"Dia cepat saat menggiring bola dan dia bisa mengubah arah tanpa kehilangan kendali atas tubuhnya. Dia bisa mengalahkan semua orang satu lawan satu di tengah lapangan dan dia pekerja keras."
Ketika masih di Dinamo Zagreb U-16, adu pukul terjadi dengan tim Hadjuk Split, Kovacic melepas bajunya dan memberikannya kepada asisten pelatih.
"Jika harus berkelahi, maka saya tidak akan mengenakan jersey," ujar Kovacic.
Chelsea beruntung bisa memiliki jasanya, ia adalah sosok yang cepat belajar,.
Menguasai lima bahasa dan hanya butuh hitungan pekan untuk bisa lancar berbahasa Inggris dan berkomunikasi dengan rekan setimnya.
Dari segi taktik, Thomas Tuchel mengandalkannya.
Chelsea selalu turun dengan skema 3-4-3 atau 3-5-2 ketika bertahan.
Baca juga: Kabar Chelsea, Pernyataan Bersayap Tuchel Bisa Jadi Belati Buat Timo Werner, Dijual ke Atletico?
Kovacic bisa berduet dengan siapapun di lini tengah, Jorginho ataupun Kante, Kovacic mampu memainkan perannya dengan baik.
Ini juga tidak lepas dari adaptasi permainan yang baik dari Kovacic.
Di Inter Milan, Kovacic adalah nomor 10, punya kemampuan eksekusi yang baik dan kerap muncul dari lini kedua untuk mencetak gol.
Di Real Madrid posisinya berubah, ia menjadi gelandang tengah atau bahkan sayap, pasalnya ia juga kemampuan mumpuni dalam melakukan akselerasi dan menggiring bola.
Sedangkan di Chelesa, perannya berubah, ia adalah nomor 6, atau Thomas Tuchel menyebutnya dengan "Double 6" karena ketika Kovacic bermain, Tuchel melihat ada dua gelandang di lini tengah.
Dan usianya masih 25 tahun, pekeja keras dan sangat dominan di lapangan, tentu jika akhir musim Chelsea menjadi juara Liga Inggris, peran Kovacic tidak bisa disepelekan.
(Tribunnews.com/Gigih)