TRIBUNNEWS.COM - Italia membuktikan, kekuatan pertahanan bisa memberikan hasil terbaik dalam kejuaraan.
Itulah yang dibawa Roberto Mancini hingga bisa sukses merengkuh trofi kedua dalam sejarah Piala Eropa atau Euro.
Gli Azzurri memenangkan trofi pertama pada 1968 saat menjadi tuan rumah, setelah itu pada tahun 2021 dengan mengalahkan Inggris di Wembley.
Di final Euro 2021, Italia sempat diberi kejutan oleh Luke Shaw saat laga belum genap dua menit.
Baca juga: Peran Maurizio Viscidi Bawa Italia Juara di Euro 2021, Filosofi Menyerang di Era Roberto Mancini
Namun setelah gol tersebut, Italia terus memberikan genjatan senjata dengan menyerang Inggris. Gli Azzurri mendominasi pertandingan dan memegang penguasaan bola melampaui 65 persen dan melepaskan 19 tembakan ke gawang Pickford.
Tapi, kunci keberhasilan Italia bukan di lini depan, melainkan perbedaan yang dihasilkan oleh duet master-class di lini belakang, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini.
Chiellini memberikan pengawalan ketat terhadap Harry Kane.
Top skor Liga Inggris musim lalu itu tak bisa berkutik bahkan untuk mendapatkan peluang di kotak penalti Gli Azzurri.
Dia tidak mencatatkan satu pun upaya ke arah gawang Donnarumma pada pertandingan malam itu.
Mantan kiper AC Milan itu juga termasuk dalam kunci keberhasilan Italia Euro 2021, selain Chiellini dan Bonucci.
Dia melakukan 2 penyelamatan dalam adu penalti, satu lawan Inggris dan satunya saat melawan Spanyol di semifinal.
Penampilannya itu membawa kiper berusia 22 tahun tersebut dinobatkan sebagai pemain terbaik Turnamen Euro 2020.
Donnarumma adalah kiper pertama yang mendapatkan predikat tersebut setalah Kasper Schmeichel saat membawa Denmark juara Euro 1992.
Satu nama lagi dari lini belakang yang tak kalah berperan penting adalah Leonardo Spinazzola, sebelum cedera yang membuatnya menepi di laga final.
Baca juga: Giorgio Chiellini, Maestro Seni Bertahan, Antarkan Italia Juara Euro 2021
Jalan Italia
Italia di babak penyisihan grup tak mendapat perlawanan berarti, Gli Azzurri menang mudah 3-0 atas Swiss dan Turki, serta menang tipis 1-0 dari Wales.
Penampilan tersebut mendapat sorotan dari mantan pemain Inggris, Gary Neville yang berkata, "Hasil itu tidak akan cukup."
Lalu melangkah ke babak 16 besar, Italia dihadapkan oleh tim kejutan Austria yang memberikan perlawanan sengit dan ketat hingga harus melalui perpanjangan waktu.
Tetapi, dua supersub, Matteo Pessina dan Federico Chiesa berhasil mencuri perhatian dengan mencetak gol kemenangan Gli Azzurri.
Italia mendapat ujian mulai berat setelah itu, dengan menghadapi Belgia di babak 16 besar, ditandai dengan kembalinya Chiellini untuk mengawal Lukaku cs.
Cukup efektif, Lukaku dibuat tak berkutik, dan di sisi lain, lini tengah Mancini bekerja maksimal. Nicolo Barela dan Lorenzo Insigne mencetak gol kemenangan untuk Italia.
Laju ke final kian berat, karena menghadapi Spanyol di semifinal.
Tim dengan keunggulan penguasaan bola, tetapi lemah dalam sentuhan akhir.
Baca juga: Coverciano, Laboratorium Italia untuk Jadi Juara Euro 2021, Lahirkan Sosok Capello hingga Conte
Sesuai prediksi, Spanyol jauh mendominasi penguasaan bola dibandingkan Italia, yang membuat pilihan terbaik bagi Gli Azzurri adalah bertahan.
Pelatih Spanyol, Luis Enrique juga melakukan beberapa perubahan mengejutkan pada laga malam itu, dengan membangku cadangkan Morata.
Pada babak kedua, Chiesa yang turun sejak menit awal berhasil membuka keunggulan Italia. Tapi, gol itu langsung dibayar lunas dengan strategi jitu Enrique yang memainkan Morata.
Striker Juventus itu berhasil menyamakan kedudukan.
Chiellini dan Bonucci harus bekerja ekstra keras pada laga malam itu, namun keduanya berhasil menahan imbang hingga harus memaksa pertandingan dilanjutkan ke adu penalti.
Di sini, peran Gianluigi Donnarumma sangat terasa untuk membawa Italia ke final.
Dia juga berhasil menggalkan penalti yang dieksekusi pemain Inggris di final, dan melakukan beberapa penyelamatan dalam waktu normal.
Dalam laporan Football Italia menyebutkan, timnas Italia era Roberto Mancini bak kisah Dr Jekyll dan Mr Hyde dalam novel yang ditulis Robert Louis Stevenson (Skotlandia) tahun 1886.
Karya tulis tersebut sevara umum membahas soal kepribadian ganda, dan itulah mengapa trofi Euro 2021 sepatutnya berakhir di Roma.
Roberto Mancini pernah berujar, "Ada banyak cara untuk juara. Saya memilih juara dengan sedikit kebobolan."
Italia sejak diarsiteki mencatatkan 34 laga tanpa kekalahan.
Rasio kebobolan Gli Azzurri hanya 0,4 gol per laga, angka tersebut lebih kecil dari capaian Gian Piero Ventura (0,8).
Dalam gelaran Euro 2021, gawang Donarumma hanya kebobolan empat gol.
(Tribunnews.com/Sina)