TRIBUNNEWS.COM - Ketika Simone Inzaghi menjabat sebagai Manajer dari Inter Milan, menggantikan Antonio Conte, banyak yang mempertanyakan keputusannya untuk melatih Nerazzurri.
Bukan meragukan kualitas dari Simone Inzaghi, ia sudah membuktikannya bersama Lazio selama lebih dari tiga musim, tetapi kondisi Inter Milan yang membuat keraguan muncul.
Berstatus sebagai juara Liga Italia, Inter Milan tidak didukung dengan ekosistem yang apik, terlebih masalah keuangan grup Sunning sebagai pemilik klub menjadi faktor yang tak terhindarkan.
Inter Milan terpaksa melepas Romelu Lukaku ke Chelsea, Achraf Hakimi juga harus dilego ke PSG dan nyaris kehilangan Lautaro Martinez.
Baca juga: Profil Madam Pang, Sosok di Balik Pergantian Kiper Timnas Thailand saat Lawan Indonesia di Final AFF
Baca juga: AC Milan Kepincut Dengan Lille Sven Botman
Tetapi maju 3 bulan setelahnya, fakta tak terbantahkan bahwa Inter Milan adalah juara paruh musim Serie A Liga Italia membungkam semua kritikan tersebut.
Inter Milan membungkam semua kritikan, termasuk Simone Inzaghi yang sangat diragukan bisa menangani tim besar.
Apa yang terjadi di Inter MIlan bukanlah Mukjizat, tetapi sebuah proses yang berkesinambungan antara kerja keras, pengalaman dan juga kecermatan.
Guiseppe 'Beppe' Marotta menjadi sosok yang harus mendapatkan kredit dari sisi pengalaman, sukses membangun Juventus menjad tim elite, ia melakukan hal yang sama di Inter Milan dengan sejumlah catatan apik.
Seperti diektahui, dengan keuangan terbatas Inter Milan, praktis mereka tidak bisa belanja dan hanya mendatangkan pemain secara cuma-cuma.
Pun dengan sosok Manajer, Marotta harus cermat, mengganti Antonio Conte yang menyudahi dahaga gelar lebih dari satu dekade juga bukan tugas yang mudah.
Dan Simone Inzaghi adalah jawaban tepat, tidak ada tim Liga Italia yang bisa menyaingi jumlah gelar Juventus dalam lima musim terkahir kecuali Lazio.
Simone Inzaghi membangun tim ibu kota dengan cermat, penuh perhitungan, dan juga dengan kemampuan dana minim ala Claudio Lotito.
Alasan ini yang membuat Marotta tidak ragu menunjuk SImone Inzaghi sebagai pelatih Inter Milan, faktor lainnya juga tidak kalah krusial : skema.
Simone Inzaghi punya pakem 3-5-2 yang sama dengan Antonio Conte, bedanya, Inzaghi butuh gelandang kreatif dibanding pekerja, perbedaan kecil ini tentu bukan masalah yang besar.
Kehilangan pemain sekaliber Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi secara nyata memang sedikit berpengaruh terhadap permainan Inter Milan, tetapi SImone Inzaghi menyelesaikannya dengan baik.
Baca juga: Live Streaming PSIM Yogyakarta vs Dewa United di Liga 2 2021, Tayang Indosiar, Akses di Sini
Uniknya lagi, pemain yang didatangkan tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, mulai dari Joaquin Correa, Edin Dzeko, Denzel Dumfries hingga sang Judan milik AC Milan, Hakan Calhanoglu.
Keempat pemain yang didatangkan praktis merupakan cara Inzaghi menambal skuadnya, Dzeko untuk menggantikan Lukaku dengan Correa sebagai deputi, Dumfries untuk menutupi hengkangnya Hakimi, dan Calhanoglu untuk mengganti Eriksen.
Selain nama-nama baru, pemain senior juga menajdi kerangka utama tim.
Marcelo Brozovic adalah pemain yang menjadi vital dari permainan Inter Milan, dengan krusialnya dalam transisi yang kini menjadi kunci bagi Inter Milan.
Tetapi, perbedaan terbesar adalah bagaimana Simone Inzaghi mengubah tip yang sangat kaku dan disiplin ala Conte menjadi sangat bebas dan cair.
"Inzaghi memberi kami kebebasan dan membuat kami mengingat, sepak bola adalah sebuah permainan," ujar Alessandro Bastoni di La Repubblica.
Cara bermain ala SImone Inzaghi ini membuat Inter Milan selalu punya solusi dalam situasi apapun, termasuk di beberapa laga krusial seperti melawan Atalanta, Juventus hingga Napoli.
Inter Milan kini nyaman dengan 46 poin dalam 19 laga, unggul 4 poin dari rival sekota, AC Milan di peringkat dua dan 12 poin dari Juventus di peirngkat ke-5.
Gelar Scudetto kedua beruntun adalah sesuatu yang sangat diimpikan oleh semua penggemar dan pemain Inter Milan dan bagi mereka, hanya 19 laga yang memisahkan dari mimpi tersebut.
Dan Simone Inzaghi akan kembali menunjukkan magisnya di paruh musim kedua.
(Tribunnews.com/Gigih)