News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Manchester United vs Atletico Madrid, Liga Champions: Pragmatisme Simeone Hentikan Ketajaman Ronaldo

Penulis: deivor ismanto
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bek Atletico Madrid dari Montenegro Stefan Savic (atas) bersaing dengan pemain depan Manchester United asal Portugal Cristiano Ronaldo selama pertandingan sepak bola Liga Champions UEFA antara Atletico de Madrid dan Manchester United di stadion Wanda Metropolitano di Madrid pada 23 Februari 2022.

TRIBUNNEWS.COM - Atletico Madrid akan bertandang ke markas milik Manchester United, Old Trafford dalam leg kedua babak 16 besar Liga Champions pada Rabu, (16/03/2022) dini hari.

Peduli setan dengan nama besar Manchester United, pasukan Diego Simeone jelas mengusung kemenangan dalam lawatan mereka di tanah Inggris.

Satu hal yang paling mencolok dari permainan Atletico adalah bagaimana cara mereka menghentikan ketajaman Cristiano Ronaldo yang terkenal ganas di Liga Champions.

Ya, Atletico Madrid memang hanya mampu bermain imbang dengan skor 1-1 melawan Manchester United di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.

Namun, 1 hal yang patut disorot adalah cara pasukan Diego Simeone itu menghentikan ketajaman Cristiano Ronaldo.

Peraih 5 Ballon d'Or itu dibuat tak berkutik, bahkan tak mampu menorehkan satu shoot on target pun dalam laga tersebut.

Striker Manchester United Portugal Cristiano Ronaldo bereaksi setelah kehilangan peluang selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Burnley di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 30 Desember 2021. (Oli SCARFF / AFP)

Baca juga: Prediksi Man United vs Atletico Madrid Liga Champions, Ronaldo: Buktikan, Ini Theatre of Dreams!

Baca juga: Kans Liverpool Kejar Man City di Liga inggris: Kembalinya 2 Pemain dari Cedera & Sihir Mohamed Salah

Padahal, Ronaldo telah mencatatkan 6 gol di Liga Champions musim ini dan berada dalam daftar top skorer kompetisi paling bergengsi di Eropa itu.

Cristiano Ronaldo juga terkenal sebagai mimpi buruk Diego Simeone lantaran telah mencetak 25 gol hanya dalam 31 pertandingan melawan Atletico Madrid.

Namun nampaknya Simeone telah paham bagaimana cara menghentikan Ronaldo yang sudah berusia 37 tahun.

Bermain pragmatis menggunakan 3 bek sejajar dan tak membiarkan pemain winger United melakukan crossing adalah cara jitu untuk menghentikan atribut spesial kapten Timnas Portugal tersebut.

Simeone paham betul dengan kualitas CR7, ia tak membiarkan para gelandang Setan Merah melakukan kreasi di sepertiga akhir serangan.

Di leg pertama, para pemain Manchester United dibiarkan menguasai bola di lini tengah, namun ketika mendekati kotak penalti, pressing ketat dilakukan oleh 10 pemain Atletico yang berada di area pertahanan.

Skema tersebut terbukti membuat Setan Merah kelimpungan untuk mengancam gawang Atletico, pun dengan Cristiano Ronaldo, ia tak mendapat suplai bola yang memadai di lini depan.

Nampaknya, cara tersebut akan kembali dipakai Simeone untuk menghentikan gawang mereka dari kebobolan, khususnya dari CR7 yang di pertandingan terakhir sukses mencetak hattrick.

Dengan berhasilnya Atletico meredam serang Setan merah, skema serangan balik memanfaatkan kesalahan United menjadi cara jitu Simeone untuk memenangkan pertandingan.

“Kami akan berada di depan dan kami juga akan berada di belakang. Kami harus memanfaatkan kesalahan apa pun yang mereka (United) buat,” Kata Simeone dilansir laman resmi Atletico Madrid.

"Kami akan mencoba semua yang kami bisa untuk lolos ke babak delapan besar Liga Champions," lanjutnya.

Faktanya, Simeone memanglah bukan pelatih sembarangan, permainan pragmatis yang ia usung bertahun-tahun mampu membuat Atletico Madrid berjaya semenjak kedatangannya.

Berdasarkan data yang dilansir L`Equipe, Diego Simeone adalah pelatih dengan bayaran paling tinggi di Dunia.

Pelatih asal Argentina itu mendapatkan gaji sebesar 43,2 juta euro atau sekitar Rp 747,8 miliar di setiap tahunnya bersama Atletico Madrid.

Gaji Simeone itu bahkan lebih tinggi dari yang diterima Pep Guardiola bersama Manchester City.

Guardiola yang dari musim ke musim berhasil membawa The Citizens merajai Liga Inggris, hanya mendapatkan gaji 22,6 juta euro atau sekitar Rp 392,9 miliar.

Penghasilan yang diterima Simeone hampir dua kali lipat dari yang didapat oleh Pep.

Banyak orang heran dengan keberanian Atletico yang menjadikan Simeone sebagai pelatih dengan bayaran tertinggi di Dunia.

Pertanyaan pun muncul, mengapa Atletico mau membayar Simeone semahal itu? 

Simeone adalah aktor pengangkat derajat Atletico. Sebelum dia menukangi Los Rojiblancos, Atletico adalah tim papan tengah di Liga Spanyol.

Diego Simeone, Pelatih Kepala Atletico Madrid bereaksi selama pertandingan grup B Liga Champions UEFA antara FC Porto dan Atletico Madrid di Estadio do Dragao pada 7 Desember 2021 di Porto, Portugal. (Foto oleh Octavio Passos/Getty Images) (Octavio Passos / GETTY IMAGES EROPA / Getty Images via AFP)

Baca juga: Ketajaman Kai Havertz di Chelsea: Solusi Mandulnya Romelu Lukaku, Penyempurna Skema Thomas Tuchel

Baca juga: Klasemen dan Top Skor Liga Inggris: Arsenal Tatap Zona UCL, Ronaldo Melesat Buntuti Mohamed Salah

Memang sebelum itu Atletico sudah mengoleksi trofi La Liga sebanyak 9 kali.

Tapi setelah meraih gelar juara pada musim 1995/1996,Tim yang bermarkas di Wandametropolitano itu bukan lagi kandidat juara.

Bahkan, di tahun 2000, mereka terdegradasi ke Divisi Dua dan sempat bertahan selama dua musim di sana sebelum kembali ke Liga Spanyol.

Sejak promosi lagi pada tahun 2003, prestasi paling bagus Atletico hanya berada di posisi empat Liga Spanyol.

Padahal, saat itu skuat Atletico diisi oleh penyerang tajam sekaliber Diego Forlan, Fernando Torres, dan Sergio Aguero.

Atletico tak pernah disebut sebagai klub raksasa Spanyol, hanya Real Madrid dan FC Barcelona yang menguasai papan atas klasemen.

Pada pertengahan musim 2011/2012, Los Lojiblancos sempat terpeleset hingga mendekati zona degradasi Liga Spanyol saat dilatih Gregorio Manzano.

Saat itu lah Diego Simeone masuk. Dengan misi, menjauhkan Atletico dari jurang degradasi.

Namun, pria Argentina itu malah membawa Atletico meroket.

Atleti dibawanya menuju posisi lima klasemen akhir, dan masuk ke zona Liga Eropa.

Bahkan, trofi Liga Europa juga langsung berhasil diraih Simeone pada musim pertamanya menahkodai Atletico.

Setelah itu, ia mendapat perpanjangan kontrak, lalu menanamkan idenya di benak para pemain.

Yaitu, bermain bertahan sebaik mungkin lalu menerkam tim lawan lewat serangan balik.

"Satu-satunya hal yang kami pedulikan adalah melakukan apa yang harus kami lakukan dengan cara terbaik," ucap Simeone dikutip dari Marca.

"Kami harus beradaptasi dengan keadaan, hal yang saya cari adalah kemenangan, dengan cara dan gaya saya sendiri," tambah pelatih berusia 50 tahun itu.

Meski banyak mendapatkan kritik karena permainan pragmatisnya, Simeone mampu membuktikan bahwa cara bermainnya mampu membuat Atletico menjadi raksasa di Spanyol.

Simeone berhasil membawa pulang trofi Copa del Rey pada 2012/2013, Liga Spanyol pada 2013/2014 dan 2020/2021, Liga Europa lagi pada 2017/2018.

Piala Super Eropa pada 2012 dan 2018. Di Liga Champions, Atletico juga mampu menembus babak final pada 2013/2014 dan 2015/2016.

Simeone mampu membangun tim setelah ditinggal sejumlah bintangnya.

Pelatih berjuluk El Cholo itu tetap mampu mempertahankan level tim meski ditinggal Falcao, Diego Costa, Filipe Luis, Gabi, Arda Turan, Mario Mandzukic, Miranda, hingga nama terakhir, Antonio Griezmann.

Nama yang disebutkan terakhir, memutuskan untuk kembali ke pelukan Atletico dan akan (kembali) berjuang bersama Simeone merajai Liga Spanyol dan Liga Champions.

Simeone juga dikenal sebagai pendongkrak performa striker yang diasuhnya.

Sebut saja Sergio Aguero, Fernando Torres, dan Diego Costa.

Ketika striker tersebut, adalah hasil binaan Simeone sebelum akhirnya dijual dengan harga mahal.

Nama terakhir yang menjadi sorotan adalah Marcos Llorente.

Meski posisi asli pemain asal Spanyol tersebut adalah gelandang bertahan.

LIorente diplot sebagai striker oleh Simeone dalam latihan Atletico.

Menjalani peran barunya bersama Simeone, musim lalu, mantan pemain Real Madrid itu mampu menjadi topskor kedua Atletico.

Torehan 13 golnya sepanjang musim hanya kalah dari Luis Suarez yang mampu mencetak 21 gol untuk Atletico.

Berkat polesan Simeone juga, Llorente mampu menembus skuat Timnas Spanyol pada Euro 2020.

Kini, Atletico memang sedang dibawanya terseok-seok di kompetisi domestik, namun tak ada tanda-tanda pemecatan dari pihak klub.

Jasanya terlalu mentereng untuk hasil minor yang ia torehkan dalam semusim saja, Atletico begitu mempercayai kecerdasan pria asal Argentina itu perihal menyusun strategi.

Menghadapi Manchester United di ajang Liga Champions adalah panggung bagi Simeone untuk membuktikan bahwa dirinya layak digaji mahal oleh Atletico dan disebut sebagai pahlawan tim yang bermarkas di stadion Wanda Metropolitano tersebut.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini