"Macan tutul tidak mengubah tempat mereka.
"Ada terlalu banyak gertakan di klub ini untuk membawa United kembali ke puncak.
“Fakta yang kami katakan United akan berada di urutan keempat menunjukkan bagaimana standar telah turun dan mereka jatuh bebas, di dalam dan di luar lapangan.” ujar Roy Keane pada 2019.
Sejatinya, tidak adil hanya menyalahkan Ralf Rangnick yang mengandalkan skema 4-2-2-2.
Permainan ini sangat perlu adaptasi, karena pemain dituntut bermain dengan intensitas yang konsisten selama 90 menit.
Rangnick saat ini lebih banyak memainkan dua pemain di posisi nomor 10, yakni duo Jadon Sancho dan Mason Greenwood, semuanya berjalan baik.
Baca juga: Rudiger & Azpilicueta Kompak soal Perpanjangan Kontrak, Chelsea Makin Bingung
Bahkan duet Cristiano Ronaldo dan Edinson Cavani juga sejatinya tidak mengecewakan, justru kedua pemain terdepan ini menjadi dua pemain yang bekerja keras.
Di babak kedua melawan Wolves, mengetahui bahwa United sulit mendistribusikan bola ke depan, Edinson Cavani memilih menjemput bola, sedangkan Ronaldo, juga mengalah dengan bermain melebar untuk mempermudah Jadon Sancho.
Tetapi, ketika United kebobolan, tidak ada satupun pemain yang bisa mengubah permainan, sedangkan Rangnick sudah melakukan beberapa perubahan termasuk memainkan Rashford dan Bruno Fernandes.
Hasilnya, justru keduanya bermain sangat buruk, dan tidak bisa berbuat banyak untuk menghidupkan permainan United.
Ralf Rangnick hanyalah sebuah mitigasi dari bencana Manchester United, sebelum kedatangan Manajaer baru di akhir musim.
Sangat merugikan bagaimana pemain Manchester United bermain begitu buruk di laga melawan Wolves, dan tentu saja, akan selalu ada kambing hitam di setiap kekalahan Manchester United.
Rangnick tentu menyadari hal ini, dan kerja keras harus ia lakukan untuk mengubah situasi sekaligus memperbaiki bagaimana Manchester United benar-benar berantakan di musim ini.
(Tribunnews.com/Gigih)