News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Kunci Kesuksesan Liverpool: Kecerdasan Jurgen Klopp, Moneyball Michael Edward & Transformasi Arnold

Penulis: deivor ismanto
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp (kiri) memeluk striker Liverpool Inggris Harvey Elliott di lapangan setelah kemenangan adu penalti mereka dalam pertandingan sepak bola final Piala Liga Inggris antara Chelsea dan Liverpool di Stadion Wembley, London barat laut pada 27 Februari 2022. - Liverpool memenangkan pertandingan 11-10 melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir 0-0 aet. (Photo by JUSTIN TALLIS / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Jurgen Klopp sukses mengantar Liverpool meraih trofi Carabao Cup usai mengalahkan Chelsea di laga final lewat tendangan adu penalti pada (28/02/2022).

Pertandingan yang digelar di stadion Wembley tersebut, hingga babak extra time, kedua tim tak mampu mencetak satu gol pun meski memiliki rentetan peluang emas.

Kepa Arrizabalaga yang dipersiapkan Chelsea untuk menjadi juru selamat di babak adu penalti justru menjadi biang kerok dari kekalahan The Blues lantaran gagal mengeksekusi tendangan.

Jurgen Klopp pun tersenyum lebar, trofi Carabao Cup merupakan raihan gelar domestik pertama yang ia sumbangkan untuk Liverpool.

Gelandang Liverpool asal Inggris Jordan Henderson mengangkat trofi saat para pemain Liverpool merayakan di lapangan setelah kemenangan adu penalti mereka dalam pertandingan sepak bola final Piala Liga Inggris antara Chelsea dan Liverpool di Stadion Wembley, barat laut London pada 27 Februari 2022. - Liverpool memenangkan pertandingan 11-10 melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir 0-0 aet. (Photo by JUSTIN TALLIS / AFP) (AFP/JUSTIN TALLIS)

Baca juga: Hasil Klasemen Liga Inggris - Manchester City Jauhi Liverpool, MU Kena Pepet West Ham di Zona UCL

Baca juga: Hasil Final Carabao Cup: Liverpool Juara Lewat Adu Penalti, Kepa Jadi Bumerang bagi Chelsea

Faktanya, tim asuhan Thomas Tuchel bukanlah hal sulit yang mampu Jurgen Klopp untuk permalukan, keduanya sudah menjadi rival sejak mereka melatih tim-tim Bundesliga dan Klopp memiliki catatn mentereng.

Dilansir Squawka, selama karier kepelatihan Tuchel, tak ada pelatih lain yang mampu mengalahkannya sebanyak Jurgen Klopp.

Ya, Thomas Tuchel telah mengalami 10 kali kekalahan selama bertemu tim yang diasuh oleh Klopp.

Nyatanya, penampilan The Reds di musim ini begitu melejit, mereka masih bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris bersama Manchester City.

Juga di Liga Champions, tim raksasa Italia, Inter Milan dibuatnya tak berkutik saat bermain dikandang, Liverpool sukses mengalahkan Nerazzurri dengan skor dua gol tanpa balas.

Praktis, di tengah inkonsistensi tim-tim elite Liga Inggris dan Eropa, The Reds adalah tim dengan performa paling stabil.

Kekalahan hanya mereka rasakan ketika bermain melawan West Ham United di Liga Inggris, selebihnya hasil sempurna hampir selalu Klopp antarkan untuk Liverpool.

Tangan dingin Jurgen Klopp benar-benar menjadikan Liverpool sebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan.

Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi di Liverpool.

Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuat The Reds menjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.

Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar-besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat.

Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktik The Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.

Moneyball yang diterapkan oleh mantan Direktur Olahraga Liverpool, Michael Edward, menjadi kunci dari kesuksesan bursa transfer The Reds dari musim ke musim yang memanjakan Klopp untuk meracik strategi.

Pemain-pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga dibawah 50 juta euro.

Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki.

Manajer Liverpool Jerman Jurgen Klopp bereaksi selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Leeds di stadion Anfield, di Liverpool, Inggris barat laut pada 23 Februari 2022. (Lindsey Parnaby / AFP)

Baca juga: Kisah Pilu Kepa di Balik Liverpool Juara Carabao Cup, Dambaan Pahlawan Namun Malah Jadi Pecundang

Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa-biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.

Nama-nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.

Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pemenangan Ballon d'Or.

Awal kehebatan Klopp terlihat saat Liverpool berhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.

Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawa The Reds tampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.

Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid.

Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuat Liverpool harus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.

Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya, The Reds sukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final.

Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2-0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi.

Raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untuk Liverpool terjadi pada musim 2019/2020.

Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengan mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari.

Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa.

Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.

"Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa-jasanya untuk Liverpool," Kata Gerrard, legenda hidup Liverpool dilansir ESPN.

Berhasil mencatatkan hasil istimewa untuk The Reds tak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa.

Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalah The Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untuk Liverpool.

Permainan high pressing, gegenpressing, dan direct pass dipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu.

Ya, 'Rock and Roll football' yang diusung Jurgen Klopp dengan 3 skema tersebut mampu membuat Liverpool tampil mempesona musim ini juga musim-musim sebelumnya.

Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untuk Liverpool.

Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp memberikan tepuk tangan kepada para penggemar setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Leicester City dan Liverpool di King Power Stadium di Leicester, Inggris tengah pada 28 Desember 2021. - Leicester memenangkan pertandingan 1-0. (Photo by Lindsey Parnaby / AFP) (AFP/LINDSEY PARNABY)

Baca juga: Parafrasa Pernyataan Abramovich Mundur dari Chelsea, hanya Simbolis?

"Gegenpressing adalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp, dilansir HaytersTV.

"Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya.

Walaupun menguras stamina dan membuat pemain Liverpool rentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan-lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut.

Musim ini, mereka tak hanya tampil gempiang di Liga inggris, namun juga di ajang kontinental, Liga Champions.

Dari seluruh pertandingan penyisihan grup liga paling bergengsi di eropa itu, Liverpool sukses menyapu bersih semua laga dengan kemenangan.

Salah satu faktor superitas Liverpool dan penampilan stabil mereka dari musim ke musim adalah bagaimana ia memanfaatkan atribut pemain yang ada.

Contoh paling nyata adalah keberhasilan dia menyulap Trent Alexander-Arnold dari seorang gelandang serang biasa-biasa saja menjadi salah satu full back terbaik di dunia.

Klopp paham betul akan pesona yang ditawarkan Arnold sebagai pemain, kecakapan pemain asal Inggris itu dalam mengirim umpan membuat Arnold digeser ke samping olehnya untuk menjadi sang pelayan bagi barisan penyerang Liverpool dari sisi tepi.

Garis pertahanan yang tinggi, serta visi bermain yang handal dari Arnold juga membuat Klopp menjadikannya sebagai playmaker dari sisi kanan.

Per catatan Squawka, Arnold adalah pemain pertama yang sukses mencatatkan lebih dari 100 change created di musim ini, menawan!

Catatan 17 assistnya di musim ini semakin membuktikan bahwa dia adalah arwah dari permainan Liverpool.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini