TRIBUNNEWS.COM - Dalam sepakbola saat ini, estetika permainan jauh lebih penting dibandingkan hasil.
Kreatifitas dalam sebuah permainan bak kewajiban dalam sebuah tim.
Lalu, muncullah Giorgio Chiellini sebagai antagonis dari teori tersebut.
Di tengah pembangunan konstruktif FIGC untuk sepakbola Italia, skema bertahan mulai dilupakan, itulah alasan duo Bonucci-Chiellini masih diandalkan di lini belakang.
Baca juga: Coverciano, Laboratorium Italia untuk Jadi Juara Euro 2021, Lahirkan Sosok Capello hingga Conte
Baca juga: Link Rekaman Final Euro 2021 Italia vs Inggris di RCTI dan MolaTV
Italia adalah Grance Bellezza, estetika permainan mereka adalah salah satu yang terbaik selama gelaran Euro 2021, dan gelar juara adalah sesuatu yang layak didapatkan.
Tapi, seperti yang diungkapkan Sir Alex Ferguson, "menyerang kunci kemenangan pertandingan, tetapi bertahan adalah cara menjadi juara," Roberto Mancini memahami hal ini.
Giorgio Chiellini adalah kunci dari Italia, Venus dari lahirnya Mars dalam mitologi Yunani.
Ia tidak pernah lelah, dan luar biasanya, hingga final, tidak ada satupun pemain yang bisa melewati Chiellini dalam duel satu lawan satu.
Bahkan Bukayo Saka pun harus terpental ke belakang ketika berusaha melewatinya.
Bek Juventus ini adalah contoh bek modern yang lekat dengan nilai konservatif.
"Bek yang hebat, harus punya data lengkap," ujar Chiellini dalam biografinya, itu adalah alasan mengapa Lukaku tidak mendapatkan satupun peluang terbuka kala Italia menghadapi Belgia.
Database yang disusun di kepalanya menjadi kunci Chiellini dalam bertahan, namun nilai konservatifnya masih terjaga.
Ia gemar membaca buku alih-alih bermain laptop atau Handphone, itu menjaganya tetap prima karena bisa istirahat tepat waktu.
Di usianya saat ini, Chiellini akan sulit mengejar pemain lawan,namun ia mempersiapkan semuanya dengan baik.
"Saya tidak eksplosif atau secepat di masa lalu, tetapi saya lebih pintar," ujar mantan bek Livorno ini.
"Bermain satu lawan satu tidak masalah bagi saya, saya telah belajar untuk bergerak lebih awal, tanpa membiarkan penyerang melakukan apa yang dia inginkan.
"Saya membawanya ke sisi di mana ada lebih sedikit ruang. Saya bermain offside mencegah lebih baik daripada mengobati.” tutupnya bercanda, dikutip dari Tuttosport.
Baca juga: Antonio Gagliardi, Ahli Statistik yang Bawa Italia Juara Euro 2021, Diperebutkan Juventus dan FIGC
Pengorbanannya tidak terhitung, berapa banyak luka jahitan yang dimilikinya di kepala adalah sesuatu yang membuktikan pengorbanannya di atas lapangan.
“Saya punya banyak koleksi jahitan di kepala saya,” kata Chiellini.
“Mereka pasti memberi saya setidaknya 100 jahitan. Darah tidak mengganggu saya, terutama darah saya sendiri.
"Bagi saya, bertahan adalah kebahagiaan. Mendapatkan blok yang menentukan adalah sukacita murni.
"Tekel terakhir dan jarak garis gawang yang tak terpikirkan memberi saya lebih banyak kepuasan daripada mencetak gol.
"Mencetak gol itu bagus, tapi itu bukan hidup saya. Menghentikan seseorang untuk mencetak gol adalah tugasku.” ujarnya menjelaskan.
Dan, sesuai dengan lagu kebangsaan Italia, "Siamo pronti alla morte” Chiellini memberikan segalanya untuk Italia.
Ia tidak takut beradu mental dengan lawan, Jordi Alba menjadi korbannya.
"Menghancurkan lawan, adalah cara kreatif terbaik untuk menang," tutup Chiellini.
(Tribunnews.com/Gigih)