TRIBUNNEWS.COM - Arsenal di luar dugaan mendominasi Liverpool di 15 menit pertama Carabao Cup 2021.
Emile Smith-Rowe dan Martin Odegaard, menjadi nyawa dari penyerangan Arsenal.
Liverpool buntu, mereka sangat sulit melakukan build-up dari lini belakang, dan kewalahan menghadapi tekanan bertubi-tubi Arsenal.
Yang menjadi pembeda adalah bagaimana Fabinho, muncul sebagai penyeimbang di lini tengah.
Ketenangannya membuat Liverpool perlahan tapi pasti ke luar dari tekanan Arsenal, dan mendapatkan momen untuk balik menyerang.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Pekan 23, Inter vs Venezia, AC Milan vs Juventus, Live beIN Sports & Vidio.com
Baca juga: 5 Hal Menarik dari Kemenangan Liverpool atas Arsenal, Rekor Asis Alexander-Arnold dan Rekor Gol Jota
Baca juga: Daya Ledak Anthony Elanga di Manchester United, Opsi Rangnick, Geser Sancho & Rashford, Pujian Yorke
Gol dari Diogo Jota yang mengubah permainan, tidak lepas dari Fabinho, yang dengan cerdik, merebut bola dari pemain Arsenal dan mengatur serangan balik.
Apa yang dilakukan oleh Fabinho, bak mengamini apa yang diutarakan Alexander-Arnold beberapa hari sebelumnya.
Fullback Timnas Inggris ini, menjelaskan bagaimana Liverpool bekerja ketika bertahan.
"Apapun skema lawan yang kami hadapi, caranya sama: kami punya dua bek tengah di tengah lapangan, dan Fabinho akan menjadi rantainya," ujar Alexander-Arnold di The Athletic.
Cara bermain Fabinho sangat krusial untuk Liverpool, ketika bertahan ataupun menyerang.
Ia adalah pemain pertama yang akan melakukan distribusi, namun juga akan menjadi pemain terakhir yang akan dihadapi lawan sebelum bertemu van Dijk ataupun Matip.
Fabinho, memang jarang terdeteksi, karena posisinya yang sangat dalam, bahkan terlewat dalam, hal yang menjadi alasan mengapa Jurgen Klopp mengambil Thiago Alcantara.
Tetapi Fabinho punya apa yang tidak dimiliki gelandang Tim Nasional Spanyol ini: kemampuan menghentikan serangan.
Fabinho adalah ahlinya, ia menjadi pemain yang sangat diharapkan van Dijk dan Matip untuk menghentikan bola, pasalnya, jika Fabinho terlewat, maka beban kedua bek tengah ini akan sangat berat.
Dan beruntung Fabinho sangat paham mengenai tugasnya ini.
Kemampuan intersepnya sebesar 93 persen, dan kemampuan merusak serangan lawan sebesar 95 persen, dikutip dari Smarter Scout.
Ironis memang, tidak banyak yang menyadari pentingnya Fabinho di lini tengah Liverpool, ketika Thiago Alcantara datang semua menganggap Fabinho akan tergeser.
Padahal musim lalu, adalah Fabinho yang menyelamatkan Liverpool untuk bisa bersaing di zona Liga champions.
Baca juga: Magis Diogo Jota di Liverpool, Kesabaran Klopp, Kematangan dari Simeone, Tandem Salah dan Mane
Ketika Fabinho turun sebagai gelandang, Liverpool hanya kehilangan tujuh poin dari 12 laga sisa yang menentukan nasib Liverpool saat itu.
Julukannya adalah mercu suar, karena sosoknya yang menonjol di lini tengah dan jangkauan serta visi bermain dari pemain asal Brasil ini.
Tidak ada yang memuji Fabinho lebih dari Jurgen Klopp dan Lenoardo Jardim.
Adalah Jardim yang mengendus bakatnya ketika ia diombang-ambing Real Madrid dan Rio Ave, dengan tegas ia menyebut bahwa Fabinho akan menjadi gelandang terbaik di dunia.
"Fabinho akan menjadi gelandang berbeda di Eropa dan akan punya pengaruh di seluruh dunia," ujar Jardim pada 2016.
Dan Klopp harus menghilangkan egonya ketika memuji Fabinho.
Tentu semua mengerti rivalitas tajam dari Jurgen Klopp dan mantan direktur olahraga Bayern Munchen, Matthias Sammer.
Klopp adalah musuh alami Sammer pun sebaliknya, keduanya kerap bertukar kritik setelah Robert Lewandowski bergabung ke Bayern Munchen.
"Permainanya mirip Sammer, ini kenyataan dan harus saya ucapkan," ujar Klopp untuk Fabinho.
Tentu sangat sulit untuk Klopp menekan egonya dan memuji kualitas Sammer untuk Fabinho.
Bagi Fabinho, jalan karirnya juga tidak mulus, ia adalah fullback kiri, jika anda bermain FIFA 14, anda akan mendapati Fabinho bermain di posisi kiri pertahanan AS Monaco.
Transformasinya sebagai gelandang dimulai ketika Jardim melihat tidak ada potensi bagi Fabinho turun sebagai fullback, ia terlalu lambat dan juga tidak punya kemmapuan menyerang yang cepat.
Perubahannya cukup mulus dengan keseimbangan dalam bertahan dan menyerang juga membaca permainan.
Visi inilah yang sangat membantu Liverpool, dan Klopp bisa meletakkan Fabinho di posisi manapun.
Statistiknya menggambarkan itu, ketika van Dijk absen di awal musim karena benturan dengan Pickford, Fabinho menjadi bek tengah dadakan.
Hasilnya, cukup apik, ia mencatatkan 10 tackle sukses, yang merupakan tertinggi kedua di Liverpool setelah naby keita
Kemampuannya dalam dribble bola juga salah satu yang terbaik di Liga Inggris, tetapi umpan lambungnya adalah kunci Liverpool.
Musim ini, Fabinho akan kembali ke posisi naturalnya sebagai gelandang sentral, pengaruhnya bagi Liverpool bisa sangat penting untuk persaingan meraih gelar juara Liga Inggris.
(Tribunnews.com/Gigih)