TRIBUNNEWS.COM - Dalam laga Portugal vs Jerman di pekan ke-2 Euro 2020, nama Robin Gosens, mencuri perhatian dalam laga tersebut.
Pergerakannya di sisi kanan memang sempat senyap dalam 15 menit laga berjalan, namun setelahnya, ia menjadi kunci penting comeback Jerman dengan skor 4-2.
Dipanggilnya Robin Gosens ke timnas Jerman memang tidak mengejutkan melihat performa apiknya bersama Atalanta.
Baca juga: Profil Ciro Immobile, Andalan Italia di Euro 2020, Pemecah Tabu Nomor 17 dan Disamakan dengan Totti
Baca juga: Jadwal & Daftar Tim Tidak Lolos ke 16 Besar Euro 2020: Turki & Denmark Gagal, Spanyol dalam Ancaman
Baca juga: Italia vs Wales Euro 2020 Hari Ini, Perebutan Singgasana Grup A Euro 2020
Namun, mengisi satu tempat dalam skema Joachim Low, tentu membutuhkan banyak pembuktian, tidak terkecuali bagi Gosens.
Langkah tidak mudah ditempuh oleh Gosens, bercita-cita sebagai Polisi, hal tersebut urung terjadi karena satu hal : kaki kanan Gosens lebih panjang dari kaki kirinya.
Perjalanan karir sepakbolanya juga tidak mulus, Raphael Honigstein menceritakan di The Athletic, bagaimana Gosens menempuh karir yang berliku sebagai pemain professional.
Gosens memulai karirnya di Fortuna Elten, kemudian hengkang ke FC Bocholt dan Vfl Rhede di Jerman.
Kemudian Gosens memutuskan hengkang ke Belanda untuk bermain di Vitesse.
Namun, ia tidak mencatatkan satupun penampilan bersama Vitesse, Gosens dipinjamkan ke tim gurem seperti Dordrecth dan Heracles.
Pada musim 2017, Gian Piero Gasperini memulai revolusinya bersama Atalanta, sepakbola menyerang yang menjadi kiblatnya, membutuhkan fullback cepat yang juga disiplin dalam bertahan dan menyerang.
Gian Piero Gasperini selalu punya ciri, mengembangkan pemain biasa dengan menjadi berkualitas Timnas, dan ini berlaku juga untuk Robin Gosens.
Bermain untuk Gasperini, berlari dan bertarung dalah kunci dan inilah cara Gasperini bermain.
Detriminasi 100% adalah yang selalu dibutuhkan, hal inilah yang membentuk cara Gosens bermain di lapangan.
Prestasi terbaik Atalanta musim lalu dengan menembus semifinal membuatnya masuk Nationalmannschaft’s arahan Joachim Low sejak Nations League.
Tidak satupun perubahan permainan yang dilakukan Gosens baik di Timnas maupun di klub, ia selalu memberikan 100 persen selama 90 menit.
Dalam laga menghadapi Portugal, Gosens memang kesulitan di awal laga, terbukti, semua serangan Jerman bertumpu di sisi kanan yang diisi oleh Joshua Kimmich.
Namun, setelah gol dari Ronaldo di seperempat menit laga berjalan, Gosens mulai menunjukkan performa aslinya.
Ia menampilkan performa man‑of the-match, satu sundulannya membuat Jerman 4-1 setelah satu jam.
Baca juga: Italia vs Wales Euro 2020 Hari Ini, Perebutan Singgasana Grup A Euro 2020\
Baca juga: Euro 2020: Tentang Spanyol - Hilangnya Seorang Sosok yang Ditakuti Lawan dan Striker yang Melempem
Dalam laga tersebut, Gosens benar-benar membuat Nelson Semedo berulang kali kehilangan posisi dan kesulitan mengembangkan permainan.
Pertandingan ini sendiri adalah gambaran betapa mengerikannya skuat Jerman, yang terlihat agresif sejak awal, dengan Kai Havertz terus menekan Pepe yang terkejut.
Thomas Müller melakukan tekel di area tengah dan Mats Hummels menyapu bersih Cristiano Ronaldo di sekitar garis tengah dalam 10 menit pertama.
Kemudian Gosens menghasilkan salah satu momen permainan saat ia terbang di udara untuk mencetak gol akrobatik dari umpan silang Joshua Kimmich.
Sayangnya gol tersebut dianulir karena Gnarby terlebih dahulu berada di posisi offside.
Jerman tidak menyerah dan dua bek sayap, Gosens dan Kimmich, yang menciptakan sebagian besar peluang mereka.
Setelah Portugal unggul lebih dulu melawan run of play, keduanya sama-sama terlibat dalam gol penyeimbang Jerman di menit ke-35.
Kimmich menemukan Gosens dengan bola silang dan pemain Atalanta itu memberikan bola ke arah Havertz di tengah, memaksa Rúben Dias untuk mengarahkannya melewati Rui Patrício.
Dan begitulah seterusnya sepanjang 60 menit pertama, Kimmich dan Gosens bertukar operan untuk membuka pertahanan Portugal yang bingung.
Pelatih kepala, Fernando Santos, tampak bingung, tidak yakin apa yang sedang terjadi, dan juara Eropa itu tidak pernah menemukan cara untuk menghadapi Gosens yang berlari kencang.
Golnya, yang kedua di topi kesembilan dan yang pertama di final, tidak lebih dari yang pantas dia dapatkan.
Kimmich - siapa lagi? – memberikan umpan silang yang tepat untuk ditanduk oleh pemain berusia 26 tahun itu. Tak lama setelah itu dia ditarik.
Itu adalah kemenangan besar dan mempertgas cara bermain Low, Dia telah memilih starting XI yang sama seperti dalam kekalahan melawan Prancis dan sistem yang sama, 3-4-3.
Dan Gosens juga menjawab tuntas keraguan yang hadir padanya, kemenangan 4-2 atas Portugal membuka lebar langkah Jerman ke babak berikutnya.
Dalam bukunya Träumen Lohnt Sich (Dreaming is Worth It) Gosens mengenang sebuah kejadian ketika dia mencoba bertukar kaos dengan Ronaldo melawan Juventus.
"Setelah peluit akhir saya pergi kepadanya (Ronaldo), bahkan tidak pergi ke publik untuk merayakannya," tulisnya.
“Tapi Ronaldo tidak menerima. Dia bahkan tidak melihat saya, dia hanya berkata: ‘Tidak!’ Saya benar-benar malu.”
Dan kali ini, Gosens tidak bertukar baju dengan Ronaldo, yang mungkin bahkan kurang mood meskipun mencetak gol pembuka timnya.
Dan Gosens tetap akan melanjutkan performa apiknya dalam gelaran Euro 2020, menghadapi Hungaria adalah tantangan selanjutnya, namun Gosens tentu akan melakukan yang terbaik, dan membuktikan dirinya layak di Timnas.
(Tribunnews.com/Gigih)