TRIBUNNEWS.COM - Striker milik Barcelona, Sergio Aguero dikabarkan harus mengakhiri karirnya di sepakbola lebih awal lantaran penyakit jantung yang ia alami.
Sebelumnya, Aguero mendapat perawatan di rumah sakit usai ia didiagnosa mengalami aritmia atau gangguan irama jantung dan menjalani pengecekan jantung secara menyeluruh.
Dilansir Sport, Aritmia merupakan kelainan di mana jantung berdetak lebih cepat dengan ritme yang tidak teratur.
Baca juga: Jika Xavi Jadi Pelatih Barcelona, Aib Los Cules Versi Sergio Aguero Bakal Hangus
Baca juga: Steven Gerrard & Xavi Hernandez, Bukti Pelatih Cemerlang Berasal dari Gelandang Gemilang, Kok Bisa?
Seperti yang kita ketahui, Aguero tampil sejak menit awal saat Barcelona bermain imbang 1-1 melawan Alaves, pada Minggu (31/10/2021) dini hari.
Namun, dirinya terpaksa ditarik keluar pada menit 42 setelah pemain berusia 33 tahun tersebut terlibat duel udara bersama Victor Laguardia.
Meski berhasil kembali berdiri, namun Aguero terlihat memegangi area dada dan tenggorokannya, lalu menjatuhkan diri di tanah, tim medis pun langsung datang untuk memeriksa keadaan sang striker.
Saat mendapat perawatan tim dokter Barcelona, detak jantung pemain berdarah Argentina itu dikatakan jauh lebih tinggi dari yang seharusnya.
Aguero lantas dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
Lalu, kabar baru dari hasil perawatan pria asal Argentinya itu dilansir Catalunya Radio per hari ini, Jumat (12/11/2021).
Dalam siaran El Mati, Catalunya Radio mengungkapkan bahwa tes terbaru yang dilakukan pada Sergio Aguero menunjukkan adanya kemungkinan sang pemain harus mengakhiri karirnya lebih awal alias pensiun dini.
“Ada pesimisme (kondisi Aguero), dan kemungkinan dia harus menghentikan karirnya di level profesional," kata Marta Carreras dari Catalunya Radio dikutip dari AS.
"Opsi berat itu nyata, mengingat kondisi dia cukup serius, hal itu sudah dijelaskan kepadanya,” lanjutnya.
Ya, situasi yang dialami Aguero adalah salah satu kondisi paling mengkhawatirkan bagi karir pemain sepakbola profesional.
Kondisi yang cukup memberikan kesan traumatik yang masih segar dalam ingatan adalah ketika gelandang Timnas Denmark, Christian Eriksen, jatuh tersungkur saat bermain menghadapi Finlandia di laga perdana Piala Eropa 2020, bulan Juni lalu.
Baca juga: Setelah Steven Gerrard ke Liga Inggris, Kini Giliran Frank Lampard yang akan Kembali
Usai insiden mengerikan tersebut, pemain milik Inter Milan itu harus menggunakan defibrillator, alat yang berfungsi untuk memberikan tekanan elektrik agar jantung bisa bekerja secara normal.
Imbasnya, Inter Milan secara resmi mengatakan bahwa Cristian Eriksen tidak bisa melanjutkan karirnya di klub yang bermarkas di stadion San Siro tersebut.
"Mengacu pada hak registrasi Eriksen, perlu dicatat bahwa pemain tersebut untuk sementara dilarang oleh otoritas medis Italia dari aktivitas olahraga musim ini akibat cedera serius yang menimpanya di Kejuaraan Eropa pada Juni lalu," tulis pernyataan di situs resmi Inter Milan.
Hanya dalam jangka waktu satu tahun, sudah ada dua pemain sepakbola top eropa yang mengalami masalah cukup serius ini.
Lalu, yang menjadi pertanyaan, mengapa risiko penyakit dan serangan jantung begitu menghantui para pemain sepakbola?
Risiko Serangan Jantung Bagi Pemain Sepakbola
Berdasarkan laporan Owen Anderson dalam artikelnya yang berjudul "Heart Attack Risks Are Greater for Athletes Who compete In Endurance Sports", kemungkinan pesepak bola terserang penyakit jantung sama seperti yang dialami atlet olahraga ketahanan.
Dalam tulisannya, Owen menyebutkan satu dari 50.000 atlet olahraga ketahanan (balap sepeda, triatlon, maraton, dan sebagainya) berisiko tinggi mengalami serangan jantung.
Penemuan tersebut diperoleh seteleh Owen meneliti kandungan enzim cardiac troponin I pada 38 atlet sepeda yang mengikuti kompetisi Tyrolean Otztaler Radmarathon pada tahun 1999.
Enzim cardiac troponin sendiri merupakan enzim yang lazim terkandung dengan jumlah yang tinggi pada darag seseorang yang terdeteksi mengalami serangan jantung.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan cardian troponin I meningkat pada 13 pesepeda setelah mengikuti kompetisi Tyrolean Otztaler Radmarathon.
Tiga faktor yang menjadi pemicu adalah faktor usia, catatan waktu, dan intensitas latihan.
Menurut Owen, hal tersebut juga berlaku bagi atlet sepakbola. Pemain sepakbola profesional rata-rata menempuh total 9-12 km per laganya.
Ditambah adanya aktifitas tambahan dalam sepak bola yang menguras energi seperti sprint, menendang, dan melompat.
"Sepak bola sama seperti olahraga ketahanan lain, sepak bola membutuhkan mobilitas sangat tinggi," kata Owen dilansir Sprotingfile.
"Itu membuat para pemain sepak bola mengeluarkan energi yang cukup banyak, bahkan lebih banyak dari olahraga lainnya," lanjutnya.
Berdasarkan penelitian dan pernyataan Owen tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemain sepakbola profesional memiliki risiko terkena serangan jantung yang lebih tinggi dibanding atlet di olahraga lain.
Intensitas latihan serta mobilitas para pesepakbola yang cukup menguras tenaga dapat mengakibatkan kelemahan jantung seperti apa yang diungkapkan oleh Owen.
Ditambah, padatnya jadwal bermain di sepakbola modern seperti ini juga menjadi risiko bagi mereka untuk mengalami masalah atau serangan jantung.
Jika dikalkulasi, tim-tim elit yang berkompetisi di liga kontinental akan melaksanakan pertandingan sebanyak dua kali dalam sepekan.
Seperti diketahui juga, sebelum kasus Aguero dan Eriksen, ada beberapa pemain sepakbola yang pernah terkena serangan jantung yang berakibat fatal.
Salah satunya adalah Davide Astori, pemain Fiorentina tersebut ditemukan meninggal di kamar hotelnya akibat serangan jantung pada (4/3/2018).
Kemudian ada kasus meninggalnya Marc-Vivien Foe, gelandang Kamerun pada tahun 2003, ketika Kamerun bertemu Kolombia di semifinal Piala Konfederasi yang berlangsung di Prancis.
Pada menit ke-72, Foe kolaps tanpa ada yang tahu penyebabnya. Beberapa waktu kemudian, hasil otopsi lanjutan menunjukkan bahwa Foe meninggal karena pembengkakan jantung.
Dan yang masih segar dalam ingatan, bagaimana legenda Real Madrid, Iker Casillas yang memilih pensiun pada Agustus 2020 akibat terkena serangan jantung saat menjalani sesi latihan bersama FC Porto.
(Tribunnews.com/Deivor)