TRIBUNNEWS.COM - Adalah kekalahan dari Wolves yang menunjukkan celah terbesar dari Manchester United di Liga Inggris musim ini.
Gol tunggal Joao Moutinho memang hanya membedakan satu gol secara margin, tetapi tidak menggambarkan secara 90 menit pertandingan.
Hanya David De Gea yang menjadi pembeda dan menyelamatkan Manchester United dari kebobolan lebih dari dua gol.
Di lini depan, Manchester United benar-benar mati kutu, tidak ada peluang berarti sepanjang laga.
Kecuali peluang Bruno Fernandes yang membentu mistar dan gol Ronaldo yang dianulir, praktis tidak ada yang mengancam gawang Jose Sa.
Ironisnya, Manchester United turun dengan 4 penyerang sejak awal, mulai dari Cristiano Ronaldo, Edinson Cavani, Jadon Sancho dan Mason Greenwood.
Baca juga: Fakta Kekalahan Manchester United atas Wolves, Ronaldo Medioker, Kembalinya Jones, Potensi Greenwood
Baca juga: Penawaran Keterpurukan Manchester United: Parkir Scott McTominay dan Mendatangkan Declan Rice
Dari keempat penyerang (ditambah Marcus Rashford yang masuk di babak kedua), hanya dua percobaan tepat sasaran yang diciptakan oleh Manchester United.
Adalah sebuah ironis melihat mewahnya lini depan Manchester United, namun hanya menciptakan dua percobaan sepanjang 90 menit.
Apa yang salah dari Manchester United?
Melihat masalah Manchester United, tidak perlu terlalu jauh, laga melawan Newcastle United dan Burnley, menunjukkan ada masalah dalam pendekatan skema ala Ralf Rangnick.
Johan Cruyff pernah menyebut bahwa cara terpendek untuk mencetak gol adalah menusuk di tengah, bukan melebar, dan Ralf Rangnick (melalui Valeriy Lobanovskyi) mencoba melakukan pendekatan yang serupa.
Skema 4-2-2-2 ala Rangnick, memiliki pendekatan dengan menyerang dari lini tengah, terpusat dan langsung menghadap gawang.
Cara ini cukup cepat dan efektif memang, selain ketika melakukan serangan balik, ini juga mengakomodasi permainan dengan pressing tinggi.
Ketika kehilangan bola, penyerang Manchester United menjadi pemain pertama yang akan melakukan pressing, cara dasar yang dubangun oleh Rangnick.
Ini masalahnya, dengan cara bermain seperti itu, praktis hanya dua fullback yang punya lisensi untuk bermain melebar, Luke Shaw dan Aaron wan Bissaka dalam hal ini menjalankan tugasnya dengan baik.
Masalahnya, adalah bagaimana peran Mason Greenwood, Jadon Sancho, Cristiano Ronaldo dan Edinson Cavani dalam bergabi tugas.
Di babak pertama melawan Wolves, praktis tidak ada yang membantu transisi yang dibangun oleh Scott McTominay, dengan keempat pemain lebih banyak mencari ruang dibanding menjemput bola.
Hasilnya, serangan mereka dengan mudah dipatahkan oleh pemain tengah Wolves yang memang banyak menumpuk pemain di lini tengah.
Masalah ini juga terlihat di laga melawan Burnley, pasca gol pertama dari Scott McTominay, transisi United terhambat, dan sangat mudah dipatahkan oleh Burnley.
Beruntung Luke Shaw punya kemampuan untuk membangun serangan sehingga memberi opsi untuk Nemanja Matic dan McTominay untuk membagi bola.
Hal ini juga dieksploitasi oleh Newcastle United dengan Allan Saint-Maximin mengeksploitasi lini tengah dan belakang Manchester United.
Di laga melawan Wolves, hal ini tidak berjalan baik, Setan Merah kalah jumlah di lini tengah, di babak pertama, menyebabkan bola tidak bisa menembus pertahanan tim tamu.
Perubahan memang tersaji di babak kedua, dengan Edinson Cavani punya tugas untuk menjemput bola, sekaligus membantu United dalam transisi.
Baca juga: Bursa Transfer: Kulusevski ke Arsenal, Dembele ke MU, Pulisic Menuju Barcelona, Liverpool Kejar Sule
Tetapi hal ini tidak efektif, karena United tetap kalah jumlah di tengah, sedangkan ketika bermain melebar, Luke Shaw dan wan Bissaka akan berhadapan dengan dua lapis pemain.
Jadon Sancho dan Mason Greenwood yang diharapkan untuk melakukan akselerasi cinderung buntu, hanya Greenwood yang mengemas 4 kali percobaan sukses melakukan dribble, sedangan Sancho, tidak satu kalipun melewati Nelson Semedo.
Namun, masalahnya, pengambilan keputusan di sepertiga akhir pertahanan dari kedua pemain tersebut sering tidak tepat, Greenwood lebih memilih untuk melakukan sepakan spekulasi, memaksa Rangnick menggantikannya dengan Bruno Fernandes.
Dan bagaimana Cristiano Ronaldo menghilang di pertandingan ini, juga merupakan implikasi dari masalah Manchester United.
Ronaldo, tidak mendapatkan distribusi bola yang seharusnya, sedangkan cara bermain dari pria berusia 37 tahun ini, akan lebih banyak mencari ruang dibanding menjemput bola.
Ronaldo akan lebih banyak menggunakan pace-nya untuk beradu di dekat kotak penalti, bukan menhemput dari lini tengah.
Ini yang menjadi masalah bagi Manchester United, dan masuknya Adama Traore di menit ke-75, adalah cara Wolves untuk membunuh pertandingan ini.
Terlepas dari kesalahan Phil Jones dalam membuang bola, Luke Shaw, tidak punya back-up dan harus berhadapan satu lawan satu dengan Adama Traore juga memaksa sang fullback asal Inggris ini kesulitan.
Pasalnya, ia harus berhadapan dengan Nelson Semedo dan Adama Traore sekaligus, tanpa adanya bantuan dari Sancho atau Marcus Rashford yang masuk di babak kedua.
Dan Rashford menjadi pesakitan di laga ini, hanya beraksi selama 15 menit, tidak ada dampak berarti dari pemain nomor 10 ini, dan lebih banyak menyulitkan rekannya karena umpan-umpan yang tidak tepat sasaran.
Ini akan menjadi evaluasi bagi Ralf Rangnick, Bulan Januari dan Februari akan menjadi sangat sulit dan padat untuk Setan Merah.
Manchester United menginginkan finish di empat besar di akhir musim, masalah ini harus diselesaikan Rangnick, jika tidak, lolos ke Zona Eropa adalah tugas yang sangat berat.
(Tribunnews.com/Gigih)