TRIBUNNEWS.COM - Samir Nasri menjadi pemain yang paling disorot saat melakoni laga amal yang digelar UNICEF pada Kamis (14/10/2021) dini hari.
Nasri masuk ke dalam tim Marseille Legend, melawan tim UNICEF besutan mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger.
Dalam laga tersebut, Nasri bergabung bersama sejumlah legenda Marseille lain seperti Robert Pires, Fabrizio Ravanelli, hingga pemain yang juga menjadi legenda Chelsea, Didier Drogba.
Baca juga: Jelang Leicester vs Man United Liga Inggris, Maguire & Varane Absen, MU Duetkan Lindelof-Jones?
Baca juga: Jebloknya Performa Harry Kane: Imbas Taktik Nuno Santo dan Menonjolnya Peran Son Heung-min
Ia menjadi bahan olok-olok di media sosial lantaran Nasri tampil dengan perut buncit dan tubuh gendutnya.
Padahal, pemain yang juga pernah membela Manchester City tersebut baru mengumumkan pensiun dari dunia sepak bola sebulan yang lalu di usia 34 tahun.
Meskipun begitu, semasa bermain Nasri merupakan pemain yang cemerlang. Ia berposisi sebagai gelandang serang atau playmaker yang handal.
Nasri memiliki skill olah bola dan visi bermain yang paripurna hingga sempat dijuluki the text Zinedine Zidane.
Bersinar di Arsenal & Manchester City
Samir Nasri mengawali karirnya dengan bermain di klub Prancis, Olympique de Marseille di tahun 2004 hingga 2008.
Bersama Marseille Nasri menjadi sosok andalan di lini tengah dengan seringkali memamerkan kemampuan dribel dan visi bermainnya yang begitu mencolok.
Hal tersebut pun membuat pelatih Arsenal, Arsene Wenger terpesona.
The Gunners pun memboyong sang playmaker di musim 2008/2009 dengan gelontoran dana 12 juta pounds atau sekitar 260 miliar rupiah.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Nasri untuk memukau publik Emirates Stadium.
Baca juga: Implementasi Arteta Ball Arsenal di Liga Inggris: Manfaatkan Kegemilangan Odegaard & Smith Rowe
Ia langsung tampil reguler di lini tengah Arsenal dengan menjadi pelayan untuk striker andalan The Gunners saat itu, Robin van Persie.
Atribut utama dari nasri adalah kemampuannya membuka celah pertahanan lawan menggunakan driberlnya yang ciamik.
Ia juga memiliki visi bermain dan akurasi umpan yang mentereng, gol-gol van Persie banyak terlahir berkat umpan dari kaki sang playmaker.
Sampai-sampai, Wenger membandingkan penampilan Nasri dengan legenda Prancis dan Real Madrid, zinedine Zidane.
"Nasri dia luar biasa, flesibilitas bermainnya sangat baik, dia pandai membuka dan menciptakan ruang," Kata Wenger dalam wawancaranya bersama BT Sport.
"Dia mengingatkan saya dengan Zidane, dia (Nasri) mampu menggiring dan memiliki teknik seperti Zidane," lanjutnya.
Performa gemilang yang ditunjukkan Samir Nasri pun mendapat pengakuan, sang gelandang serang dipilih sebagai pemain terbaik Prancis tahun 2010 oleh majalah olahraga kenamaan France Football.
Begitu dipuja oleh publik Emirates Stadium, tak membuat Nasri betah, paceklik gelar dan jumlah gajinya yang tak kunjung naik membuat ia memilih untuk hengkang di Manchester City di tahun 2011.
Dan benar saja, bersama The Citizens, Nasri mampu menorehkan tiga gelar bergengsi, yaitu Liga Primer Inggris di tahun 2012 dan 2014, serta trofi Carling Cup di tahun 2014.
Perannya bersama David Silva di lini tengah mampu menjadi pelayan yang pas untuk dua bomber The Citizens, Carlos Tevez dan Sergio Aguero.
Namun dari musim ke musim performa Nasri mengalami penurunan, seringnya terkena cedera dan terlibat kasus di luar lapangan membuat penampilannya tak konsisten.
Saking kesalnya dengan inkonsistennya Nasri, pelatih Man City saat itu, Roberto Mancini ingin memberi pukulan kepada sang pemain.
"Saya ingin memukulnya karena pemain seperti dia seharusnya bermain bagus di setiap pertandingan," Kata Mancini dilansir The Sun.
"Mungkin satu pertandingan dia tidak dapat bermain baik, tetapi ini menunjukkan dia bisa melakukannya," Lanjutnya.
Tak mampu tampil konsisten membuat Nasri akhirnya dipinjamkan The Citizens pada musim 2017/2018 di klub Sevilla dan Antalyaspor.
Dari situ karir Nasri terus menurun, ia tak mampu kembali ke performa terbaiknya hingga terbuang ke klub Belgia, RSC Anderlecht di tahun 2020 dan memutuskan pensiun satu tahun setelahnya.
Kasus Doping dan hampir meninggal
Di tahun 2017, saat Nasri bermain untuk tim La Liga Spanyol, Sevilla. Nasri pergi ke Amerika Serikat untuk berlibur.
Ketika itu juga Nasri mengunjungi pusat medis Drip Doctors yang salah satu pendirinya adalah Jamila Sozahdah seorang dokter pribadi Nasri.
Di sana, Nasri diduga menerima infus sebanyak 500 mililiter air yang dicampur nutrisi yang diduga merupakan bahan doping.
Tak lama kemudian, hal tersebut pun diketahui oleh UEFA. Akhirnya, Pada 2018, UEFA membuat keputusan yang dengan memberi larangan bermain kepada sang pemain.
Ia dilarang bermain selama 18 bulan karena melanggar etika dan disiplin UEFA setelah melanggar aturan badan anti-doping dunia (WADA).
"Saya kehilangan satu tahun karier yang baru saja berjalan seperti itu, dan pada satu titik mereka berbicara tentang skorsing selama empat tahun," kata Nasri dilansir Sky Sports.
"Saya masih kecewa tentang hal itu karena saya tidak menggunakan zat apa pun," lanjutnya.
"Itu hanya dosis vitamin yang terlalu banyak, saya bisa melakukannya dalam dua hari, tetapi saya melakukannya hanya dalam satu hari, dan jadi saya menyesal karena sakit," pungkas pria asal Prancis tersebut.
Sebelum terkena musibah yang mematikan kariernya, Nasri juga sempat mengalami nasib sial, di tahun 2007 saat masih berkostum Marseille, Nasri divonis terkena penyakit meningitis.
Ia dirawat di rumah sakit selama dua minggu lamanya dan mengalami frustasi, ia mengira dirinya tak akan mampu melanjutkan karir cemerlangnya dan sempat berfikir akan meninggal.
“Saya mengalami meningitis dan hampir mati, tak ada orang-orang yang mendampingi saya," kata Nasri dilansir Get Fotball News France.
"Itu sangat buruk, saya hampir kehilangan semuanya, termasuk karir sepak bola saya, tapi Tuhan masih mencintai saya dan memberi saya kesembuhan," Pungkas pria berpostur 175 cm tersebut.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)