Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Musim kompetisi 1994-1995 tak akan pernah hilang dari ingatan Peri Sandria.
Legenda sepakbola Indonesia asal Sumatera Utara ini berhasil mencetak sejarah dalam persepak bolaan Indonesia.
Peri mencatatkan rekor pencetak gol terbanyak di liga dengan 34 gol.
Hingga saat ini, torehan gol tersebut belum bisa dilewati oleh striker lokal Indonesia.
Rasa bahagia Peri Sandra berlipat ganda kala itu setelah mendengar kabar topskor akan mendapat hadiah Rp.50 juta.
Saat kompetisi usai, juara, topskor dan pemain terbaik diumumkan, namun Peri Sandria harus menelan pil pahit karena kabar awal tidak sesuai dengan kenyataan.
"Sejak awal udah diinformasikan kalau topskor yang meraih Rp.50 juta. Bahkan teman-teman wartawan juga dulu sudah mengucapkan selamat. Saya sudah sempat gemetar. Saat diumumkan, saya menunggu-nunggu uangnya. Ternyata itu uang untuk Widodo Cahyono Putro sebagai pemain terbaik. Saya sempat bicara, karena yang semestinya mendapat uang Rp.50 juta adalah topskor, karena pemain terbaik tidak ada diumumkan akan mendapat itu," ucap Peri.
Alhasil Peri Sandria pun pulang, lalu membanting sepatu emasnya. Peri Sandria kecewa.
"Buat apa ya. Maksud saya itu kalau dapat topskor, dapat sepatu emas dan dapat hadiahnya, itu prestasi yang bagus untuk saya. Karena patokan saya informasi di awal itu," tambahnya.
Peri mengaku sempat mengalami drop secara mental saat peristiwa itu. Ia merasa sepak bola tak adil.
"Saya akhirnya mengambil sisi positifnya dan mencoba memotivasi diri saya. Alhasil musim 1996, saya berupaya maksimal lagi. Saya berduet dengan Dejan Glusevic. Saya mencetak 25 gol dan Dejan 30 gol. Memang saat itu kami gantian, Dejan yang kami dukung untuk meraih topskor. Kami saat itu juara musim 1995-1996," ucapnya.
Sialnya lagi, saat itu dirinya mendapat voting pemain terbaik. Namun, lagi-lagi saat pengumuman namanya tidak mencuat.
Alhasil ia mengalami kekecewaan lagi.
"Teman-teman dari wartawan dulu vote saya. Tapi justru pemain lain yang raih. Sejak itu saya kecewa dan motivasi saya di sepak bola tak sekuat sebelum-sebelumnya. Meski dihibur oleh manajer, namun saya menjelaska. Prestasi pemain akan komplit jika meraih juara, topskor dan pemain terbaik. Saya mencari itu saat berkarier," tutupnya.