TRIBUNNEWS.COM - Ada keputusan yang dinilai aneh dari pelatih Manchester City, Pep Guardiola, saat menghadapi Chelsea di final Liga Champions.
Keputusan yang menjadi sorotan tersebut dinilai menjadi satu di antara faktor penyebab kalahnya Man City dari Chelsea.
Seusai laga, Guardiola angkat bicara soal alasan di balik keputusan anehnya tersebut.
Manchester City dipaksa mengakui kekalahan dengan skor 0-1 oleh Chelsea dalam laga yang diadakan di Estadio do Dragao, Porto, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB.
Gol semata wayang kemenangan Chelsea dicetak oleh Kai Havertz pada menit ke-42.
Baca juga: Saking Girangnya Chelsea Juara Liga Champions, Pencetak Gol The Blues Keceplosan Ngomong Kasar
Havertz mencetak gol dengan memanfaatkan celah di lini belakang Manchester City dan mendapat umpan terobos dari Mason Mount.
Gol tunggal tersebut akhirnya mengantarkan Chelsea meraih gelar Liga Champions keduanya sepanjang sejarah klub.
Baca juga: Catatan Menarik Timnas Indonesia Vs Oman, Dari Gol Keras Evan Dimas Hingga Pergantian Misterius
Sebelumnya, klub berjuluk The Blues itu pernah menjuarai Liga Champions pada 2012.
Bagi pelatih Chelsea, Thomas Tuchel, ini merupakan yang pertama kalinya ia menjuarai Liga Champions.
Tuchel sempat berkesempatan meraih gelar Liga Champions pada musim lalu, namun takluk oleh Bayern Muenchen di final.
Sedangkan bagi Manchester City, mereka gagal memanfaatkan final Liga Champions pertamanya untuk mengukir sejarah baru.
Bagi pelatih Manchester City, Pep Guardiola, kekalahan tersebut memperpanjang catatan buruknya di Liga Champions.
Baca juga: Chelsea Juara Liga Champions, Aksi Malu-Malu NGolo Kante di Depan Trofi Bikin Fans The Blues Gemas
Guardiola tak kunjung berhasil menjuarai Liga Champions sejak pergi meninggalkan Barcelona pada 2012.
Bersama Barcelona, Guardiola tercatat dua kali menjuarai Liga Champions yakni pada 2009 dan 2011.
Dilansir Superball.id dari The Independent, ada satu keputusan Guardiola yang menjadi sorotan dan dinilai menjadi penyebab kekalahannya di final musim ini.
Keputusan Guardiola itu adalah dengan tidak memainkan gelandang bertahan murni dalam laga final.
Baca juga: Tuah Guardiola Tak Mempan ke Thomas Tuchel, Kalah Tiga Kali dalam 6 Minggu
Pelatih asal Spanyol itu tidak menurunkan Rodri ataupun Fernandinho yang merupakan gelandang bertahan.
Guardiola lebih memilih Ilkay Guendogan sebagai gelandang jangkar yang beroperasi di lini tengah bersama Bernardo Silva dan Phil Foden.
Ketiga gelandang tersebut merupakan pemain dengan tipikal yang lebih menyerang jika dibandingkan dengan Rodri atau Fernandinho.
Baca juga: Mengintip Kekuatan Timnas Malaysia, Dulu Kritik Indonesia Kini Pakai Naturalisasi di Tiap Lini
Selain dari lini tengah, Guardiola juga lebih memilih memainkan Raheem Sterling di lini serang untuk bisa lebih mendobrak Chelsea.
"Saya mencoba memilih yang terbaik untuk menang," ujar Guardiola.
Ia mengakui timnya kesulitan untuk menembus lini pertahanan Chelsea pada babak pertama.
"Kami kesulitan menembus lini belakang pada babak pertama, dan babak kedua sedikit lebih baik," imbuh Guardiola.