Evan Dimas lebih dibutuhkan di fase akhir serangan dengan kemampuannya dalam mengirim umpan dan menciptakan peluang berbahaya.
Keunggulan jumlah pemain timnas di lini tengah membuat para pemain Indonesia dapat leluasa mengurung pertahanan lawan.
Begitu juga untuk lini depan, dengan menempatkan Ezra Wallian sebagai striker serta diapit oleh Witan Sulaeman dan Evan Dimas, Timnas Garuda bermain dengan keseimbangan dan sangat efisien.
Ketika kehilangan bola, Evan Dimas bakal turun untuk membuat Indonesia unggul jumlah di lini tengah, sementara ketika bertransisi dari bertahan ke menyerang, ia menjadi pusat serangan bersama Ezra.
Dengan adanya Witan dan Ezra di sisi kanan dan tengah, Evan Dimas dengan mudah bisa mendistribusikan bola kepada kedua pemain yang pintar dalam mencari ruang untuk dapat dieksploitasi.
Munculnya Ricky Kambuaya dari lini kedua juga membuat serangan timnas begitu kaya, para pemain lawan dibuat kerepotan dalam menjaga kedalaman dan menjaga para pemain Garuda.
Tempat juga layak diberikan untuk permainan sang gelandang bertahan, Rahmat Irianto.
Perannya begitu baik dalam hal mengatur tempo dan memutus serangan balik lawan.
Irianto juga acap kali diberi peran oleh Shin Tae-yong untuk menjadi anchor di lini belakang.
Agresifnya para full back Timnas Garuda, diakali oleh Tae-yong dengan menaruh Irianto sejajar dengan para bek tengah timnas.
Di lini depan, akan menjadi persaingan yang seru antara Ezra Wallian, Hari Yudo, Hanis Saghara, dan Dedik Setiawan.
Namun nampaknya, posisi di 11 utama akan diberikan kepada Ezra yang tampil apik di Persib Bandung dan laga uji coba Timnas Indonesia.
Ia bermain begitu cair dengan sering menjemput bola ke tengah hingga melakukan pergerakan dari lini sayap.
Torehan satu gol dan satu assist dalam dua pertandingannya bersama Timnas di Turki sukses ia catatkan.