Dan beruntung Fabinho sangat paham mengenai tugasnya ini.
Kemampuan intersepnya sebesar 93 persen, dan kemampuan merusak serangan lawan sebesar 95 persen, dikutip dari Smarter Scout.
Ironis memang, tidak banyak yang menyadari pentingnya Fabinho di lini tengah Liverpool, ketika Thiago Alcantara datang semua menganggap Fabinho akan tergeser.
Padahal musim lalu, adalah Fabinho yang menyelamatkan Liverpool untuk bisa bersaing di zona Liga champions.
Baca juga: Magis Diogo Jota di Liverpool, Kesabaran Klopp, Kematangan dari Simeone, Tandem Salah dan Mane
Ketika Fabinho turun sebagai gelandang, Liverpool hanya kehilangan tujuh poin dari 12 laga sisa yang menentukan nasib Liverpool saat itu.
Julukannya adalah mercu suar, karena sosoknya yang menonjol di lini tengah dan jangkauan serta visi bermain dari pemain asal Brasil ini.
Tidak ada yang memuji Fabinho lebih dari Jurgen Klopp dan Lenoardo Jardim.
Adalah Jardim yang mengendus bakatnya ketika ia diombang-ambing Real Madrid dan Rio Ave, dengan tegas ia menyebut bahwa Fabinho akan menjadi gelandang terbaik di dunia.
"Fabinho akan menjadi gelandang berbeda di Eropa dan akan punya pengaruh di seluruh dunia," ujar Jardim pada 2016.
Dan Klopp harus menghilangkan egonya ketika memuji Fabinho.
Tentu semua mengerti rivalitas tajam dari Jurgen Klopp dan mantan direktur olahraga Bayern Munchen, Matthias Sammer.
Klopp adalah musuh alami Sammer pun sebaliknya, keduanya kerap bertukar kritik setelah Robert Lewandowski bergabung ke Bayern Munchen.
"Permainanya mirip Sammer, ini kenyataan dan harus saya ucapkan," ujar Klopp untuk Fabinho.
Tentu sangat sulit untuk Klopp menekan egonya dan memuji kualitas Sammer untuk Fabinho.