News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga 1

Cerita Tirta Kurniawan Soal Asal-usul The Jakmania, Suporter Setia Persija Jakarta

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tirta Kurniawan (42), salah satu pendiri The Jakmania, fans Persija Jakarta. Tirta menceritakan awal berdirinya The Jakmania, saat ditemui di Jatirangon, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (6/10/2021).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Tirta Kurniawan (42) tidak asing di telinga para suporter Persija Jakarta, The Jakmania. 

Tirta, panggilan akrabnya, adalah salah satu orang yang terlibat aktif dalam pembentukan fans club Persija. 

Pria yang kini menekuni bisnis garmen ini, masih ingat betul hari di mana The Jakmania berdiri. 

"The Jakmania didirikan 19 Desember 1997, peresmiannya di Graha Wisata Kuningan," ucap Tirta saat ditemui Tribunnews.com di Jatirangon, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (6/10/2021).

Keterlibatannya membentuk komunitas fans Persija The Jakmania adalah sebuah kebetulan. 

Sejak kecil, Tirta yang dulu tinggal di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, memang sudah menyukai olahraga sepakbola. 

"Pas SMP saya pindah ke Pasar Minggu, tinggal sama nenek. Saya waktu itu main di SSB Bank Indonesia. Di situ mulai melihat-lihat liga lokal. Waktu itu pada jalan kaki, nonton pertandingan," tutur dia. 

Setelah tinggal di Pasar Minggu, Tirta banyak menyaksikan pertandingan-pertandingan kompetisi sepakbola lokal.

"Ketika itu tempat tinggal saya di Pasar Minggu tidak jauh dari Lebak Bulus," katanya. 

Ibarat peribahasa jodoh tidak akan ke mana, itulah yang dialami Tirta. 

Pada tahun 1997, saat Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, Persija Jakarta bermarkas di Lebak Bulus. 

Hal tersebut membuat Tirta banyak menyaksikan pertandingan-pertandingan Persija di kompetisi lokal. 

"Akhirnya aktivitas saya banyak nonton Persija, karena memang dari kecil dengarnya nama Persija," ucap dia.

Kata Tirta, di bawah kepemimpinan Sutiyoso, Persija mendapat perhatian yang cukup besar. 

Pada era inilah, Persija Jakarta membeli segudang pemain berkelas untuk meningkatkan kualitas klub.

"Persija berubah di jaman Sutiyoso, pemain-pemain dari Bandung Raya sama dari Mitra Surabaya, diambil sama Sutiyoso," kenang Tirta. 

"Ketika Persija kumpul pemainnya bagus-bagus, akhirnya saya sama teman-teman nonton terus, berangkat terus ke Lebak Bulus," katanya.

Pada saat menonton pertandingan Persija, Tirta tiba-tiba menghampiri Humas Macan Kemayoran yang saat itu dijabat Eddy Supatmo. 

Kepada Eddy, Tirta menanyakan, apakah ada kelompok fans klub Persija? 

"Saya beranikan diri tanya, mau daftar jadi fans klub Persija bagaimana. Kata Mas Eddy waktu itu belum ada fans klub. Jadi kalau apa-apa melalui dia, saya tanyakan ke dia," kenang Tirta.

Kemudian, Eddy justru mengusulkan agar Tirta berangkat ke Menteng. 

"Saya ingat waktu itu hari Jumat, saya baru mau lulus sekolah. Masih pakai baju batik, saya naik kereta dari Stasiun Pasar Minggu sampai Stasiun Menteng. Dari situ saya naik (angkutan umum) P20, terus ke Menteng," kenang dia.

"Waktu itu bareng anak-anak SMA. Pas sampai di lokasi, ada spanduk tulisannya Welcome The Jak," imbuh Tirta.

Saat tiba di Menteng, Tirta melihat ada begitu banyak suporter Persija.

"Ada beberapa orang tersohor. Termasuk Bung Ferry dan dari kalangan artis si Gugun Gondrong," kenang dia.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas agenda mendirikan fans klub sepakbola Persija. 

Eddy Supatmo, kala itu menugaskan Tirta dan kawan-kawannya untuk menciptakan AD/ART.

"Ternyata mereka serius untuk bikin fans klub. Sama Mas Eddy akhirnya kita disuruh buat AD/ART, aturan main, segala macam kita buat," tutur Tirta. 

Proses pembentukan The Jakmania memakan waktu kurang lebih enam bulan.

"Mungkin prosesnya kurang lebih enam bulan. Karena peresmiannya itu kan 19 Desember 1997 di Graha Wisata Kuningan," kata Tirta. 

Saat pertama berdiri, posisi Ketua Umum The Jakmania dijabat musisi Gugun Gondrong.

"Secara aklamasi kita dukung Bang Gugun Gondrong jadi ketua pada saat itu. Karena dia figur, sehingga bisa membantu mempromosikan agar dikenal orang-orang Jakarta," kata Tirta.

Sementara Tirta sendiri kebagian tugas menjadi seksi kostum.

"Kebetulan saya dulu di seksi kostum, itu untuk memeriahkan setiap kita menonton pertandingan langsung. Misal ada umbul-umbul, coret-coret di wajah, memeriahkan suasana," kenang Tirta. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini