News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Euro 2020

Roberto De Zerbi, Kunci Permainan Italia di Euro 2021, Dipuji Pep Guardiola hingga Arrigo Sacchi

Penulis: Gigih
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Roberto De Zerbi, pelatih Sassuolo/Roberto De Zerbi, Tokoh penting di balik digdayanya Italia di Euro 2021, dipuji Pep Guardiola dan menimbulkan gegar budaya sepakbola Italia

TRIBUNNEWS.COM - Kegemilangan Italia di Euro 2021, tidak lepas dari sentuhan dingin Roberto Mancini di sisi taktikal.

Sejauh ini, Italia tampil apik dan menghibur di sepanjang laga Euro 2021.

Namun, bukankah Italia dikenal sebagai Negara yang sangat taat mengadopsi sepak bola bertahan, kini berubah menjadi tim yang paling menghibur.

Hal ini tidak lepas dari adanya pelatih-pelatih dengan pola pikir baru dan menjadi pertentangan menibulkan gegar budaya di sepak bola Italia.

Mulai dari Gian Piero Gasperini di Atalanta, Antonio Conte di Juventus, dan Roberto De Zerbi di Sassuolo.

Nama terakhir dikabarkan akan merapat ke Shahktar Donetsk, tapi dari apa yang ditunjukkan, de Zerbi wajib mendapat kredit khusus dibalik penampilan apik Italia di Euro 2021.

Penyerang Prancis Sassuolo Gregoire Defrel (kiri) merayakan dengan gelandang Italia Sassuolo Manuel Locatelli setelah mencetak gol penyeimbang selama pertandingan sepak bola Serie A Italia Juventus vs Sassuolo pada 10 Januari 2021 di stadion Juventus di Turin. Marco BERTORELLO / AFP (Marco BERTORELLO / AFP)

Baca juga: Manuel Locatelli Bintang Italia di Euro 2021, Dibuang AC Milan kini Diburu Juventus dan Barcelona

Apa yang membuat Sassuolo menjadi sangat unik dan bahkan Pep Guardiola memuji secara langsung performa Francesco Magnanelli dan kawan-kawan?

Roberto De Zerbi adalah sosok pelatih muda, usianya baru mengincak 41 tahun, tetapi dia memadukan banyak unsur dalam permainannya.

Julukan Roberto De Zerbi pun unik, "master of beating press" atau ahli melepaskan diri dari permainan menekan lawan.

Roberto De Zerbi memadukan dua skema klasik Italia, pertahanan grendel Nereo Rocco dengan permainan menyerang taktis ala Arrigo Sacchi.

Permainanya mencuri perhatian Pep Guardiola ketika pada tahun 2018 ia menemui Arrigo Sacchi dan berkesempatan melihat beberapa tim, tetapi yang membuatnya terkesan adalah bagaimana Sassuolo bisa lepas dari tekanan dan memberikan pujian.

"Ketika melihat Sassuolo, saya melihat sebuah hal baru dan impresi dari sepak bola yang sangat luas," puji Pep.

Secara taktik, Roberto de Zerbi akan turun dengan skema 3-5-2 yang akan berubah menjadi 3-2-4-1.

de Zerbi mengaplikasikan apa yang dilakukan Carlo Ancelotti di AC Milan, sekilas secara permainan 'skema pohon cemara' akan ditampilkan dalam mengantisipasi serangan lawan.

Tetapi ketika menyerang, Arrigo Sacchi seolah bangkit kembali, Sassuolo akan memberikan izin kepada salah satu pemain belakang untuk membantu serangan, sekaligus menjadi opsi apabila lawan menekan.

Sehingga akan ada 2 pemain belakang dan 4 gelandang yang akan menjemput bola, ditambah satu bek yang akan berada di depan 4 gelandang, untuk menerima bola lambung apabila tim terjepit.

Uniknya, Sassuolo mewajibkan satu striker untuk menjadi pemain yang akan menjemput bola, jadi membantu pergerakan menyerang Sassuolo sekaligus menarik satu pemain belakang lawan.

Dominic Berardi menjadi sosok yang akan turun ke daerah pertahanannya untuk menjemput bola, posisinya akan diisi oleh Djuricic yang sedikit melebar untuk menerima umpan tersebut.

Roberto De Zerbi, pelatih Sassuolo (Website resmi Sassuolo)

Baca juga: Disebut Pasangan Bek Terbaik, Pembuktian Duo Veteran Italia Hadang Spanyol di EURO 2021

Baca juga: Timnas Italia Jadi Jagoannya Reksa Maulana Juara Euro 2020 Setelah Perancis Keok

Taktik ini membuat Sasuolo bisa lepas dari tekanan lawan, kuncinya adalah mengacaukan organisasi penyerangan lawan dengan memancing penyerang dan gelandang mereka dalam posisi yang penuh, sehingga membuat banyak celah di lini tengah.

Ketika di serang, apabila tim berubah dari 3 bek menjadi 5, Sassuolo akan berubah menjadi 4-2-3-1, transisinya memang akan sangat sulit, tetapi disinilah letak kejelian De Zerbi.

Taktik yang dilakukan De Zerbi adalah transformasi dari 2 filosofi permainan klasik Italia, permainan De Zerbi memberikan angin segar mengenai sepakbola Italia yang memiliki variasi permainan.

Uniknya, Sassuolo adalah tim dengan dengan rata-rata umur termuda ke-3 di Liga Italia di bawah Fiorentina dan Brescia.

Kini de Zerbi resmi hengkang ke Shahktar Donetsk, beberapa nama mulai masuk dalam incaran tim-tim papan atas Italia.

Locatelli mulai masuk buruan Juventus hingga Barcelona, bahkan striker gaek Berrardi juga masuk buruan Juventus untuk menjadi deputi.

Bukan hanya Sassuolo yang mendapatkan 'kado' dari permainan de Zerbi, namun Italia juga mengubah cara bermainnya lebih menyerang.

De Zerbi telah menjadi antitesis dalam perang budaya sepak bola di Italia, tempat di mana meminta pemain untuk berani, mengambil risiko dan bermain di bawah tekanan.

Namun tanpa pelatih seperti dia, tanpa klub seperti Sassuolo, Mancini tidak bisa memainkan sepak bola yang dimainkan Italia di Euro.

Sisanya ada pada Gasperini, Atalanta, Antonio Conte, bahkan Zdenek Zeman dan tim Pescara lamanya tanpa melupakan karya Arrigo Sacchi, Maurizio Viscidi dan Antonio Gagliardi di Federasi Sepak Bola Italia.

Seperti yang diungkapkan Nicolo Barella setelah pertandingan, alasan Italia memainkan gaya ini adalah karena satu generasi telah memainkannya bersama selama bertahun-tahun.

“Saya dan Manuel mulai di U-15 dan sekarang kami di sini,” dia tersenyum di Sky Italia.

Maka, jika Italia nantinya keluar sebagai juara Euro 2021, nama de Zerbi, harus mendapat apresiasi khusus, karena caranya mengubah Italia dan menemukan budaya baru di sepak bola Italia.

(Tribunnews.com/Gigih)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini