TRIBUNNEWS.COM - Partai bergengsi tersaji dalam lanjutan Liga Champions 2021/2022, Liverpool sebagai tuan rumah ditantang tamunya dari Spanyol, Atletico Madrid.
Anfield akan menjadi arena dalam pertarungan dua tim raksasa eropa tersebut. Sebelumnya, saat bermain di stadion kebanggaan Liverpool itu, pasukan Jurgen Klopp menyerah dengan skor 3-2.
Liverpool harus rela tersingkir dari Liga Champions, usai dikalahkan tim tamu Atletico Madrid melalui babak perpanjangan waktu.
Baca juga: Liga Champions: Duel Penentuan Nasib AC Milan, Armada Rossoneri Harap Tuah Publik San Siro
Baca juga: Liverpool vs Atletico Madrid, Kenangan You Never Walk Alone Iringi Kepulangan Suarez ke Anfield
Dua gol dari Liverpool dicetak oleh Georginio Wijnaldum yang kini telah hijrah bersama PSG di menit 43' dan pemain asal Brasil, Roberto Firmino di menit 94'.
Sedangkan mimpi buruk bagi The Reds hadir ketika Marcos Llorente mengemas 2 gol pada menit 97' dan 105' dan tambahan gol Atletico di ujung pertandingan lewat kaki Alvaro Morata.
Hasil itu membuat Liverpool harus rela menyerahkan satu tempat ke babak Perempat Final Liga Champions kepada Atletico Madrid karena kalah agregat 2-4.
Kejadian tersebut lantas menjadi mimpi buruk bagi publik Anfiled serta Mohamed salah dan kolega.
Dari situ pula, rentetan hasil buruk The Reds saat bermain di Anfield terus berdatangan, notaben sebagai stadion angker pun mulai luntur.
Jurgen Klopp selaku juru taktik tentunya tak ingin kejadian pelik itu terjadi, apalagi di pertandingan nanti malam, The Reds berpeluang lolos lebih dulu ke babak 16 besar Liga Champions jika berhasil meraih tiga poin.
Liverpool datang ke Anfield dengan kepala tegak, di partai sebelumnya, Roberto Firmino dkk sukses mengandaskan perlawanan Atletico di kandangnya sendiri dengan skor 2-3.
The Reds yang sekarang berbeda dengan The Reds di tahun lalu saat dikalahkan Atletico di Anfield. Musim ini mereka begitu superior.
Baik di Liga Inggris ataupun Liga Champions, asuhan Jurgen Klopp sukses menampilkan performa yang mentereng.
Mereka berada di puncak klasemen Grup B dengan poin sempurna (9) dan berada di peringkat kedua Liga Inggris hanya kalah tiga poin dari si pemuncak klasemen, Chelsea.
Moncernya trio Fimansyah
Kembali moncernya trio firmansyah menjadi faktor penting dalam performa apik Liverpool musim ini.
Lancarnya alur serangan Liverpool yang disutradarai oleh Firmino memberi impact untuk moncernya performa Mohamed Salah, pemain asal mesir tersebut berhasil tampil bertaji musim ini.
Catatan 15 gol dan 6 assist berhasil ia sumbangkan untuk Liverpool hanya dalam 13 pertandingan.
Baru-baru ini, Salah juga mengukir rekor sebagai pemain sayap tercepat yang berhasil mencetak 100 gol di Liga Inggris.
Pemain berpostur 175 cm tersebut berhasil mencetak 100 gol hanya dalam 162 laga. Mengalahkan torehan dari seorang Cristiano Ronaldo.
Total, Mohamed Salah telah mencetak 107 gol dari 165 pertandingan bersama Liverpool di Liga Inggris.
Mohamed Salah sudah pasti cemerlang, ia selalu mampu memberi kontribusi luar biasa bagi Liverpool dari musim ke musim. Lalu bagaimana dengan Mane?
Mane adalah winger yang luar biasa, salah satu yang terbaik di dunia, dribbles completed Mane berada di angka 2.30 per pertandingan, hanya kalah dari Mohamed Salah.
Namun, Masalah menciptakan peluang, Mane yang menjadi paling handal, xG Mane untuk Liverpool musim ini berada di angka 5.0.
Di musim 2018/2019 Mane juga berhasil meraih gelar top skor Liga Primer Inggris dengan torehan 22 gol.
Namun di musim selanjutnya ia tampil kurang maksimal dan jarang menciptakan gol ataupun assist untuk Liverpool.
Penampilan mengecewakannya di musim lalu mampu ia tebus di musim ini, setidaknya untuk 14 laga awal, pemain asal senegal itu sukses menciptakan tujuh gol, menjadi pencetak gol kedua terbanyak di bawah Salah.
Ketika Sadio Mane dan Mo Salah sukses menjadi tumpuan untuk mencetak gol di lini depan, maka Roberto Firmino-lah yang menjadi penyuplai utama.
Firmino memainkan peran sebagai pemain yang berdiri di antara barisan gelandang dan barisan pertahanan lawan.
Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Jurgen Klopp.
Yang pertama, adanya Firmino di posisi tersebut membuat jarak antar lini Liverpool tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan The Reds.
Yang kedua, Firmino memberikan ruang bagi Mo Salah dan Sadio Mane untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Gol pertama Liverpool yang dicetak oleh Sadio Mane pada laga melawan Watford di Liga Inggris adalah contohnya.
Firmino yang berada di area tengah serangan, memberi celah bagi Mane untuk mendapatkan ruang di dalam kotak penalti The Hornets.
Dan benar saja, memanfaatkan celah yang diberikan Firmino, serta umpan cantik dari Mo Salah, pemain asal Senegal tersebut sukses menjebol gawang Watford, sekaligus menjadi gol ke 100-nya di Liga Inggris.
Bagi Firmino, mencetak gol dan assist hanya hasil akhir, melihat caranya bermain yang membuat Firmino begitu spesial.
Menjadi penyerang tengah hanya soal posisi dalam susunan pemain, tugas seorang penyerang sebagai mesin gol tidak menjadi tanggung jawab dia.
Itu membuat Firmino berkembang menjadi pemain kreatif dan tidak egois.
Ia tak segan memberi umpan kepada Mane dan Mo Salah ketika memiliki kesempatan lebih baik untuk mencetak gol, tugasnya memang demikian.
Itulah yang menjadi alasan seorang Firmino mampu menjadi penyerang tengah yang maksimal dalam taktik Klopp, ia adalah sutradara dalam skema mantan pelatih Brussia Dotrmund tersebut.
Kemegahan Liverpool bukan hanya soal trio lini depannya, namun juga pada identitas anak muda The Reds yang mampu tampil mengesankan.
Menemukan pengganti Wijnaldum dalam diri Curtis Jones
Liverpool tak pernah kehilangan potensi pemain muda di lini tengah, setelah cedera horor yang diterima oleh Harvey Elliot, The Reds masih memiliki seorang Curtis Jones, pemain asli akademi Liverpool yang berhasil tampil cemerlang musim ini.
Itu juga yang menjadi alasan mengapa Jurgen Klopp tak bingung mencari pengganti Wijnaldum yang memilih hijrah ke PSG.
Pemain berusia 20 tahun itu berperan sebagai gelandang serang dalam skema 4-3-3 milik Klopp.
Jones kuat dalam penguasaan bola, ia memiliki kemampuan menggiring yang dapat dimanfaatkan Klopp untuk menusuk area pertahanan lawan.
Dilansir sofascore, dribel sukses Jones mencapai angka 2.5 (83%) Di antara gelandang tengah Liverpool, hanya Naby Keita yang menorehkan rata-rata lebih baik dari Jones.
Ia juga memiliki kemampuan passing yang sangat baik, itu membuat Klopp mempercayakan Jones untuk sering melakukan umpan-umpan trobosan ke area pertahanan lawan, dua assistnya untuk gol Salah dan Firmino saat melawan FC Porto musim ini adalah contohnya.
Jika diakumulasi dari seluruh pertandingan Jones bersama Liverpool, pass completion Jones berada di angka 89.5%.
Jones tak mengecewakan ketika diberi kesempatan dan dia membuktikan bahwa dia bisa diandalkan.
Pemain bernomor punggung 17 tersebut sekarang telah menjadi pemain kunci di lini tengah Liverpool, dengan kemampuannya yang istimewa, tak heran jika Liverpool tenang-tenang saja meskipun ditinggal oleh gelandang andalannya di musim lalu.
Dengan moncernya trio Firmansyah dan munculnya bibit anak muda seperti Curtis Jones superioritas Liverpool bakal terus berlanjut saat menjamu Atletico madrid nanti malam.
Kenangan buruk tahun lalu di Anfield berpeluang besar untuk dibayar oleh Mohamed Salah dan kolega.
(Tribunnews.com/Deivor)