Singapura memiliki pemain cepat yang mampu menusuk ke jantung pertahanan lawan, striker nomor 9 mereka bernama Ikhsan Fandi adalah orangnya.
Sebagai target man ia tak malas, pergerakannya begitu cair bergerak dari sisi tepi dan tiba-tiba menusuk ke kotak penalti.
Dua golnya ke gawang Myanmar adalah contoh nyata dari keganasan striker berusia 22 tahun itu.
Dan benar saja, saat melawan Timnas Indonesia satu gol sukses ia sumbangkan untuk memberi nafas pada The Lions pada partai leg kedua nanti.
Timnas Indonesia sedikit lengah di pertandingan tadi, keluarnya Rachmat Irianto menyisakan lubang di lini tengah Timnas.
Tak ada gelandang bertahan yang mampu bermain sekuat Irianto, Kambuaya dan Evan Dimas lebih kepada gelandang box to box yang kuat dalam hal menyerang.
Keputusan Tae-yong untuk mengganti Irianto dengan Evan Dimas adalah bumerang bagi pertahanan Indonesia.
Faktanya, pertahanan Timnas Indonesia memang masih menjadi pekerjaan rumah.
Meski berstatus sebagai tim paling produktif, catatan kebobolan Indonesia juga tak bagus-bagus amat.
Tiga dari empat gol yang bersarang ke gawang Indonesia di babak penyisihan grup adalah gol yang berasal dari dua tim non unggulan Kamboja dan Laos.
Shin Tae-yong harus mampu membenahi pertahanan Indonesia yang sedikit keropos.
Blunder pergantian pemain yang ia lakukan tak boleh terulang jika Garuda ingin lolos ke partai final dan membawa pulang trofi Piala AFF.
Untung saja, Timnas Indonesia memiliki Asnawi Mangkualam yang kuat dalam hal bertahan dan menyerang.
Ia adalah pemain terbaik yang tampil pada laga melawan Singapura di leg pertama.