Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hadirnya teknologi Video Assistant Referee (VAR) dianggap bisa memberikan hasil pertandingan yang lebih clear lantaran VAR mampu menangkap hal-hal yang luput dari pandangan wasit sehingga wasit bisa memutuskannya dengan mengambil tindakan yang sesuai dari hasil VAR tersebut.
Teknologi VAR yang sudah masif digunakan di beberapa negara pun kini mulai diminati Liga Indonesia.
Pecinta sepakbola di Indonesia pun sempat meminta kepada PSSI dan PT LIB agar bisa menerapkan teknologi itu lantaran banyak keputusan wasit yang tidak tepat saat memimpin pertandingan.
Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita mengatakan kini pihaknya bersama PSSI kembali serius dalam menerapkan VAR di kompetisi Liga 1.
Bahkan pihaknya rela mengeluarkan biaya yang tak murah guna mendatangkan peralatan VAR dan pelatihan kepada wasit-wasit Indonesia.
“VAR ini sudah dibicarakan sejak awal 2020 sama PSSI, tetapi terhenti karena pandemi. Kami mulai kembali sekarang,” kata Hadian di Kantor PT LIB, Jakarta beberapa hari lalu.
“Biaya juga bukan masalah, tetapi demi kebaikan kami harus berusaha sekuat mungkin untuk cari dananya. Tapi bisa saja nanti pemerintah bantu. Namun, bukan berarti kita mengemis tetapi dampaknya ujungnya untuk prestasi Timnas juga,”
“VAR hitungan kasar 1 set 6 juta dollar kira-kira sekitar 85 miliar. Itu dalam arti mobile bisa pindah-pindah ya. Harga segitu juga sudah termasuk training wasit, tapi belum tahu berapa jumlah wasit yang ditraining. Untuk awal 1 set dulu untuk uji coba,” jelasnya.
Dengan mengambil program percepatan ini, teknologi VAR diharapkan bisa diuji coba di akhir musim Liga 1.
Setelah itu, teknologi VAR akan dioptimalkan pada kompetisi Liga 1 musim depan. Hadian berharap semua pertandingan di tahun depan bisa didukung VAR.
“Kami penginnya semua (pertandingan). Kami kan sudah tahu seminggu main dimana saja, di tiap pertandingan di titik mana yang kira-kira membutuhkan VAR. kan tidak harus beli satu set, polanya nanti pake mobile sistem, pake kontainer, jadi bisa pindah,” kata Hadian.
“Jadi untuk 9 pertandingan bisa gunakan 3 set misalnya. Kalau pertandingan ini pindah kesana-kesini. Kalau pake sistem seri malah lebih memudahkan,” pungkasnya.