Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Operator kompetisi sepakbola Liga 1 dan Liga 2, PT LIB dan PSSI sedang berusaha untuk mendapatkan restu dari pihak kepolisian guna menggelar kompetisi 2021.
Namun, sebelum itu mereka meminta pihak Kepolisian untuk mengizinkan rencana turnamen pramusim yang diadakan pada 20 Maret mendatang.
Selain jadi ajang pemanasan klub-klub, turnamen pramusim juga akan dijadikan evaluasi pihak kepolisian untuk melihat sejauh mana efektivitas penerapan protokol kesehatan sebelum akhirnya izin resmi gelaran kompetisi Liga 1 dan Liga 2 pada Juni mendatang diberikan.
Melihat kondisinya yang tetap jadi evaluasi pihak kepolisian, Direktur Operasional PT LIB Sudjarno pun membeberkan bahwa turnamen pramusim nanti akan berjalan dengan regulasi yang tak terlalu keras, satu di antaranya soal kontrak pemain.
“Nanti turnamen ini bisa agak lebih soft lah regulasinya. Tidak perlu ada kontrak misalnya, tapi ada perjanjian yang ketika untuk kontrak musim kompetisi. Turnamen tidak keras regulasinya. Kalau turnamen berjalan mulus, maka Insya Allah semuanya berjalan mulus,” kata Sudjarno usai rapat koordinasi pada Rabu pekan lalu.
Mendengar pernyataan tersebut, General Manager Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman turut angkat bicara,
Menurutnya, kontrak pemain seharusnya sudah termasuk beberapa ajang di dalamya begitupun dengan turnamen pramusim.
“Kalau kita bicara tentang hakikat kontrak, kontrak itu satu tahun atau satu musim. Terserah di dalamnya di pramusim, piala Indonesia, liga, AFC, selama itu ada dalam masa kontrak pemain wajib mengikuti event yang diikuti klub,” kata Ponaryo saat dihubungi wartawan, Selasa (16/2/2021).
“Kalau dari APPI mengacunya kepada kontrak. Jadi artinya durasi kontrak satu tahun atau satu musim. Kami tidak mengenal durasi kontrak tiga bulan. Sangat riskan buat pemain”,
“Beda hal dengan orang magang, orang trial, orang probation. Karena risiko yang didapat pemain saat main tiga bulan itu sama dengan risiko satu tahun,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ponaryo menegaskan jika kontrak perlu ada perubahan dalam situasi seperti ini, keputusan tersebut harus menguntungkan kedua belah pihak; klub dan pemain.
“Sekali lagi digarisbawahi, memang benar perlu adjustment, situasi sama-sama susah, tidak menentu. Situasi ini sama sama merasakan, jangan sama-sama susah tetep mau menang sendiri,” pungkasnya.