News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Persib Bandung Berulang Ulang Tahun ke-88

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Persib Bandung dengarkan arahan pelatih

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Hari Minggu 14 Maret 2021 adalah hari bersejarah bagi Persib Bandung.

Hari itu, 14 Maret 19933 Persib Bandung lahir. Kini usianya 88 tahun.

Perjalanan panjang telah dilalui Persib Bandung sejak dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga di zaman pembangunan dan era digital.

Pendukung Persib Bandung pun tak hanya terbatas pada teritorial nama wilayah Bandung, tapi sudah menjadi klub kebanggaan warga Jawa Barat.

Anda yang mencintai Persib Bandung patut bersyukur klub dengan usia yang terbilang tua ini masih eksis hingga kini, bahkan menjadi klub yang disegani oleh klub-klub lain di Liga 1 Indonesia.

Minggu 14 Maret 2021 Persib ulang tahun ke-88.

Anda pendukung Persib Bandung, para bobotoh, apakah Anda tahu kalau sejarah klub Persib Bandung bermula dari klub perjuangan para tokoh pergerakan atau kaum nasionalis perjuangan kemerdekaan RI?

Pada 14 Maret 1933 Persib Bandung lahir dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB).

BIVB merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu.

Ketua umumnya adalah Syamsudin, lalu diteruskan oleh putra pahlawan Dewi Sartika, yakni R. Atot.

BIVB kemudian menghilang dan tergantikan dengan Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).

Pada 14 Maret 1933 kedua klub tersebut sepakat untuk melebur dan lahirlah Persib. Ketua umum yang terpilih adalah Anwar St. Pamoentjak.

Ada beberapa klub yang bergabung ke dalam Persib, yakni SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.

Persib mengawali juara pada Kompetisi 1939 di Solo. Sebelumnya hanya menjadi runner up, yaitu pada Kompetisi Perserikatan 1933 (Surabaya), 1934 (Bandung), dan 1936 (Solo).

Harian Kompas (20/2/1992) mencatat Persib meraih gelar juara pada 1937, 1950, 1961, 1986, dan 1990.

Pemain lama Persib yang masih aktif mengikuti perkembangan dari dekat hingga 1992 di antaranya Aang Witarta dan Ade Dana.

Kedua mantan pemain sepak bola ini pernah memperkuat Persib antara 1951 sampai 1961.

Mereka bermain bersama pemain lainnya Omo, Rukman, Wowo, Sunarto, Isak Udin, Rukma, Fatah Hidayat, Henky dan Pietje Timisela.

Harian Kompas (18/4/1994) mengabarkan Persib berhasil mendapatkan Piala Presiden pada 1994 setelah menakhlukkan juara bertahan PSM Ujungpandang 2-0.

Namun prestasi Persib masih banyak lagi.

Tim sepak bola kesayangan warga Bandung ini juga dikenal dengan kekompakannya.

Seperti pada Piala Presiden tersebut, digambarkan Bandung sepi nyaris seperti kota mati. Penduduk di kota ini masing-masing duduk di depan televisi begitu pertandingan Persib-PSM dimulai.

Para pedagang kaki lima yang biasanya duduk berjejer di depan Bandung Indah Plaza Jalan Merdeka maupun Jalan Dewi Sartika, jantung kota Bandung, juga tidak ditemui.

Jalan di Kepatihan, seputar Alun-alun Bandung yang setiap hari dan sore macet, begitu pertandingan dimulai mendadak lengang.

Di beberapa rumah, sorak penduduk begitu bergemuruh ketika Persib mencetak gol pertama. Namun saat TVRI menghentikan sementara penayangannya karena siaran berita pukul 19.00 berbagai keluhan pun keluar.

"Kok tega-teganya TVR menghentikan penayangan Persib-PSM. Ini kan bukan peristiwa yang terjadi setiap tahun," ujar pendukung fanatik Persib yang menelpon ke Kompas Bandung. Meski lahir di Kota Kembang, namun Persib dibanggakan warga Tanah Pasundan, Jawa Barat.

Dalam perkembangannya, penggemar Persib kemudian menamakan diri sebagai bobotoh.

Dikutip Harian Kompas (16/3/2016) kata itu dipilih dari Bahasa Sunda yang berarti ’pendukung, memberikan dukungan, dorongan, dan semangat’. Puncak antusiasme bobotoh terhadap Persib terjadi pada 1980-an.

Setiap kali Persib berlaga di Stadion Utama Senayan, puluhan ribu bobotoh dari seluruh Jawa Barat mengalir ke Jakarta untuk menyaksikan dan mendukung langsung tim kesayangannya.

Saat final Perserikatan di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang mempertemukan Persib dan PSMS Medan tahun 1983, misalnya, mobilisasi lebih dari 100.000 orang menuju Jakarta serempak dilakukan di banyak daerah di Jabar.

Bahkan, Gubernur Aang Kunaifi meminta aktivitas di Jawa Barat saat pertandingan final dihentikan sementara guna memberikan dukungan kepada Persib.

Selain faktor ikatan sejarah dan pewarisan turun-temurun, secara implisit identitas Sunda atau Jawa Barat begitu melekat dalam jati diri Persib dan bobotoh. Salah satu slogan bobotoh adalah make manah.

Kalimat Bahasa Sunda itu artinya menggunakan hati, adalah salah satu slogan bobotoh dalam mencintai klub Persib. Kecintaan terhadap Persib datang dari hati yang tulus.

Ujaran ”Persib nu aing” (Persib milikku) boleh jadi bukan semata pemeo belaka. Nu aing adalah bahasa Sunda yang egaliter untuk menunjukkan konteks ”kepunyaanku”.

Persib punya julukan, seperti ditulis di Harian Kompas (20/2/1992) yaitu Maung Bandung.

Dikutip Harian Kompas (16/3/2016), Maung Bandung berasal dari Budaya Sunda.

Dalam mitologi Sunda, maung atau macan merupakan perwujudan metafisik dari Prabu Siliwangi, raja dari Kerajaan Sunda pada abad ke-14.

Maka, penyebutan maung yang dilekatkan pada Persib dapat menunjukkan bahwa Persib sebetulnya bernilai emosional, yakni kebanggaan rakyat Sunda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini