TRIBUNNEWS.COM - Lionel Messi adalah orang yang paling jarang bicara, apa yang terlontar dari mulutnya adalah sesuatu yang sakral.
Ia lebih banyak berbicara di lapangan dengan aksi individunya atau gol-gol indahnya ke gawang lawan.
Maka ketika memuji lawan, bisa dipastikan, sosok tersebut sangatlah berkesan bagi Lionel Messi.
Lautaro Martinez, adalah sosok yang mendapatkan pujian langsung dari Lionel Messi setelah laga Liga Champions antara Barcelona vs Inter Milan.
Barcelona memang menang saat itu, tetapi Messi tidak dapat menahan diri dengan memuji setinggi langit kualitas dari Lautaro Martinez.
Baca juga: Ambisi Arsenal Datangkan Lautaro Martinez, Visi Mikel Arteta dan Performa Aubameyang-Lacazette
Baca juga: Loyalitas Piero Ausilio untuk Inter Milan, Mimpi Raih Scudetto hingga Tolak AS Roma dan Juventus
"Ia spektakuler, dari cara bermainnya, ia akan menjadi bintang di kemudian hari," ujar Lionel Messi di Mundo Deportivo.
“Dia memiliki banyak kesamaan dengan Luis Suarez,” kekaguman Messi di El Mundo Deportivo,
“Dia hebat dalam situasi satu lawan satu. Dia mencetak banyak gol. Dia bergerak dengan baik di area penalti,” lanjut Messi.
Usianya baru 23 tahun, tetapi telah menjadi tulang punggung Inter Milan setidaknya dalam 2 musim terakhir.
Talentanya nyaris berakhir bersama Atletico Madrid.
Februari 2018, di tengah laga Inter Milan vs Borussia Dortmund, direktur olahraga Piero Ausilio, memutuskan untuk ke Argentina.
Ia menyaktikan Racing melawan Huracan di El Cilindiro.
Tidak percuma, Lautaro Martinez mencetak hattrick untuk membawa Racing menang dan di asat yang sama, Atletico Madrid ternyata sudah memulai pergerakannya.
Bahkan, Lautaro Martinez sejatinya sudah menyetujui kesepakatan personal dengan Atletico Madrid.
Beruntung, legenda Inter Milan membuat Lautaro Martinez mengubah pikirannya.
Adalah Diego Milito yang membuat Lautaro martinez mengubah pikirannya.
Milito yang baru saja menjabat sebagai direktur olahraga Racing meminta Lautaro mengurungkan niatnya dan membuat Lautaro mengurugkan niatnya.
“Sebelum Diego (Milito) memulai peran itu, Lautaro sangat dekat untuk pergi ke Atletico,” kata sekretaris klub Racing, Diego Huerta kepada The Athletic.
“Klausul rilis Lautaro terlalu rendah, sekitar 9 juta euro dan nilai transfernya jauh lebih banyak.
"Saat itu, agen Lautaro dan presiden klub bentrok. Mereka tidak senang dengan beberapa aspek kontraknya.
"Kemudian Milito datang dan dia meyakinkan Lautaro untuk bertahan selama enam bulan lagi, bahkan dengan Atletico mengejarnya.” ujar Huerta.
Kemudian Javier Zanetti mengangkat telepon dan menghubungi teman lamanya dan rekan satu timnya.
Mantan kapten Inter, yang kini menjabat sebagai wakil presiden klub, ingin mengetahui apakah mereka masih memiliki peluang untuk membawa Lautaro ke Italia.
“Saya tahu bahwa Zanetti menelepon Milito dan menanyakan apakah Lautaro sudah dijual,” ungkap Huerta, dan jawaban Zanetti membuat Zanetti tersenyum.
“‘Tidak’, kata Diego. Hal berikutnya, Ausilio (direktur olahraga Inter) akan datang ke Argentina.”
Ausilio memulai negosiasnya, Huerta ingat dia kembali untuk pertandingan Copa Libertadores melawan Cruzeiro akhir bulan itu.
“Itu adalah debut Lautaro di kompetisi itu dan dia mencetak tiga gol; tiga gol dalam pertandingan pertamanya di Libertadores,” katanya.
Setiap kali Ausilio melihatnya, dia mencetak hat-trick, terbang kembali melintasi Atlantik tanpa kesepakatan bukanlah pilihan.
Inter Milan kemudian membeli Lautaro Martinez sebesar 25 Juta Euro.
Dan duetnya bersama Romelu Lukaku total mengemas 55 gol di Inter Mulan musim lalu.
Inter terakhir kali memiliki dua striker dengan angka dua digit pada pertengahan musim Serie A 12 tahun lalu, saat Zlatan Ibrahimovic dan “The Gardener” Julio Ricardo Cruz menjadi duo.
“Kalian berdua adalah partner penyerang muda terbaik di Eropa,” Christian Vieri menjelaskan kepada Lukaku.
“Kalian pasangan yang sempurna. Anda bermain untuk satu sama lain dan ini fundamental. Ini seperti yang biasa saya lakukan dengan Ronaldo, (Hernan) Crespo dan (Alvaro) Recoba.
"Inter selalu memiliki striker hebat. Sekarang giliran Anda dan Lautaro. Anda akan mencetak banyak gol.”
Baca juga: Hendrik Almstadt, Sosok Kontroversial di AC Milan, Tangan Kanan Gazidis dan Masalah dengan Maldini
Baca juga: Ide AC Milan Ciptakan Aroma Arsenal di Skuat Stefano Pioli, Pertemuan Giroud dengan Si Kaki Kaca
Lautaro berasal dari Bahia Blanca, Kota Angin Argentina. Hembusan angin dari pantai begitu kuat, banyak olahraga berakhir di dalam ruangan. Karena alasan itulah kota ini adalah kota bola basket.
Manu Ginobili, legenda San Antonio Spurs, dan Sergio Hernandez, pelatih tim nasional Argentina, berasal dari Bahia Blanca sementara adik Lautaro, Jano, bermain untuk Villa Mitre Warriors.
“Banyak pesepakbola dari Bahia Blanca bagus di udara, Alfio Basile, dia adalah pelatih Argentina, bek tengah di Racing dan juara dunia.
"Basile sangat kuat di udara. Anda mungkin tahu nama panggilannya 'Coco'. Dia mendapatkan itu untuk headingnya, Di Argentina, kami memanggil Anda 'Coco' jika Anda berkepala besar.” ujar Huerta.
Lautaro bukan yang tertinggi dengan tinggi 184 sentimeter, tetapi pengaturan waktu, koordinasi, dan kemampuannya untuk melompat membuatnya sangat berbahaya di udara.
Ashley Young dan Antonio Candreva tahu bahwa jika mereka melakukan umpan silang, ada peluang bagus Lautaro akan mengubahnya menjadi gol.
Tingkat konsentrasinya selalu menonjol di Racing.
Hat-trick ketika Ausilio melihatnya melawan Cruzeiro sangat luar biasa dari sudut pandang bahwa semua golnya datang dari bola mati.
“Cecilia Contarino menjalankan sektor pemain muda kami dan juga seorang psikolog,” jelas Huerta.
“Dia membuat pemain kami melakukan serangkaian ujian untuk menguji konsentrasi mereka. Cecilia memberi tahu saya bahwa selama bertahun-tahun di klub, Lautaro mendapat nilai terbaik.
"Tes diberi skor dari satu hingga 100, jika seorang pemain mendapat lebih dari 60, biasanya itu menunjukkan bahwa mereka memiliki konsentrasi yang diharapkan dari seorang pemain profesional.
"Lautaro akan mendapatkan 91, 92, 93. Setiap kali dia melakukannya, dia meningkat. Anda bisa melihatnya saat dia bermain.”
Ketika Lautaro yang berusia 16 tahun bergabung dengan Racing, rekan setimnya Santiago Reyes menjulukinya El Toro atau “Si Banteng” karena cara dia menyerang pemain bertahan dan menabrak semua orang dan segalanya.
Pendekatan Lautaro Martinez cukup unik, sang ayah, Mario adalah bek tengah yang bermain untuk tim divisi dua di Argentina.
Ini yang membuat Lautaro Martinez memiliki kemampuan untuk berpikir sebagai bek dalam duel dan melewati pemain dalam satu lawan satu.
“Dalam beberapa hal, saya tidak pernah berhenti berpikir seperti seorang bek,” kata Lautaro kepada La Repubblica.
“Mengejar setiap bola datang secara alami bagi saya. Itu selalu menjadi gaya saya.” ujar Lautaro.
(Tribunnews.com/Gigih)