"Satu-satunya hal yang kami pedulikan adalah melakukan apa yang harus kami lakukan dengan cara terbaik," ucap Simeone dikutip dari Marca.
"Kami harus beradaptasi dengan keadaan, hal yang saya cari adalah kemenangan, dengan cara dan gaya saya sendiri," tambah pelatih berusia 50 tahun itu.
Meski banyak mendapatkan kritik karena permainan pragmatisnya, Simeone mampu membuktikan bahwa cara bermainnya mampu membuat Atletico menjadi raksasa di Spanyol.
Simeone berhasil membawa pulang trofi Copa del Rey pada 2012/2013, Liga Spanyol pada 2013/2014 dan 2020/2021, Liga Europa lagi pada 2017/2018.
Piala Super Eropa pada 2012 dan 2018. Di Liga Champions, Atletico juga mampu menembus babak final pada 2013/2014 dan 2015/2016.
Simeone mampu membangun tim setelah ditinggal sejumlah bintangnya.
Pelatih berjuluk El Cholo itu tetap mampu mempertahankan level tim meski ditinggal Falcao, Diego Costa, Filipe Luis, Gabi, Arda Turan, Mario Mandzukic, Miranda, hingga nama terakhir, Antonio Griezmann.
Nama yang disebutkan terakhir, memutuskan untuk kembali ke pelukan Atletico dan akan (kembali) berjuang bersama Simeone merajai Liga Spanyol dan Liga Champions.
Simeone juga dikenal sebagai pendongkrak performa striker yang diasuhnya.
Sebut saja Sergio Aguero, Fernando Torres, dan Diego Costa.
Ketika striker tersebut, adalah hasil binaan Simeone sebelum akhirnya dijual dengan harga mahal.
Nama terakhir yang menjadi sorotan adalah Marcos Llorente.
Meski posisi asli pemain asal Spanyol tersebut adalah gelandang bertahan.
LIorente diplot sebagai striker oleh Simeone dalam latihan Atletico.
Menjalani peran barunya bersama Simeone, musim lalu, mantan pemain Real Madrid itu mampu menjadi topskor kedua Atletico.
Torehan 13 golnya sepanjang musim hanya kalah dari Luis Suarez yang mampu mencetak 21 gol untuk Atletico.
Berkat polesan Simeone juga, Llorente mampu menembus skuat Timnas Spanyol pada Euro 2020.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)