News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

5 Klub Eropa yang Diakuisisi oleh Taipan Arab sebelum Newcastle, Ada yang Berjaya Ada yang Nelangsa

Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim Liga Inggris, Newcastle United.

TRIBUNNEWS.COM - Tim Liga Inggris, Newcastle United telah resmi diakuisisi oleh konsorsium milik Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Mohammed bin Salman membeli Newcastle United melalui perusahaan konsorsiumnya, Public Investment Fund (PIF).

Public Investment Fund (PIF). (Twitter/txtdariHI)

Baca juga: Awal Baru Newcastle United, 13x Lebih Kaya dari Man City, Conte & Haaland Segera Datang?

Baca juga: Newcastle United dibeli Arab Saudi: Bagaimana bisa terjadi, seperti apa reaksi suporter dan mengapa sampai menyeret isu HAM?

PIF menggelontorkan dana sebesar 300 juta poundsterling atau setara dengan Rp5,8 triliun untuk menyelesaikan proses akuisisi tersebut. 

Faktanya, sejumlah taipan Arab memang doyan mengakuisisi klub-klub sepak bola di eropa, sebelum Newcastle United, ada 5 klub mentereng eropa yang dimiliki oleh taipan Arab.

Siapakah 5 Klub tersebut dan bagaimana perkembangan mereka hingga saat ini? Berikut ulasannya!

5. Malaga (Spanyol)

Isco (net)

Malaga merupakan tim asal Spanyol yang didirikan pada tahun 1904. Sejak didirikan, Malaga adalah tim gurem yang berkali-kali mengalami naik turun kasta di Liga Spanyol.

Namun, pada tahun 2010 silam, Malaga diakuisisi oleh pengusaha kaya raya asal Qatar, Sheikh Abdullah bin Nasser Al-Thani.

Sang Sheikh datang sebagai Presiden baru Malaga setelah mengakuisisi saham terbesar klub dengan mahar 36 juta euro atau sekitar 590 miliar rupiah.

Ia pun dianggap sebagai juru selamat dan sangat dihormati para partisan Malaga karena sebelumnya klub berjuluk Los Boquerones tersebut mengalami krisis finansial.

Investasi dana segar darinya pun membuat Los Boquerones mampu membeli banyak bintang seperti Ruud van Nistelrooy, Martin Demichelis, Julio Baptista hingga pemain Real Madrid saat ini, Isco.

Mereka juga berhasil merekrut pelatih ternama asal Cile, Manuel Pellegrini.

Hasilnya pun instan, Malaga berhasil finish di peringkat empat Liga Spanyol musim 2013/2014, dan berhak atas satu tiket bermain di Liga Champions. 

Bermain di Liga Champions, Los Boquerones sukses melaju hingga bapak perempat final, mereka gugur di tangan Borussia Dortmund yang saat itu diperkuat oleh Robert Lewandowski.

Namun setelah era emas tersebut, Malaga justru mengalami penurunan drastis.

Masalah finansial bertubi-tubi datang hingga mereka harus menjual para pemain bintangnya ke klub lain.

Tahun ke tahun masalah finansial Malaga tak mampu terselesaikan, malah semakin buruk.

Hingga akhirnya mereka harus terdegradasi di musim 2017/2018.

Sampai saat ini, Malaga masih bermain di divisi kedua Liga Spanyol, mereka kesulitan untuk kembali ke Liga utama.

4. Hull City (Inggris)

Harry Maguire rayakan kemenangan Hull City (hulldailymail)

Hull City merupakan klub yang didirikan pada tahun 1904 di Yorkshire, Inggris. Pada tahun 1905, Hull City resmi bermain di divisi 2 Inggris.

Bisa dibilang Hull City saat itu merupakan klub miskin, mereka bahkan tak memiliki stadion sendiri dan menggunakan lapangan kriket sebagai kandang mereka.

Tahun ke tahun tak kunjung mendaptkan suntikan dana yang memadai, mereka pun terdegradasi pada tahun 1930.

Namun, di tahun tersebut mereka justru berhasil mengukir prestasi terbaik sepanjang klub didirikan dengan sukses masuk ke babak semi final Piala FA, mereka bersaing dengan klub-klub yang ada di Premiere League.

Bertahun-tahun mereka ngos-ngosan dan menjadi tim semenjana yang bermain di kasta ketiga, The Tigers pun mendapatkan "uang kaget" dari miliarder asal Mesir, Aseem Allam pada tahun 2010.

Investasi sebesar 40 juta euro diberikan oleh Aseem Allam untuk Hull City, ia merasa berhutang budi pada The Tigers karena ia merasa dibesarkan di kota Hull dan sempat mengenyam pendidikan selama beberapa tahun di sana.

Hanya menunggu waktu tiga tahun, tepatnya di 2013, Hull City mampu merangsek naik ke divisi teratas Inggris, Premiere League.

Namun, akibat manajemen klub yang buruk, mereka terseok-seok di Premiere League.

Tak ada pemain berbakat yang didatangkan dan tak ada pemain berbakat yang diorbitkan lewat akademi.

Akhirnya, di muism 2016/2017, The Tigers resmi terdegradasi dari Premiere Lague, mereka berada di dasar klasemen setelah menelan kekalahan dari Crystal Palace dengan skor 0-4.

Hingga saat ini, Hull City masih bermain di Divisi Championship, mereka berada di zona degradasi dan terancam kembali turun kasta.

3. Everton (Inggris)

Striker Everton asal Inggris, Andros Townsend merayakan gol pertama timnya dalam pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Everton di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 2 Oktober 2021. (OLI SCARFF / AFP)

Everton merupakan klub asal Merseyside, Inggris yang didirikan pada tahun 1878.

Sejak tahun 1990an, Everton merupakan salah satu tim terbaik di Inggri, mereka berhasil meraih trofi Piala FA pada 1906 dan Premiere League pada tahun 1914.

Kemudian setelah masa kejayaannya, The Toffees mengalami penurunan yang drastis, bahkan sempat terdegradasi pada tahun 1946.

Terus mengalami naik turun dari tahun ke tahun, Tge Toffes akhirnya berhasil tampil konsisten di tahun 2014.

Saat itu mereka dipimpin oleh Bill Kenwright, pengusaha asal Merseyside yang mendedikasikan uangnya untuk membuat Everton menjadi tim yang besar di Inggris.

Namun, dua tahun kemudian kepemilikan pun berpindah di tangan miliarder asal Iran, Farhad Moshiri.

Moshiri membeli saham sebanyak 49,9 persen saham klub yang bermarkas di Goodison Park tersebut.

Meskipun begitu, Moshiri tetap menjadikan Kenwright sebagai pimpinan utama klub. Moshiri hanya akan berperan sebagai pemilik saham mayoritas.

Berkat gelontoran dana yang disokong oleh Moshiri, Everton mampu bertahan di Premiere Lague hingga sekarang.

Mereka juga selalu memberi pemain bekelas di tiap musimnya, Jordan Pickford didatangkan pada tahun 2016, Davy Klassen yang sedang bagus-bagusnya di Ajax juga mereka beli di tahun 2017, kemudian Andre Gomes didatangkan dari Barcelona dua tahun setelahnya.

Di tahun ini, The Toffes sedang berkembang dengan merekrut pelatih mentereng, Rafael Benitez.

Di tangan Benitez, Everton berada di peringkat 5 Klasemen Premiere League, mereka hanya kalah agresifitas gol dari Manchester United yang berada di atasnya.

2. Paris Saint-germain

(Dari kiri) Penyerang Paris Saint-Germain asal Brasil Neymar, penyerang Paris Saint-Germain asal Prancis Kylian Mbappe dan penyerang Paris Saint-Germain asal Argentina Lionel Messi menyaksikan pertandingan sepak bola Grup A Liga Champions UEFA Club Brugge melawan Paris Saint-Germain (PSG) di Stadion Jan Breydel di Bruges, pada 15 September 2021. (KENZO TRIBOUILLARD / AFP)

PSG bisa dibilang merupakan tim muda, mereka berdiri di tahun 1970, usianya baru 51 tahun. 

Namun, mereka berhasil menjadi tim paling sukses di Prancis dalam dekade ini berkat seorang investor kaya raya dari Qatar, Nasser Al-Khelaifi.

Nasser datang membeli PSG pada tahun 2011 dan langsung menggebrak dengan membeli barisan pemain elit yang bermain di liga top eropa.

Nama-nama seperti Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, David Luiz dan Thiago Silva, mereka semua dibeli dalam beberapa bulan setelah kedatangan Nasser.

Nasser dikenal sebagai pemilik klub yang ambisus dan nekad dalam membelanjakan uangnya.

Di tiap musim, PSG selalu mampu mendatangkan deretan pemain bintang baru untuk memperkuat tim berjuluk Les Parisiens tersebut.

Yang paling mencolok, adalah belanja PSG di tahun 2017.

Saat itu, Neymar diboyong dari Barcelona dengan harga 222 juta euro atau setara 3,4 triliun rupiah.

Itu menjadikan Neymar sebagai pemain paling mahal sepanjang masa, rekor tersebut pun bertahan hingga sekarang.

Beberapa minggu setelah kedatangan Neymar, Les Parisiens kembali melakukan kejutan dengan merekrut Kylian Mbappe dari AS Monaco dengan harga 145 juta euro atau setara 2,4 triliun rupiah.

Musim ini, PSG pun semakin kuat, sekarang mereka diisi oleh ikon sepak bola, Lionel Messi.

Messi datang secara gratis akibat krisis yang dialami Barcelona, gaji Messi yang setinggi langit membuat Barca mau tak mau harus rela membiarkan La Pulga pergi.

Jelas tim sekaya PSG menjadi pelabuhan Messi selanjutnya, gaji Messi yang dianggap besar oleh klub-klub lain dianggap uang receh untuk Nasser Al-Khelaifi.

1. Manchester City

Gelandang Manchester City asal Belgia Kevin De Bruyne (tengah) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol kedua timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Manchester City di Anfield di Liverpool, Inggris barat laut, pada 3 Oktober 2021. (PAUL ELLIS / AFP)

Manchester City merupakan tim yang didirikan pada tahun 1884, sejak berdirinya tim asal kota Manchester tersebut, City merupakan tim biasa-biasa saja.

Mereka sempat berjaya di tahun 1968 hingga 1970 dengan meraih gelar Piala FA, Piala Liga, dan kejuaraan Eropa.

Setelah itu, tim berujuk The Citizens tersebut tak ada prestasi lain yang berhasil diraih, mereka hanya menjadi tim papan tengah Premiere Lague yang namanya kalah mentereng dengan tim sekotanya, Manchester United.

Namun, asa Manchester City untuk menjadi tim besar pun terbuka lebar saat The Citizens dibeli oleh perusahaan asal Arab, Abu Dhabi United Group.

Perusahaan tersebut dipimpin oleh seorang Wakil Perdana Menteri Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mansour.

Di tangan Sheikh Mansour, City berubah menjadi tim yang ambisius, deretan pemain dan pelatih berkualitas terus didatangkan ke Stadion Etihad.

Puncaknya ada di tahun 2012, setelah The Citizens mampu menjuarai Premiere Lague untuk pertama kalinya setelah 44 tahun.

Saat itu, skuat City diisi oleh deretan pemain bintang, seperti, Aguero, Dzeko, David Silva, Samir Nasri, hingga Mario Balotelli.

Semenjak itu, The Citizens mampu mempertahankan kejayaannya dengan terus meraih gelar Premiere League dan deretan piala domestik.

Pemain-pemain bintang pun terus berdatangan, saat ini Kevin De Bruyne, Joao Cancelo dan Ruben Dias menjadi tulang punggung tim untuk terus sukses mempertahankan tren positif.

Suntikan dana yang diberikan oleh sang pemilik tak pernah berhenti, The Citizens sempat hampir mendapatkan kapten Timnas Inggris, Harry Kane dengan harga 100 juta euro, namun negosisasi tersebut mandek lantaran pihak Spurs yang terus menahan kepergian strikernya.

Kini, City masih penasaran dengan gelar Liga Champions yang belum pernah diraihnya, bersama Pep Guardiola dan skuat menterengnya sekarang, nampaknya mimpi tersebut tak akan sulit di dapat pada musim ini.

(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini