News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Lazio vs Juventus di Liga Italia: Bianconeri Tanpa Dybala, Kesempatan Chiesa jadi Del Piero Jilid II

Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyerang Juventus asal Italia, Federico Chiesa, melakukan selebrasi setelah mencetak gol penyeimbang pada pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions UEFA antara Juventus Turin dan FC Porto pada 9 Maret 2021 di stadion Juventus di Turin. Marco BERTORELLO / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Paulo Dybala dikabarkan absen kala Juventus behadapan dengan Lazio di lanjutan Liga Italia giornata ke-13 pada (21/11/2021) dini hari.

Dilansir laman resmi Juventus, Dybala didiagnosa alami kelelahan otot tibialis posterior saat dirinya membela Timnas Argentina di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Namun, hal tersebut justru dapat menjadi keuntungan bagi Federico Chiesa, kenapa? 

Dengan cederanya Dybala, Chiesa berpeluang besar akan menggantikan posisi yang ditinggalkan striker berusia 28 tahun itu.

Pemain depan Juventus Argentina Paulo Dybala (kanan) merayakan di samping pemain depan Juventus Italia Federico Chiesa setelah mencetak penalti selama pertandingan sepak bola Grup H Liga Champions UEFA antara Juventus dan Zenit pada 02 November 2021 di stadion Juventus di Turin. Isabella BONOTTO / AFP (Isabella BONOTTO / AFP)

Baca juga: Fakta Lazio vs Juventus di Liga Italia: Kepak Sayap Elang Ibu Kota Hempaskan Si Nyonya Tua

Baca juga: Kiat Kebangkitan Juventus, Sulap Pesakitan Dybala, Transformasi Posisi Chiesa & Tiru Tuah AC Milan

Transformasi posisi Chiesa dari pemain winger menjadi penyerang tengah pernah dilakukan Allegri saat Juventus sukses menumbangkan Chelsea di Liga Champions pada (30/9/2021).

"saya memindahkan Chiesa ke posisi penyerang tengah dengan Bernardeschi di belakangnya dan itu berjalan lebih baik," kata Allegri dilansir Amazon Prime Italia.

Dalam beberapa tahun belakangan, istilah “penyerang modern” menjadi begitu populer di dunia sepak bola.

Istilah ini digunakan untuk menyebut penyerang-penyerang yang tak sekadar menunggu bola di kotak penalti dan mencetak gol.

Para penyerang modern ini turut berperan aktif dalam fase build-up serangan dan membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Peran Chiesa sebagai penyerang modern begitu efektif untuk melancarkan serangan Bianconeri.

Dalam partai melawan Chelsea, Allegri harus bermain tanpa dua striker andalan mereka, Paulo Dybala dan Alvaro Morata.

Dengan skema 4-4-2 miliknya, Allegri memasang Chiesa dan Bernadeschi di depan sebagai penyerang tengah.

Sebagai penyerang, keduanya menjalankan tugas dengan sempurna. Chiesa membuat satu gol hasil umpan manis yang disodorkan oleh Bernadeschi.

Juventus pun menang dengan skor 1-0 menghadapi sang juara bertahan.

Selain mencetak gol, Chiesa juga berperan aktif ketika Juventus sedang berada dalam fase bertahan.

Ia menjadi pemain pertama yang menutup build up serangan pemain belakang dan tengah Chelsea.

Pemain asal Italia tersebut tak segan untuk membantu pertahanan hingga turun ke area tengah.

Keuntungan meminta penyerang untuk turun membantu pertahanan tim adalah pemain tengah dan pemain belakang bisa lebih berkonsentrasi dalam mempertahankan bentuk pertahanan yang telah direncanakan.

Pemain depan Juventus Italia Federico Chiesa dan pemain bertahan Rusia Zenit St. Petersburg Vyacheslav Karavaev berebut bola selama pertandingan sepak bola Liga Champions UEFA antara Zenit St. Petersburg dan Juventus di Saint Petersburg pada 20 Oktober 2021. (Olga MALTSEVA / AFP)

Dalam beberapa situasi bertahan, Chiesa-lah yang bertindak sebagai presser utama pada pemain lawan yang menguasai bola.

Sedangkan para gelandang dan bek yang berada di dekatnya lebih berfungsi sebagai cover, berjaga-jaga bila lawan yang dijaga Chiesa mampu meloloskan diri.

Dengan cara ini, bek Juventus tidak perlu mengambil risiko untuk keluar dari posisi yang malah menyebabkan banyak celah di pertahanan.

Itulah mengapa, Bianconeri mampu menjaga keperawanan gawangnya dari para pemain depan Chelsea yang terkenal produktif.

Lalu dalam urusan menyerang, kemampuan Chiesa sudah sangat jelas dapat diandalkan.

kelebihan utama Federico Chiesa terletak pada teknik individunya, Ia memiliki kemampuan dribel yang bagus saat melakukan penetrasi ke area pertahanan lawan.

Ia memberi daya ledak dalam penyerangan Bianconeri, pemain berusia 23 tahun tersebut beberapa kali mengancam pertahanan Chelsea lewat kecepatan dan kemampuan dribelnya.

Chiesa tidak ragu menerobos atau meliuk-liukkan badan meski ada dua pemain lawan mengadang, jika lawan merebut bola yang berada di kakinya, ia tak segan mengejar untuk mendapatkannya kembali.

Ia juga punya kelebihan dalam penempatan posisi ketika tim dalam fase transisi bertahan dan fase menyerang, itu sangat berguna untuk Juventus guna melakukan serangan balik.

Dengan usianya sekarang, Chiesa juga sudah mampu memerlihatkan ketenangan dalam menjalani partai penting untuk Bianconeri.

Dengan apa yang sudah ditunjukkan oleh Chiesa saat menumbangkan Chelsea, sudah seharusnya Allegri lebih sering menaruh Chiesa sebagai penyerang tengah.

Insting mencetak gol Chiesa sangat buas, penilaian itu bersumber dari gol Chiesa untuk Juventus musim lalu.

Bermain sebagai winger, dan perannya yang tertutup oleh Ronaldo, ia tetap bisa memberi kontribusi 15 gol dari 46 pertandingan bersama Bianconeri.

Tak lupa, kontribusinya untuk Italia saat Euro 2020 sangat mencolok, terutama salah satu golnya ke gawang Austria pada babak 16 besar.

Masuk sebagai pengganti pada menit ke 84, Chiesa mampu menjadi sang pemecah kebuntuan.

Saat laga perpanjangan waktu masuk menit ke 95, Chiesa berlari di dalam kotak penalti untuk menyambut umpan silang Leonardo Spinazzola.

Chiesa berhasil menerima bola dengan kepalanya, ia kemudian memantulkan bola ke tanah dan berusaha menguasainya.

Konrad Laimer langsung menutup ruang, Chiesa memindahkan bola dari kaki kanan ke kaki kiri untuk menciptakan kembali space yang ditutup rapat. 

Ia pun melakukan tendangan setengah voli ke tiang jauh, bola pun melesat masuk ke gawang Austria yang dijaga oleh Bachmann.

Satu gol berkelas dari insting mencetak gol Chiesa membawa Italia lolos ke babak 8 besar.

Gelandang Italia Federico Chiesa merayakan setelah mencetak gol pembuka pada pertandingan sepak bola babak 16 besar UEFA EURO 2020 antara Italia dan Austria di Stadion Wembley di London pada 26 Juni 2021. (Frank Augstein / POOL / AFP)

Dengan insting gol yang dimiliki Chiesa, sudah jelas ia akan memberi kontribusi banyak bagi Juventus dalam perannya menjadi seorang penyerang tengah.

Seperti apa yang dilakukan oleh Del Piero pada masanya untuk Juventus.

Del Piero bukan seorang bomber yang memanfaatkan postur tubuh untuk menjadi goal getter.

Ia memiliki insting mencetak gol yang tinggi, peraih gelar Piala Dunia 2006 tersebut memiliki finishing yang mumpuni untuk merobek jala gawang lawan.

Saat masih bermain bersama Bianconeri, Del Piero dimanfaatkan sebagai seorang penyerang tengah dalam skema 3-5-2.

Ia mampu menunjukkan kualitasnya dengan mencetak 188 gol dari 478 pertandingan bersama Juventus di Liga Italia.

Melihat progres formula Allegri di Bianconeri, mestinya tinggal tunggu waktu saja bagi Chiesa untuk menjadi bintang bagi Juventus.

Usianya juga baru 23 tahun dan masih punya waktu panjang buat berkembang, bukan tak mungkin Chiesa bakal jadi Del Piero selanjutnya. 

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini