak punya waktu banyak untuk beristirahat di siang hari lantaran terus digembleng berlatih.
Lebih lanjut Saddam menilai Shin Tae-yong merupakan pelatih yang sangat keras dan disiplin dalam menjalankan program latihan terutama latihan fisik.
Ia beserta para pemain lainnya setiap hari harus berlari keliling lapangan selama 20 menit dan setiap putarannya tak boleh di bawah waktu yang sudah ditentukan.
“Coach STY lebih menekankan untuk ke mental dan kedisiplinan, sama tingkatkan fisik juga biar jadi tidak mudah menyerah,” kata Saddam.
“latihan fisik terus. Tiap hari fisik. Putar lapangan 10 menit. Satu putaran harus di bawah 1 menit 20 detik. Itu dua set, berarti 20 menit. Dan ngetrap juga (naik turun tangga),” pungkasnya.