TRIBUNNEWS.COM - Tak banyak yang diucapkan seorang Lionel Messi dalam pidato perpisahannya dengan Barcelona, Minggu (8/8/2021).
Apa yang ingin dia sampaikan seolah kelu, tumpah dalam bentuk air mata.
La Pulga menangis sesenggukan.
Sejumlah media mengulas kalau itu adalah sebuah ekspresi jujur betapa Lionel Messi setengah mati beratnya meninggalkan klub yang sudah sejak usia 13 tahun dia bela.
"Sebenarnya saya tidak tahu harus berkata apa di sini, saya telah memikirkan banyak hal tentang apa yang dapat saya katakan," aku Lionel Messi soal kelu lidahnya mengucap kata pisah dari Blaugrana.
Baca juga: Lionel Messi Setuju Gabung PSG, Tak Lagi Pakai Nomor 10, Bakal Disambut di Menara Eiffel
Baca juga: Dampak Kepergian Lionel Messi dari Barcelona, Ini Pihak yang Rugi dan Untung La Pulga Hengkang
Namun Messi harus pergi, tak peduli betapa dia mencintai klub yang sudah memberi segalanya tersebut.
Tangisnya itu bisa jadi gambaran betapa dia sudah mencoba bertahan di Camp Nou.
Dimulai sejak drama surat 'ancaman' burofax yang disebut-sebut menjadi awal 'revolusi' Barcelona yang berujung tergulingnya presiden klub Josep Maria Bartomeu.
Pun, Barcelona terlalu sakit.
Begitu parahnya hingga klub, seperti yang diucapkan sang presiden, Juan Laporta, tak punya ruang sama sekali untuk menyiasati agar peraih enam kali Ballon d'Or itu bertahan.
Baca juga: Malah Terbalik, Lionel Messi yang Justru Pergi Saat Antoine Griezmann Tertahan di Barcelona
Kesediaannya bertahan dan mau turun gaji menjadi hal sia-sia.
Kontrak yang habis 30 Juni silam tak kunjung mendapat pembaruan.
Hingga hal yang ditakutkan jutaan Cules, terminologi buat para fans Barcelona, bahkan Lionel Messi sendiri, benar-benar jadi kenyataan.
Pada momen tangisnya tersebut, Messi secara tersirat mengungkapkan apa yang menjadi penyebab sakit Barcelona saat ini, sekaligus resep dari sakit kronis tersebut.
Baca juga: Borok Menahun Barcelona Terungkap, Sergio Aguero Ingin Susul Lionel Messi Pergi dari Camp Nou
Messi secara tegas menyebut Barcelona adalah tim terbaik, bahkan sebelum dia hadir di klub tersebut.
Tanpa dirinya, Messi yakin Barcelona akan bisa bangkit karena punya modal berharga di klub tersebut.
"Tanpa saya, Barcelona tetap menjadi tim yang terbaik. Tim ini punya pemain-pemain yang berpotensi. Barcelona punya modal untuk mengembangkan para pemain mudanya. Saya percaya itu," kata Messi.
Baca juga: Gestur Presiden Barcelona Isyaratkan Kebohongan, Laporta Dituding Sengaja Lepas Lionel Messi
Barcelona Kehilangan Khittah
Dari pernyataan itu, Messi seperti kembali mengingatkan Barcelona lah yang menjadi rahim kemunculan sosok besar dunia sepakbola seperti dirinya.
Ya, Barcelona punya La Masia, tempat di mana bibit muda luar biasa bertalenta ditempa untuk menjadi seorang bintang.
Lulusan akademi sepakbola Barca tersebut sudah banyak terbukti menjadi pemain-pemain berkelas.
Barcelona sendiri sudah membuktikannya.
Baca juga: Lionel Messi Setuju Gabung PSG, Tak Lagi Pakai Nomor 10, Bakal Disambut di Menara Eiffel
Namun beberapa tahun terakhir Barcelona seperti melupakan khittah tersebut.
Mereka seperti terlena dengan uang yang mereka miliki hingga cenderung jor-joran membeli pemain jadi dan menepikan pemain lulusan akademinya sendiri.
Celakanya, pembelian pemain berharga selangit juga dilakukan secara serampangan.
Dibilang serampangan lantaran kontribusi para pemain itu tak berbanding lurus dengan pengeluaran habis-habisan Barcelona buat mereka.
Baca juga: Borok Menahun Barcelona Terungkap, Sergio Aguero Ingin Susul Lionel Messi Pergi dari Camp Nou
Dibeli mahal dan digaji selangit, tak jarang para pemain tersebut malah berstempel gagal bagi Blaugrana.
Dalam tataran ini, nama-nama seperti Ousmane Dembele, Miralem Pjanic, Philipe Coutinho, hingga Antoine Griezmann menjadi sorotan utama.
Deretan pemain top di atas dibeli Barcelona dengan total pengeluaran 450 juta Euro, sekitar Rp 7,6 triliun!
Itu baru ongkos transfer, belum gaji mereka.
Griezmann misalnya. Setelah Messi pergi, dia kini menjadi pemain bergaji tertinggi di Camp Nou. Seminggu, Griezmann dibayar Rp 11 miliar, artinya sebulan gaji Griezmann mencapai Rp 44 miliar!
Baca juga: Berita Transfer Chelsea, Siap-siap Megatransfer Romelu Lukaku dari Inter, Incar Kiper Timnas Inggris
Atau tengok betapa Philipe Coutinho pernah dibayar Rp 7 miliar per pekan meski si pemain terus-terusan cedera.
Apes bagi Barcelona, saat sang pemain dipinjamkan ke Bayern Muenchen, Coutinho justru jadi satu di antara penoreh momen memalukan dalam sejarah panjang Barcelona saat kalah dengan skor 8-2 dari Bayern Munchen di perempat final Liga Champions musim 2019/2020 (15/8/2020).
Barcelona mencoba menjual pemain-pemain besar mereka, hanya banyak klub cuma 'tanya-tanya' tanpa menunjukkan keseriusan.
Maklum kondisi pandemi membuat klub harus pandai-pandai mengatur keuangan.
Hal ini yang dianggap satu kelemahan besar Barcelona. Kondisi pandemi memperparah segalanya bagi Barcelona.
Barcelona dianggap tak punya kontijensi neraca keuangan untuk hal-hal yang sifatnya force majeure.
Sebagai contoh, Barcelona nyaman saja menganggarkan duit Rp 11 triliun untuk gaji pemain namun jadi kelabakan karena cuma punya batas Rp 5,5 triliun sejak pandemi merebak.
Akumulasi miss-management, terlebih buruknya berbisnis jual beli pemain membuat Barcelona sakit parah. Kehilangan Messi adalah buahnya.
Sejarah La Masia
Kondisi itu sebetulnya bisa dihindari Barcelona jika tetap mempertahankan komitmen mengutamakan pemain hasil binaan sendiri.
Tak cuma soal gaji, ongkos pembelian pemain pun bisa ditekan.
Dalam sejarahnya, Barcelona, memiliki reputasi sebagai klub dengan kapasitas mumpuni dalam pengembangan pemain belia.
Lionel Messi, Sergio Busquets, Sergi Roberto, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, hingga Oscar Mingueza adalah bintang tim yang berasal dari sistem pengembangan pemain muda tersebut.
Kegiatan pengembangan pemain muda FC Barcelona sendiri terpusat di akademi sepak bola La Masia de Can Planes, atau umum dikenal sebagai La Masia.
Dalam bahasa Catalan, La Masia secara harfiah diartikan sebagai rumah atau bangunan utama di lahan pertanian merujuk pada bangunan utama di lahan di sebelah lokasi Stadion Camp Nou saat ini.
Bangun tersebut semula digunakan sebagai kantor serta pusat kegiatan klub, ketika Stadion Camp Nou dibangun pada 1957.
Namun, sejak 1979 fungsinya bergeser sebagai asrama bagi para pemain muda asal luar Barcelona yang bermain untuk klub tersebut.
Baca juga: Lionel Messi Setuju Gabung PSG, Tak Lagi Pakai Nomor 10, Bakal Disambut di Menara Eiffel
Mulai saat itu, La Masia menjadi pusat kegiatan serta pengembangan para pemain muda yang menjadi bagian skuad Barcelona.
Fasilitas asrama serta bangunan baru kemudian dibangun untuk para pemain muda pada 2011, di dalam kompleks pusat latihan Ciutat Esportiva Joan Gamper.
Terdapat 83 pemain muda yang dapat menempati bangunan asrama serta berlatih secara rutin di fasilitas terbaru La Masia itu.
Seperti dilansir dari laman Forbes, biaya pembangunan fasilitas asrama serta latihan bagi pemain muda tersebut menghabiskan dana sekitar 12 juta dolar atau hampir setara 173,7 miliar rupiah.
Program akademi pemain muda FC Barcelona dimulai dengan pencarian bibit muda berusia enam hingga 11 tahun melalui FCBEscola.
Kandidat yang lolos dari penyaringan awal program tersebut, dapat melanjutkan jenjang pelatihan mereka di La Masia.
Buah dari program akademi pemain FC Barcelona di La Masia, menciptakan sejarah tersendiri dalam laga kompetisi teratas Liga Spanyol, LaLiga, pada November 2012.
Saat itu, Barcelona menurunkan sebelas pemain yang seluruhnya merupakan alumni program La Masia untuk kali pertama sepanjang sejarah klub, dalam laga melawan Levante.
Dalam pertandingan yang berakhir dengan kemenangan 4-0 di Stadion Ciutat de Valencia itu, pelatih Tito Vilanova memasukkan bek Martin Montoya setelah Dani Alves mengalami cedera pada menit ke-13 babak pertama.
Pergantian tersebut, melengkapi 10 pemain alumni La Masia yang sudah bermain sejak awal laga.
Susunan 11 pemain jebolan La Masia di lapangan saat itu adalah kiper Victor Valdes, bek Martin Montoya, Gerard Pique, Carles Puyol, Jordi Alba, gelandang Sergio Busquets, Xavi Hernandez, Cesc Fabregas, Andres Iniesta, serta penyerang Pedro Rodriguez, dan Lionel Messi.
Dengan catatan seperti itu, semestinya Barcelona akan tetap hidup meski tanpa bantuan pemain luar.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Messi benar-benar pergi.
Pun, ada satu lagi resep obat yang disiratkan Lionel Messi buat Barcelona.
"Saya harap saya bisa kembali dan menjadi bagian dari klub ini kapan saja, dengan cara apa pun, dan membawa sesuatu untuk membantu klub ini menjadi yang terbaik di dunia," kata Lionel Messi.
Siapa tahu, Messi nanti bisa membawa Barcelona kembali berjaya meski tak lagi jadi pemain, dalam posisi presiden klub misalnya.
Siapa tahu.
Gracias, Leo!
(goal/Kompas.com/Marca/SportSkeeda)