TRIBUNNEWS.COM - Ada yang menarik ketika Inggris menghadapi Andorra di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Gareth Southgate memainkan Jesse Lingard di posisi winger, dan menurunkan Jude Bellingham di posisi gelandang.
Taktiknya sukses dengan Lingard mengemas 2 asis dan Bellingham nampak menjanjikan di posisi gelandang.
Tetapi, yang jadi perbincangan adalah Tren Alexander-Arnold yang diposisikan sebagai gelandang.
Baca juga: Bursa Transfer: Antonio Conte Gantikan Arteta, Leno ke Inter Milan, MU & Liverpool Gembosi AC Milan
Baca juga: Karakter Alessandro Bastoni di Inter Milan, Gabungan Bonucci-Chiellini, Pujian Mancini dan Conte
Baca juga: Misteri Lini Depan AC Milan Kala Tantang Lazio, Liverpool & Juventus, Ibra Abu-abu & Pellegri Ragu
Pemain berusia 22 tahun ini, tampil penuh 90 menit sebagai gelandang penghubung antara Reece James dan Lingard.
Ini kemudian menjadi perbincangan mengenai posisi baru sang pemain yang dikenal sebagai fullback dengan kecepatan dan akurasi tinggi.
Namun, bagi Trent Alexander-Arnold, gelandang bukan hal baru, di akademi Liverpool, ia adalah pemain nomor 7, posisinya adalah winger, bermain di posisi gelandang, tentu bukan hal yang asing baginya.
Tetapi yang membedakan, adalah visinya untuk bermain bisa membuatnya berubah posisi menjadi gelandang di Liverpool.
Dua musim lalu, Alexander-Arnold dikritik karena kecepatannya yang tidak berimbang dengan visi bermainnya.
Setelah dicoret dari skuat Inggris di Euro 2021, Alexander-Arnold terbang ke Amerika Serikat untuk sebuah iklan, tetapi kehadirannya tidak hanya untuk itu.
Ia bertemu dengan Dr Daniel Laby, bagi anda penggemar Nascar atau baseball tentu tidak asing dengan nama tersebut.
Daniel Laby telah bekerja sama dengan Boston Red Sox ketika mereka meraih World Series pada 2018, ia juga menjadi konsultan beberapa tim Nascar.
Ia terkenal karena kemampuannya memadukan kecepatan, akurasi dan visi, dan Alexander-Arnold memutuskan langkah yang tepat.
Ada perubahan besar kali ini, Alexander-Arnold tidak lagi 'Sadio Mane-sentris', ketika melawan Chelsea ia benar-benar menguasi lini tengah dan daerah pertahanan Liverpool dengan baik.
Ini tidak lepas adari adanya badai cidera yang menimpa Liverpool musim lalu.
Bulan Januari, Februari dan Maret, memang, adalah yang terburuk dari enam musim Jurgen Klopp.
Cideranya Virgil van Dijk, Joe Gomez dan Joel Matip - semuanya pada waktu yang hampir bersamaan, membuat Alexander-Arnold harus beradaptasi dengan cepat di tiap laga.
Selain adaptasi, ada ambisi lain yang dimiliki Alexander-Arnold di Liverpool: menjadi sosok Kapten.
Alexander-Arnold kemungkinan akan membuat penampilannya yang ke-200 untuk Liverpool musim ini dan ada kemungkinan rekor itu akan berlalu tepat setelah ulang tahunnya yang ke-23 - usia yang sama ketika Steven Gerrard mencapai catatan tersebut.
Bulan lalu, Pep Ljinders, pelatih tim utama, memperkirakan Alexander-Arnold akan menjadi kapten klub.
Baca juga: Pernah Lukai Liverpool & Arsenal, Saul Niguez Buat Aroma Chelsea Juara Liga Inggris Makin Menyengat
Alexander-Arnold tidak malu-malu untuk kesempatan ini dan berkata, "yang memotivasi saya - sesuatu yang saya impikan".
Di usia Lionel Messi meninggalkan Barcelona memberikan pengingat bahwa beberapa hubungan dalam sepak bola bertahan selamanya.
Anda percaya Alexander-Arnold ketika dia menyarankan dia ingin menyelesaikan karirnya di Anfield.
Kontrak empat tahun baru membawanya sedikit lebih dekat ke tujuan itu.
Saat berlatih di Austria dan Prancis, dia telah mempertimbangkan perannya dalam kerangka tim karena, dalam waktu dekat, dia tidak akan menjadi anggota termuda, seperti yang dia lakukan sejak masuk pada 2017.
Dia memilih untuk menyebutkan nama pemain berusia 18 tahun. Harvey Elliott dan Kaide Gordon, yang dua tahun lebih muda dari Elliott, sebagai pemain dengan potensi besar.
Empat musim panas lalu, setelah penunjukannya sebagai pelatih Liverpool U-18, Gerrard memperkirakan Alexander-Arnold akan menjadi yang terbaik.
Tetapi pada akhirnya Henderson yang paling banyak dipelajarinya dalam hal kepemimpinan.
"Saya ingin bersama mereka (Elliott dan Gordon) seperti Hendo bersama saya - seorang mentor," katanya.
“Hendo (Jordan Henderson) mencoba memimpin dengan memberi contoh dan menunjukkan jalannya. Semua yang saya lakukan adalah mencoba memberi contoh bagi mereka, seperti yang dilakukan Hendo untuk saya.
"Saya pikir saya memiliki ikatan yang sangat baik dengan mereka berdua. Kaide memiliki begitu banyak potensi; itu menakutkan, sungguh. Begitu pula dengan Harvey," ujar Alexander-Arnold.
Dipinjamkan musim lalu dan mendapatkan pengalaman, mengemas 7 gol dan 11 assist dalam 42 penampilan dengan status pinjaman ke Blackburn Rovers.
Alexander-Arnold kini menjadi mentor bagi pemain muda Liverpool, ia nampak matang, dan transisinya sebagai gelandang melawan Andorra adalah sebagian kecil dari langkahnya menuju tujuan utama: Kapten dan Legenda Liverpool.
(Tribunnews.com/Gigih)