TRIBUNNEWS.COM – Penyelidikan kasus kematian Diego Maradona memasuki babak baru.
Muncul pengakuan yang menyebut bintang sepakbola Timnas Argentina itu terbunuh karena kelalaian staf medis.
Rodolfo Baque, pengacara satu di antara perawat Diego Maradona membeberkan kelalaian sang dokter yang menyebabkan sang mega bintang terbunuh.
Meninggalnya legenda sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona masih menimpulkan kontroversi.
Maradona meninggal pada 25 November 2020 diduga akibat terkena serangan jantung.
Mantan bintang Barcelona itu juga menderita beberapa penyakit lain seperti, gangguan hati, ginjal, dan kardiovaskular saat meninggal.
Baca juga: Fakta Baru Hasil Autopsi Diego Maradona Terungkap: Menderita Selama 8 Jam Jelang Kematian
Dua dari lima anak Maradona merasa curiga dengan meninggalnya sang ayah, dan mengajukan aduan untuk melakukan investigasi terhadap ahli bedah saraf Leopoldo Luque.
Tujuh perawat Maradona juga ikut terseret dalam kasus ini, salah satunya Dahiana Gisela Madrid.
Madrid menjadi perawat yang menemukan Maradona dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Perawat 36 tahun itu pun sudah menyiapkan beberapa bukti kesaksiannya kepada sang pengacara Rodolfo Baque.
Melalui Baque, Madrid mengaku bahwa Maradona meninggal karena terbunuh.
Baca juga: VIDEO Paul Pogba Singkirkan Botol Bir Sponsor EURO 2020 Saat Konfrensi Pers
Baca juga: Beredar Rekaman Suara Soal Diego Maradona Diberi Bir dan Mariyuana Sebelum Meninggal
"Mereka (dokter dan perawat) membunuh Diego," kata Baque dilansir SportFEAT.com dari Yahoo News.
Baque bersikeras bahwa dokter yang merawat Maradona saat dia pulih dari operasi otak adalah orang yang pantas disalahkan karena telah lalai.
Kelalaian tersebut bermula saat Maradona sedang dirawat karena masalah jantung, namun pada saat yang sama juga menjalani psikiatri yang mempercepat detak jantungnya.
Baca juga: Dugaan Maradona Diberi Bir dan Mariyuana Sebelum Meninggal, Ponsel Dicek, Dokter Bilang Si Gendut
Bukti kelalaian selanjutnya ialah ketika Maradona sempat jatuh saat berada di rumah sakit, dan ketika Madrid meminta agar dilakukan pemindaian CAT (Computerized Axial Tomography), seorang ajudan Maradona menolak dengan alasan jika pers mengetahuinya, maka itu akan terlihat buruk.
“Pada akhirnya, ada banyak tanda peringatan bahwa Maradona akan mati,” lanjut Baque.
“Dan tidak ada dokter yang melakukan apa pun untuk mencegahnya," tutupnya.
Madrid dan enam staf medis lain akan diperiksa oleh jaksa selama dua pekan ke depan.
Sebelum Madrid, Ricardo Almiron sudah terlebih dahulu diminta keterangan oleh jaksa pada Senin (14/6/2021).
Jika terbukti bersalah, tujuh tenaga medis yang menangani Maradona itu bisa terancam mendapatkan hukuman delapan sampai 25 tahun penjara.