Ditambah lagi, De Gea bukanlah sosok yang dikenal lihai dalam menyelamatkan penalti, atau menghadapi adu tendangan penalti.
Terakhir kali David de Gea menyelamatkan eksekusi penalti, adalah di ajang Piala FA Tahun 2016, yang mana saat itu de Gea menghentikan sepakan penalti Romelu Lukaku.
De Gea sejatinya sudah mempersiapkan diri untuk eksekusi penalti, bahkan memiliki contekan di balik handuknya mengenai arah eksekusi penalti pemain Villarreal, namun gagal.
Samuel Luckhurst dari Manchester Evening News, bahkan menyebut, angka penyelamatan penalti de Gea adalah yang rendah di Liga Inggris.
Sedangkan Dean Henderson memiliki statistik lebih baik dalam penalti, musim lalu ia menghentikan 2 dari 4 penalti yang dihadapi Sheffield United.
Salah satunya adalah sepakan Gabriel Jesus dalam laga menghadapi Manchester City.
Penyesalan untuk tidak menjadi eksekutor pertama juga diungkapkan oleh pelatih Setan Merah, Ole Gunnar Solskjaer.
"Saya tidak bertanya kepada Bruno siapa yang memenangkan undian," tambah Solskjaer.
"Saya membiarkan dia melanjutkannya, kami memiliki pengambil penalti dengan keyakinan, kami membuat beberapa perubahan untuk mendapatkan mereka dan mengambil penalti.
"Hanya tidak bisa menghentikan mereka mencetak gol." ujar Solskjaer.
Teori menjadi penendang pertama ini diterapkan dalam Final Liga Champions 2008 antara Chelsea menghadapi Manchester United.
Palacios-Huerta saat itu direkrut secara khusus oleh Chelsea untuk mengantisipasi adanya babak adu penalti di laga yang digelar di Rusia tersebut.
Chelsea kalah tos koin kala itu, dan John Terry berusaha untuk mempengaruhi Ferdinand untuk memberikan peluang eksekusi penalti pertama kepada Chelsea.
Namun, Ferdinand yang awalnya tidak yakin memutuskan mengambil giliran pertama bagi United.