Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS. TANGERANG - Nasib pesepakbola di Liga 2 Indonesia tak banyak sebaik pemain yang berada di tim-tim Liga 1 Indonesia.
Tak bisa dipungkiri, sejak pandemi Covid-19 melanda Maret lalu, kompetisi sepak bola terhenti dan banyak tim di Liga 2 Indonesia yang dibubarkan. Bahkan sejak Juni 2020 lalu banyak pemain tidak mendapatkan lagi gajinya karena tim dibubarkan.
Hal yang berbeda dengan tim-tim Liga 1 Indonesia yang masih bisa membayar gaji pemain meski dengan potongan hingga 90 persen.
Tak heran, banyak pemain yang banting stir, baik bermain tarkam, maupun wirausaha.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Eka Dwi Susanto, salah satu gelandang Cilegon United musim 2020 lalu.
Eka tak gengsi jualan bakso.
"Ya sejak Liga berhenti saya jualan bakso mas, kan tidak dapat gaji lagi semenjak Juni lalu. Lumayanlah hasilnya menutupi biaya sehari-hari," ujarnya di Lapangan Garuda Larangan.
Eka mengaku mengambil bakso mentah dari pamannya lalu memasaknya, kemudian menjualnya per kotak, dimana isi perbungkusnya berbeda-beda, yang kecil berisi 70 dan yang besar berisi 35 per bungkus.
Ada pula 13 menu yang ia siapkan, seperti bakso kecil berisi 30, bakso sedang isi 35, bakso urat isi 10, bakso mercon isi 10, bakso telor, bakso granat, varisasi, mix urat, mix mercon, mix urat mercon, tahu biasa dan tahu pedas.
Bakso yang ia jual per kotak pun tergolong murah karena seharga Rp.30.000 sudah termasuk bumbu di dalamnya.
"Saya promosinya lewat sosial media, baik itu Whatsapp, Instagram, facebook. Alhamdulillah teman istri juga banyak ya, kan bakso identik sama cewek ya, jadi laris juga. Bahkan saya juga sudah punya beberapa langganan," paparnya.
Tak jarang pula dirinya membawa bakso dagangannya saat latihan dan menawarkannya kepada teman-temannya di lapangan.
Eka mengakui, ia bisa meraup keuntungan bersih Rp.5000 dari setiap kotak yang ia jual.
Tak heran, Eka menjelaskan hasil jualan bakso cukup untuk biaya bulanan ia dan keluarga kecilnya bahkan sanggup membayar angsuran mobilnya.
"Alhamdulillah lewat dagang bakso saya bisa bayar sisa angsuran mobil saya yang sisa satu tahun. Saya juga tidak sampai menjual aset akibat pandemi ini. Saya bersyukur, ini juga rejeki anak saya ya. Padahal angsuran mobil itu Rp. 3 jutaan, belum lagi biaya untuk keperluan anak," tambahnya.
Lanjutnya, jika melakukan perhitungan biaya keluar, ia harus merogoh kocek setiap bulannya sebesar Rp.6 jutaan.
Berkat jualan bakso ia bisa meraih rejeki Rp. 9-10 juta per bulanan.
"Sehari paling sedikit saya bisa meraih untung Rp.300.000. Saya tidak gengsi jualan bakso, saya juga tidak malu, bahkan kadang saya bawa keranjang bawa bakso ke lapangan dan jualan, meski kadang muncul pertanyaan dari yang lain, pesepakbola jualan bakso?, saya tidak masalah. Yang penting halal," tutupnya.