TRIBUNNEWS.COM - Penggemar Liga Italia barangkali tak luput memperhatikan sepak terjang Atalanta dalam beberapa musim terakhir.
Atalanta menjadi satu di antara tim yang tampil konsisten di sepanjang musim Liga Italia.
Bahkan tim berjuluk La Dea itu tetap tancap gas meski berlaga di banyak kompetisi.
Baca juga: Ternyata Bukan Mourinho, Abraham Bongkar Dalang Utama Kepindahannya ke AS Roma
Kesuksesan yang hinggap di markas mereka membuat tim asal Bergamo ini berhak mencicipi panggung Liga Champions.
Satu di antara laga yang paling mengena di benak adalah ketika mereka mengalahkan Liverpool di Anfiled beberapa waktu lalu.
Barangkali kurang pas rasanya jika menunjuk satu atau dua figur saja sebagai pahlawan kebangkitan Atalanta.
Pasalnya sepak bola adalah olahraga yang mengandalkan kolektifitas tim.
Baca juga: Berita AC Milan, Daftar Pemain Masuk-Keluar, Susunan Skuad, Jersey Kandang-Tandang, dan Jadwal Laga
Tetapi di situlah letak kerumitannya.
Dan pelatih Gian Piero Gasperini berhasil meramu pemain-pemain yang sebelumnya kurang punya nama menjadi unit yang tangguh.
Atalanta berhasil finish lima besar dalam beberapa musim Liga Italia.
Dengan tangan dinginnya, beberapa pemain terlihat menonjol dna berubah menjadi tumpuan tim.
Duvan Zapata, Josip Illicic hingga Alejandro 'Papu' Gomez hanyalah sebagian dari nama yang melejit di bawah pengawasan Gasperini.
Gasperini pun tak salah ketika menunjuk Papu Gomez sebagai alfa di tim La Dea.
Ban kapten yang melingkar di lengannya pun tak menjadi beban bagi sang pemain.
Ia malah berhasil membayar kepercayaan sang pelatih dengan bertindak bak panutan.
Namun, kerja sama apik Gasperini dan Papu Gomez harus berakhir di tengah musim 2020/2021.
Tiba-tiba saja nama pemain Argentina itu hilang dari skuat La Dea di sisa musim ini.
Jika merunut kejadian, penyebab dari hal tersebut ada pada pertadingan Atalanta vs Midtjylland.
Gasperini memberikan instruksi pada Papu Gomez di akhir-akhir babak pertama.
Rupanya, sang pemain tak mengindahkan instruksi tersebut yang kemudian mengundang amarah dari Gasperini.
Singkatnya, hubungan keduanya menjadi semakin panas setelah kejadian itu.
Kini, keduanya sudah berpisah jalan.
Gasperini tetap di Atalanta, sedangkan Papu berkelana ke Sevilla.
Babak Baru
Namun, perseteruan Gasperini dan Papu nampaknya malah memasuki babak baru.
Dikutip dari utas di akun Twitter jurnalis Eurosport, Siavoush Fallahi, Papu Gomez membeberkan alasannya hengkang dari Atalanta.
Menurutnya, ia dan Gasperini sempat akan berkelahi ketika berada di ruang ganti, buntut dari pembangkangan instruksi di laga melawan Midtjylland.
"Saya juga melakukan kesalahan, karena saya tidak mendengarkan instruksi. Sepuluh menit tersisa dari babak pertama ketika Gasperini meminta saya untuk pergi ke sisi kanan."
"Saya bermain sangat bagus ke kiri jadi saya memberitahunya sekarang. Bayangkan apa artinya di lapangan dengan semua kamera. Saya tahu pelatih akan marah dan akan mengganti saya dengan pemain lain di babak kedua."
"Tapi apa yang terjadi di ruang ganti melewati setiap garis batas. Gasperini mencoba memukuli saya," ungkap Papu.
Pemain asal Argentina ini pun mencoba meminta maaf kepada rekan setimnya karena tak memberi contoh yang baik.
Pertengkaran dan pembangkangan taktik menjadi alasan dari permintaan maaf itu.
Namun, Gasperini bergeming dan tak mengatakan sepatah kata apapun.
Hal itu membuat Papu gerah dan memutuskan untuk hengkang dari Bergamo.
"Ok untuk berdiskusi, tetapi agresi fisik saya tidak bisa mentolerir."
"Setelah ini saya meminta Antonio Percassi untuk bertemu dan mengatakan kepadanya bahwa saya tidak punya masalah untuk terus maju, bertanggung jawab atas kesalahan saya juga, karena sebagai kapten saya tidak berperilaku dengan cara yang benar."
"Saya membuat contoh buruk tidak mengikuti instruksi dari pelatih, namun, saya mengatakan kepada presiden bahwa saya perlu alasan dari pelatih untuk melupakannya."
"Sehari setelah kami mengadakan pertemuan dengan tim, saya berdiri di depan semua orang dan meminta maaf kepada mereka semua, pemain dan pelatih. Namun Gasperini tidak berbicara apapun."
"Saya tahu saya berperilaku buruk, tapi apa yang dia lakukan? Itu semua baik? Tidak ada alasan? Sehari setelah saya memberi tahu Percassi (Presiden klub) bahwa saya tidak ingin tinggal di Atalanta," ujar Papu.
Gian Piero gasperini pun menanggapi 'serangan' dari mantan anak asuhnya itu.
"Kelakuan Gomez di dalam dan di luar lapangan menjadi semakin tak bisa diterima oleh pelatih dan rekan setimnya."
"Pergulatan fisik itu datang darinya, bukan saya."
"Alasan sebenarnya ia meninggalkan Bergamo adalah dia bertindak kurang ajar pada pemilik klub," ucap Gasperini.
(Tribunnews.com/Guruh)