News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Masalah Gagalnya Chelsea Raih 3 Poin: Serangan The Blues Lebih Efisien Tanpa Romelu Lukaku

Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Striker Chelsea Belgia Romelu Lukaku (kiri) bersaing dengan bek Brighton Inggris Dan Burn (kanan) selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Brighton and Hove Albion dan Chelsea di American Express Community Stadium di Brighton, Inggris selatan pada 18 Januari 2022. Glyn KIRK / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Chelsea kembali harus gagal mendapatkan 3 poin di Liga Inggris kala dipaksa bermain imbang melawan Brighton & Hove Albion dengan skor 1-1 pada Rabu, (19/01/2022).

Bermain dengan sistem 4-2-2-2 dan dipimpin oleh Romelu Lukaku di depan, Chelsea tak mampu menunjukkan permainan yang meyakinkan.

Chelsea memang mampu menguasai ball possesion sebanyak 58% namun ancaman mereka ke gawang Brighton dapat dikatakan minim.

Hanya ada 3 shoots dari barisan pemain Chelsea yang mengarah ke gawang Brighton yang dijaga Robert Sanchez.

Sorotan paling tajam tentunya tertuju pada striker anyar dengan wajah lama mereka, Romelu Lukaku.

Per catatan Squawka, Lukaku menjadi pemain yang paling sedikit memegang bola di laga tersebut dengan hanya melakukan 14 kali sentuhan.

Pelatih Chelsea asal Jerman, Thomas Tuchel (kanan) bersalaman dengan striker Chelsea asal Belgia, Romelu Lukaku usai laga Liga Inggris antara Aston Villa melawan Chelsea di Stadion Villa Park, Birmingham, Inggris, Senin (27/12/2021) dini hari WIB. Chelsea memenangi pertandingan dengan skor 3-1 (1-1). AFP/Oli SCARFF (AFP/OLI SCARFF)

Baca juga: Catatan & Fakta Menarik BRI Liga 1: Noda Persebaya, Label Irit Gol Persib, hingga Pekan Satu Poin

Baca juga: Sorotan Liga Inggris: Alibi Thomas Tuchel Usai Chelsea Gagal Menang, The Blues Butuh Libur!

Perannya di lini depan seperti terkunci, pergerakannya monoton, tak ada kreativitas dan peluang berbahaya yang mampu ia ciptakan ke gawang Brighton.

Hal tersebut semakin mengindikasikan bahwa dirinya kesulitan dengan sistem dan peran yang Thomas Tuchel berikan kepadanya.

Keluhannya di wawancara bersama Sky Sports yang sempat ramai diperbincangkan adalah bukti nyata bahwa ia tak nyaman bermain bersama Chelsea di bawah komando Tuchel.

Ya, sebelum Lukaku sukses mencetak dua gol di dua pertandingan berturut-turut di Liga Inggris pada 27 & 30 Desember 2021, ia sempat mengalami paceklik gol yang berkepanjangan.

Seakan kehilangan tajinya, Romelu Lukaku mengalami paceklik gol di 12 laga Chelsea, baik di kancah domestik maupun kontinental.

Nama Romelu Lukaku tak tercatat di papan skor ketika Chelsea bertanding melawan Tottenham Hotspur, Aston Villa, Manchester City, Juventus, Southampton, Brentford, Malmo, Manchester United, Watford, dan West Ham.

Selama 2 bulan lebih Lukaku tak menyumbangkan satu gol pun untuk The Blues, tiga laga terakhir yang disebutkan di atas adalah pertandingan yang ia jalani setelah mengalami cedera.

Thomas Tuchel pun beralasan bahwa ia masih beradaptasi dengan stiker barunya tersebut, juru taktik asal Jerman itu juga menambahkan bahwa lukaku terlalu banyak dimainkan di musim ini.

ketika harus menjadi juru gedor Chelsea, Lukaku juga menjadi tumpuan Timnas Belgia di lini depan.

Alasan Tuchel memang ada benarnya, namun, jika dilihat dari kualitas Romelu Lukaku, seharusnya ia tak kesulitan dalam urusan merobek jala gawang lawan, performanya di Inter begitu sempurna.

Hal tersebut-lah yang menjadi alasan Chelsea berani mengeluarkan dana yang tak sedikit untuk memboyongnya, dan Tuchel pun mengakui kualitas strikernya itu.

“Dia (Lukaku) adalah atlet yang fantastis dan pria yang kompetitif sehingga dia ingin memenangkan segala hal," Kata Tuchel dilansir The Guardian.

Lantas, melihat aspek tersebut, beberapa asumsi menyalahkan Thomas Tuchel yang dirasa tak mampu memaksimalkan kemampuan Lukaku, salah satunya Antonio Conte.

"Jika Anda memiliki penyerang tengah seperti Lukaku, anda perlu menggunakan dia, dan saya rasa Chelsea belum menemukan cara untuk menggunakannya," kritik tajam Conte dilansir Goal.

Ya, Lukaku memang dibuat garang oleh Antonio Conte, jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.

Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.

Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.

Itulah yang nampaknya membuat Lukaku begitu nyaman bermain di Inter Milan dan memberi komentar yang membuat Chelsea 'cemburu'.

"Saya selalu bilang bahwa Inter selalu di hati saya, saya tahu saya akan kembali ke Inter, saya harap demikian," tambahnya.

"Saya jatuh cinta dengan Italia, ini adalah waktu yang tepat untuk bicara dan biarkan orang tahu apa yang terjadi," pungkas Lukaku.

Di Inter, Conte menduetkan pemain Lukaku bersama Lautaro Martinez yang lebih dominan berada di lini tengah. Hal tersebut membuat Lukaku bermain lebih fleksibel.

Striker berbadan tambut tersebut, banyak bergerak di sisi kiri, kanan, hingga menjemput bola sampai ke tengah.

Hal tersebut membuat Lukaku mampu mencari ruang-nya sendiri untuk menciptakan gol, dan hal tersebutlah yang tak terlihat di Chelsea.

Tuchel dengan pakem 3-5-2 dan 4-2-2-2 barunya, sering menduetkan Lukaku bersama Werner. Masalahnya adalah, Werner bukanlah pemain yang nyaman berada di kotak penalti.

Itu membuat Lukaku lebih dioptimalkan oleh Tuchel untuk berada lebih banyak berdiri di kotak 16, tentu hal tersebut berpengaruh pada ketajaman sang pemain.

Musim ini, dilansir FBref, shots total Lukaku berada di angka 2.44 per pertandingan, jauh turun dibandingkan musim lalu saat dirinya masih bermain untuk Inter, shots total Lukaku mencapai angka 3.78 per pertandingan.

Itu statistik terkait individu, statistik lain berdasarkan permainan kolektif di lapangan, terlihat rekan Lukaku di lini depan Chelsea begitu jarang memberi umpan kepadanya.

Faktanya, progesi skema Thomas Tuchel lebih efektif ketika Chelsea bermain tanpa striker murni atau false nine.

Meski tak rajin mencetak gol, Havertz mampu membuka ruang bagi Mount dan winger Chelsea lainnya untuk bermain lebih menusuk dan fleksibel.

Havertz yang sering bergerak ke lini tengah dan samping membuat Mount bebas bergerak untuk mengisi pos yang ditinggalkan pemain asal Jerman tersebut.

Pun dengan keleluasaan para wing back The Blues, ketiadaan Lukaku yang sering berada di kotak penalti membuat Chillwell dan Reece James bebas untuk masuk ke kotak penalti tanpa bertabrakan dengan striker Chelsea.

Namun, dengan cederanya dua wing back Chelsea dan menurunnya performa Havertz membuat nama Lukaku diharapkan mampu menjadi goal getter utma The Blues.

Keluhannya mengindikasikan bahwa ia tak nyaman dengan sistem yang dipakai Tuchel.

Jika bersama Inter performanya begitu apik, bersama Chelsea untuk mencetak gol saja ia harus menunggu waktu yang cukup lama.

Total dari 23 pertandingan yang sudah ia jalani bersama The Blues, Lukaku hanya mampu mencatatkan namanya di papan skor sebanyak 8 kali.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini