TRIBUNNEWS.COM - Bayern Munchen dianggap sebagai penguasa Bundesliga Jerman.
Anggapan tersebut tak salah, Bundesliga memang sudah menjadi tambang gelar bagi Bayern Munchen.
Dalam satu dekade ini saja, mereka berhasil menjuarai Bundesliga sembilan kali berturut-turut. Mulai dari musim 2012/2013 hingga 2020/2021.
Musim ini, Bayern Munchen sukses memuncaki klasemen Bundesliga musim ini dengan catatan 16 poin.
Baca juga: Peran Pemain Sayap Bayern Munchen, Kunci Lewandowski Banyak Cetak Gol
Baca juga: Bermula dari Latar Belakang Yahudi, Bayern Munchen Dimiliki Suporter dan Tak Bosan Juara
Dari 6 pertandingan, Bayern sukses meraih 5 kemenangan dan 1 hasil imbang, mereka juga berhasil menjadi tim paling produktif dengan torehan 23 gol.
Kabar seperti itu memang sudah sering terdengar di telinga, dimana Bayern Munchen hampir selalu mampu menorehkan catatan mentereng di liga domestik dari musim ke musim.
Namun, di lain sisi, para kompetitor mereka kian sangar, tak cuma Brussia Dortmund, ada juga Wolfsburg, dan Bayern Leverkusen yang siap mengintai takhta juara.
Lalu, siapa yang paling berpeluang untuk mematahkan dominasi Bayern Munchen di Bundesliga?
Borussia Dortmund (80%)
Bila menunjuk satu tim yang paling potensial mendobrak kemapanan Bundesliga, Brussia Dortmund jawabannya.
Dari jumlah titel, mereka yang paling mendekati torehan Bayern Munchen.
Setidaknya, Dortmund pernah mewujudkannya di musim 2011/2012. Mereka berhasil unggul sepuluh angka dari sang penguasa Bayern Munchen.
Lalu bagaimana dengan musim ini?
Dortmund sedang bertengger di posisi keempat klasemen Bundesliga 2021/2022.
Mereka berjarak 5 poin dari Bayern Munchen yang berada di puncak.
Meskipun begitu, dari segi komposisi pemain, Borussia Dortmund tidak kalah jauh dari yang dimiliki oleh Die Roten.
Mereka memiliki Marco Reus yang musim ini tidak sering cedera, ada juga rekrutan teranyar mereka, Doney Mallen, dan sang striker haus gol Erling Haaland.
Seharusnya, di kompetisi yang masih panjang, Dortmund sebagai tim besar di Bundesliga mampu merusak dominasi Bayern di musim ini.
Apalagi, Dortmund sekarang dinahkodai oleh pelatih ternama di Jerman, Marco Rose.
Rose membawa Borussia Moenchengladbach finis di peringkat empat pada 2019/2020.
Musim lalu, pelatih berusia 45 tahun itu membawa die Fohlen lolos ke fase gugur Liga Champions untuk pertama kalinya pasca era European Cup.
Sebelumnya, Rose telah meraih tiga trofi dalam dua musim bersama RB Salzburg yang dominan di Liga Austria.
Ia juga membawa tim muda Salzburg menjuarai UEFA Youth League pada 2016/2017.
Di Dortmund, Rose kerap memakai pakem 4-3-3 dengan bentuk (4-1-2-1-2) dan (4-3-1-2)
Rose mengandalkan Erling Haaland sebagai ujung tombak Die Borussen, penyerang Norwegia itu disokong oleh Marco Reus dan Doney Mallen.
Terlepas dari kontribusi gol Haaland musim ini yang mentereng, ada peran Marco Reus yang paling banyak memberi umpan kunci, dengan angka 2,0 per pertandingan.
Reus dijadikan Rose sebagai penyokong utama Haaland, ia lebih banyak berada di di depan, untuk urusan bertahan Rose mempercayakan 3 gelandang mereka.
Di lini tengah ia memasang 3 gelandang tipikal box to box, Alex Witsel, Jude Bellingham dan Mahmoud Dahoud.
Cara tersebut terbukti efektif dalam hal menyereng, Dortmund menjadi tim paling produktif kedua dengan torehan 17 gol.
Hanya konsistensi yang menjadi PR utama pelatih asal Jerman tersebut, secara kedalam skuat dan cara bermain, Die Borussen ada di daftar terdepan untuk mampu merusak dominasi Bayern Munchen.
Bayer Leverkusen (70%)
Bayer Leverkusen, namanya tak diperhitungkan sama sekali dalam beberapa musim belakangan.
Namun, musim ini, tim yang bermarkas di BayArena tersebut mampu tampil mengesankan.
Mereka bertengger di posisi kedua klasemen Bundesliga, dengan torehan 13 angka, hanya kalah 3 poin dari sang pemuncak klasemen, Bayern Munchen.
Hasil dari 4 kemenangan, 1 kali imbang dan 1 kali kalah.
Yang paling spesial dari semua catatan itu adalah lini serang mereka. Sejauh ini, sudah 12 gol yang dicetak, terbaik kedua di Bundesliga.
Korbannya bukan tim sembarangan, tim kuat seperti Borussia Moenchengladbach mereka bantai dengan skor 4-1.
Kemudian ada Borussia Dortmund,pada laga ini Leverkusen sanggup mencetak tiga gol ke gawang Gregor Kobel meski skor akhirnya adalah kekalahan 3–4.
Bintang anyar mereka, Florian Wirtz adalah faktor utama dibalik gemilangnya Leverkusen musim ini.
Pemain asal Jerman itu penyumbang gol dan assist terbanyak bagi Leverkusen.
Wirtz kini telah 18 tahun, ia sebetulnya sudah mencuri perhatian sejak musim 2019/2020.
Saat itu, ia melakoni debut Bundesliga pada usia 17 tahun 16 hari, yang sekaligus membuat namanya menjadi debutan termuda ketiga sepanjang sejarah kompetisi Bundesliga.
Dari situ rekor terus bertambah. Pada Juni, Wirtz mencetak satu gol ke gawang Bayern Munchen.
Gol tersebut menjadikan dirinya sebagai pencetak gol termuda di Bundesliga sepanjang sejarah.
Musim lalu (2020/2021), dia juga mencatat rekor baru sebagai pemain 17 tahun pertama yang sukses mencetak 5 gol.
Musim ini, kontribusi Wirtz bagi Leverkusen lebih mentereng lagi.
Selain karena kemampuannya yang terus berkembang, ia juga mendapat peran yang berbeda ketimbang musim lalu.
Hadirnya Gerardo Seoane di pos pelatih jadi faktor utama.
Dalam skema 4–2–3–1 Seoane, Wirtz ditempatkan sebagai pemain nomor 10.
Peran tersebut membuat Wirtz lebih sering berada di dekat gawang musim ini.
Ditambah dengan kecepatan dan visi menyerangnya, gol dan assist terus berhasil ia sumbangkan.
Musim ini, Wirtz jadi pemain dengan kontribusi ofensif tertinggi berkat 6 gol, 4 assist, 2.6 umpan kunci per pertandingan dan 2.58 dribel sukses per pertandingan.
Sebuah catatan yang luar biasa untuk remaja berusia 18 tahun.
Jika mampu tampil konsisten, bukan tak mungkin Bayern Leverkusen mampu dibawanya menjadi tim yang mampu merusak dominasi Bayern Munchen musim ini.
Wolfsburg (65%)
Wolfsburg berhasil tampil apik di awal musim Bundesliga 2021/2022.
Hingga pekan keenam, tim asuhan Van Bommel tersebut bertengger di posisi kedua dengan torehan 13 poin dari 5 pertandingan.
Wolfsburg hanya kalah 3 pin dari tim raksasa Jerman, Bayern Munchen.
Tim yang bermarkas di Volkswagen Arena tersebut tampaknya akan mengarungi musim ini dengan menjanjikan bersama van Bommel.
Pelatih yang sempat bermain untuk Bayern Munchen tersebut berhasil membawa anak asuhnya tampil percaya diri dan bermain konsisten.
Sejatinya, Die Wolfe baru menunjuk Mark van Bommel sebagai pelatih anyar mereka pada musim ini.
Penunjukan tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra. Pasalnya, Van Bommel dianggap minum pengalaman karena usianya yang baru 44 tahun.
Namun pihak klub begitu yakin dengan kemampuan Van Bommel dalam melatih, ia dikontrak dengan durasi 2 tahun.
"Mark van Bommel adalah solusi yang kami inginkan dan kami yakin bahwa bersama dengan tim kepelatihannya dia bisa meneruskan jalan sukses VfL Wolfsburg," kata CEO Joerg Schmadtke dilansir Reuters.
Di bawah asuhan Van Bommel, Die Wolfe bermain dengan skema 4-2-3-1. Satu hal yang paling menarik dari permainan mereka musim ini adalah keberanian anak asuh Van Bommel memainkan pressing tinggi.
Dilansir sofascore, dari enam pertandingan yang sudah dijalani, Wolfsburg mampu menguasai ball possession sebanyak 60%.
Itu menunjukkan bahwa pressing tinggi yang diterapkan Wolfsburg terbukti efektif untuk mereka dapat menguasai pertandingan.
Di sisi lain, itu membuat lini serang Die Wolfe tidak begitu produktif namun kuat dalam bertahan.
Wolfsburg baru mencetak 8 gol dan baru kebobolan 5 gol dari 9 pertandingan di musim ini.
Meski minim mencetak gol, lini serang Wolfsburg musim ini cukup menjanjikan.
Striker andalan mereka asal Belanda, Weghorst sudah mencetak dua gol musim ini, serta Lukas Nmecha striker baru mereka juga berhasil menyumbang 2 gol.
Di lini tengah, Die Wolfe memiliki Ridle Baku yang musim lalu masuk dalam Bundesliga Team of the Season.
Ridle Baku merupakan pemain serba bisa, selain dapat bermain di posisi gelandang, ia juga bisa bermain sebagai bek kanan.
Di lini belakang, Wolfsburg mengandalkan nama-nama seperti Sebastiaan Bornauw, John Brooks, Maxence Lacroix, dan Kevin Mbabu.
Nama yang disebutkan terakhir merupakan punggawa Swiss di Euro 2020 kemarin, ia berhasil mengantar negaranya mengalahkan Prancis dan melaju ke babak 8 besar.
Bila melihat dari kedalaman skuat Die Wolfe, mereka sebenarnya memiliki kesempatan untuk bersaing di papan atas bersama Bayern Munchen bahkan menghentikan dominasi mereka.
Sejatinya, Wolfsburg memanglah bukan tim sembarangan, mereka pernah menghentikan dominasi Bayern Munchen pada musim 2008/2009.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)